Alice terkejut mendapati seorang pria yang berdiri dihadapannya saat hendak keluar dari apartement.
Pria dengan jas abu dengan kedua tangan disembunyikan.
"Jas, kau membuatku terkejut!",
Jasper hanya tersenyum simpul. "Maafkan aku ya?",
"Kau akhir-akhir ini sering membuatku terkejut", gerutunya. "Kenapa kau kesini pagi-pagi?",
"Menjemputmu?",
Alice terkekeh sambil memutar matanya, "Itu pertanyaan. Bukan pernyataan, Jas",
"Aku tahu. Aku memang bertanya padamu", jawabnya masih tidak melepaskan senyuman diwajahnya.
"Jadi kau beralih profesi menjadi supirku?", canda Alice.
Jasper menggeleng, "Nope. Aku hanya tak ingin wanita yang aku cintai harus menggunakan angkutan umum yang banyak sekali kejahatan",
Seperti mentega yang dituang kedalam panci panas...
Hati Alice seperti meleleh mendengar perkataan Jasper.
Dan dia masih bertanya-tanya, kenapa dirinya tak bisa menerima Jasper yang sangat baik padanya.
Apalagi mereka dulu pernah menjalin hubungan. Seharusnya tak ada masalah...
Tapi, ada satu...
Pria itu, Lucas Graves. Seperti masih membayangi Alice sampai saat ini.
Senyuman, Alice perlahan memudar seiring Jasper mengeluarkan tangannya.
Sebuket bunga mawar putih kini berada dihadapannya.
"Jas?", panggil Alice tak percaya. "Kau masih ingat bunga kesukaanku?",
Jasper tersenyum, ia menyodorkan bunga tersebut ketangan Alice.
Rasanya seperti bernostalgia saat masa-masa kuliahnya dulu.
Jasper selalu memberikan dirinya bunga setiap minggu.
Alice pernah marah kenapa Jasper yang membuang-buang uang untuk hal itu.
Memang dirinya sangat menyukai tindakan Jasper. But, too much...
"Kau ingat? Kau selalu marah jika aku memberimu bunga terlalu sering", ujar Jasper sambil terkekeh.
Alice mengangguk. "Aku baru saja memikirkan hal itu",
Jasper melangkah maju. Ia menyelipkan anak-anak rambut Alice ke telinga. "Aku tidak akan berhenti mengirimkan bunga sampai kau benar-benar jadi milikku",
Mendengar itu, Alice dengan sigap memeluk Jasper seerat mungkin hingga pria itu sedikit limbung.
"Woah.. Tenagamu sangat kuat sekali", godanya.
Bukannya menjawab, Alice manangis membuat Jasper bingung.
"Kenapa kau menangis?", tanyanya sambil mengusap lembut punggung wanita itu.
"Maaf",
"Maaf untuk?", tanya Jasper lagi.
Alice melepaskan pelukannya dari Jasper. Ia menunduk. "Aku belum bisa menjadi Alice yang dulu. Alice yang sangat mencintaimu dan takut kehilanganmu", lirihnya.
Jasper terdiam beberapa saat. Ia menangkup kedua sisi pipi Alice dan mengangkatnya agar wanita itu mendongak. "Dengarkan aku, Alice...", ujarnya.
"Kau tidak perlu merasa bersalah tentang perasaanmu.
Aku mengerti bagaimana rasanya tidak bisa berpaling dari orang yang pernah menjadi bagian dari hidup kita.
Apalagi orang itu pernah meninggalkan bekas luka yang susah disembuhkan atau disembunyikan.
Tapi, biarkan aku mencoba.
Aku yang akan berusaha dengan apapun caranya agar aku bisa merubahmu menjadi Alicia Lengowaski yang dulu seperti saat kuliah.
Alice yang dulu sangat perhatian padaku.
Alice yang dulu sangat manja padaku.
Bahkan sampai Alice yang dulu akan marah besar dan berubah menjadi nenek sihir bila aku tak mendengarkan perkataannya",
Sambil mengusap air matanya, Alice mencebikan bibirnya. "Jas, kau merusak suasana", gerutunya.
Jasper sontak tertawa melihat ekspresi memberenggut Alice. "Tapi, aku berhasil membuatmu tak sedih lagi setidaknya",
Alice menggigit bibir bawahnya. Ia juga tak bisa menahan senyumannya saat mendengar perkataan Jasper bahwa ia berusaha tak membuatnya menangis.
Lalu ia kembali memeluk Jasper.
Ia berbisik, "Terima kasih, Jas. Dan aku juga akan berusaha menjadi Alice yang dulu.
Alice yang mencintai Jasper Reid",
•••
Pria itu mengerutkan keningnya, lalu kembali meneguk cairan bening pekat di gelas yang digenggamnya.
"Ini bukan urusanmu. Lebih baik kau pulang saja!",
"Hah! Tentu saja kau akan menolak ajakanku",
Pria itu kembali mendengus, "Kalau kau sudah tahu apa jawabanku untuk apa kau kesini", ujarnya sinis.
"Kau tahu Lucas? Aku muak menjadi temanmu", seru pria dengan pakaian casual.
Lucas masih diam tak bergeming mendengarkan. Hanya tangannya yang mencengkarm erat gelas wine di atas meja bar.
"Ini sudah lima bulan kau di Dubai. Tak ada niat untuk pulang dan memperbaiki keadaan.
Aku tak habis pikir denganmu.
Aku sangat percaya padamu dan kau menghancurkan kepercayaan itu.
Kau tahu? Aku benar-benar akan menghajarmu habis-habisan kalau sampai Alice berbuat nekat atau bunuh diri karenamu",
Lucas mendengus lagi, "Mike, mike, mike... Buktinya dia masih hidupkan? Dan tampaknya dia bahagia dengan mantan kekasihnya",
Mike membuka mulutnya tak percaya. Ia menarik lengan Lucas.
"Ya memang. Dia mulai bisa melupakanmu dan kembali bersama Jasper",
"Lalu?",
"Lalu?", tanya Mike mengulangi perkataan Lucas. "Sekarang kau mendapatkan apa? Hanya kemenangan memperebutkan tahta. Tapi nyatanya, kau kalah dalam soal hati dan kasih sayang. Kau tak mendapakan apapun disaat kau seharusnya bisa bahagia sekarang",
Lucas meneguk winenya, "Aku sangat bahagia. Aku punya banyak uang dan dikelilingi banyak wanita. Kasih sayang juga bisa dibeli", ujarnya mulai linglung.
Mike menggeleng, ia menarik gelas wine kedelapan kalinya dari tangan Lucas.
"Tapi cinta sejati tidak bisa dibeli. Apalagi dari banyak wanita yang kau sewa, Lucas",
"Aku tidak butuh itu", timpalnya.
Mike hanya bisa menghela napas, Lucas sangatlah keras kepala untuk dibilangi.
Dan niatnya baik, because, since Alice left. He never be the same.
"Baiklah terserahmu saja.
Aku sebagai teman baikmu hanya kasian dan ingin membantumu. Dan aku juga ingatkan, bahwa tidak ada kata terlambat.
Jika kau ingin Alice kembali, kejarlah.
Jika kau mencintainya, nyatakanlah sebelum semua terlambat.
Apalagi Jasper sudah memulai awalan semenjak kau menghancurkan hidup Alice.
Dan satu lagi... Penyesalan akan segera datang", ujarnya dan pergi meninggalkan Lucas di bar.
Ternyata sia-sia dirinya menyusul Lucas di Dubai untuk menggeretnua pulang dan memperbaiki keadaan.
Ia sangat tahu bahwa Lucas sangat mencintai Alice, tapi, ego selalu menagalahkan semuanya.
Dan, bukan berarti juga ia mau memisahkan Jasper dan Alice. Tapi, ia mau membuktikan bahwa Lucas benar-benar jatuh pada putri tunggal keluarga Lengowaski.
Sepeninggalan Mike, Lucas hanya termenung di bar.
Musik yang cukup keras memenuhi penjuru ruangan seolah hilang digantikan wajah Alice yang membayang di kepalanya.
Jujur dalam hatinya, ia seperti kehilangan sesuatu dalam dirinya semenjak Alice pergi.
Dan yang kedua, dirinya juga tak mengerti dengan perasaannya sendiri.
Apa dia mencintai wanita itu atau tidak.
Dan apa maksud Mike tadi? Penyesalan?
Tapi, satu hal yang dirinya tahu...
Ia mulai rindu dengan Alice...
•••
Dua bulan berikutnya....
Senyuman manis mengembang di sudut bibir Jasper.
Ia tak menyangka Alice akan sangat menawan dengan dress berwarna violet yang ia kirimkan tadi pagi.
Wanita itu berjalan kearahnya.
"Hai beautiful", sapanya sambil meraih tangan Alice dan diciumnya punggung tangan mulus itu.
Alice tersenyum. "Hai...", balasnya.
Jasper menggandeng Alice dan dituntunnya untuk duduk di sebuah meja yang disediakan.
Malam ini, Alice berulang tahun yang ke 25.
Ia tak menyangka bahwa Jasper akan mengajaknya makan malam di salah satu restaurant yang ia tahu harga sewa private room nya bisa untuk membiayai hidupnya selama tiga bulan.
Setelah mereka duduk. Beberapa pelayan masuk sambil membawakan beberapa nampan di atas troli silver ke dalam.
Banyak sekali makanan untuk malam ini, padahal mereka hanya berdua saja...
Saat Alice hendak bertanya pada Jasper. Jasper terlebih dahulu menyela, "Aku mau ke toilet sebentar",
Alice mengangguk.
Sepeninggalan Jasper, Alice hanya duduk diam di bangkunya sambil melihat kearah jendela besar yang menghadap kejalan raya.
Ia menghela napasnya,
Kenapa Lucas Graves masih tak bisa hilang dari hati dan otaknya.
Bagai racun yang sudah menyebar di seluruh tubuhnya.
Apalagi sampai saat ini, ia benci dengan meja makan berbentuk persegi dari bahan kayu.
Hal itu membuatnya muak...
Saat ia meneguk anggur merahnya, suara ketukan microfon pada speaker terdengar.
"Test! Test!",
Alice memberenggut, seperti suara Jasper. Pikirnya...
"Night evereyone. I'm sorry for this interrupt.
Perkenalkan nama saya Jasper Reid, dan mungkin beberapa orang sudah mengenal saya",
Alice semakin bingung. Kenapa Jasper berbicara lewat speaker dan pastinya seluruh restaurant akan mendengar.
"malam ini, saya akan menyanyikan sebuah lagu. Untuk seseorang yang sedang menunggu saya di private room karena saya beralasan hendak ke toilet.
Dan sebelumnya, Happy Birthday to you. Semoga selalu diberikan kebahagiaan dan kesehatan, dan jangan galak-galak", ujarnya lagi sambil terkekeh.
Alice tersentak. Jasper? Menyanyi? Untuknya?
Ia tak bisa berkata apa-apa lagi.
Dirinya hanya bisa tersenyum dan mencoba memposisikan duduknya senyaman mungkin diatas sofa single di dalam ruangan.
Dan, alunan musik gitar akustik mulai terdengar, ia masih tak tahu Jasper akan menyanyikan lagu siapa.
"Ooooohhhh! yahhh!
If ever you wondered
If you touched my soul, yes you do"
"Since i met you i'm not the same
You bring life to everything i do
Just the way you say hello
With one touch i can't let go
Never thought i've fall in love with you"
"Because of you
my life has changed thank you for the love and the joy you've bring
Because of you
i fell no shame i tell the world it's because of you.
Sometimes i get lonely
And all i gotta do is to think of you
You captured something inside of me you make all of my dreams come true
it's not enough that you love me for me
you reached inside and touched me eternally
I love you best explains how i feel for you
Because of you
my life has changed
thank you for the love and the joy you've bring
Because of you
i fell no shame
i tell the world it's because of you.
The magic in your eyes
true love i can't deny
when you hold me i just lose control
i want you to know that i'm never letting go
You mean so much to me
i want the world to see it's because of you...
Because of you
my life has changed
thank you for the love and the joy you've bring
Because of you
i fell no shame
i tell the world it's because of you.
Because of you
my life has changed
thank you for the love and the joy you've bring
Because of you
i fell no shame
i tell the world it's because of you.
(end)"
Alice membuka matanya perlahan saat Jasper berhasil menyelesaikan seluruh lirik dengan baik.
Hatinya mencelos saat mendengarkan nyanyian pria itu.
Benarkah dirinya sangat berharga bagi hidup Jasper?
Ia hanya menggigit bibir bawahnya menahan air mata yang ia sedari tadi menggenang di kelopak matanya.
Ia masih bingung...
"Alicia Lengowaski... Seperti lirik lagu tadi... You mean so much to me.
Aku tahu aku salah dulu meninggalkanmu.
Tapi, suatu saat.. Kau akan tahu kenapa aku meninggalkanmu.
Bukan karena memilih wanita lain.
Percayalah, aku meninggalkanmu karena alasan lain.
Dan setelah aku bisa menemuimu kembali.
Aku tahu kau merasa bahwa aku sangat b******k.
Aku juga berusaha sampai detik ini untuk membuatmu kembali seperti yang pernah kita bicarakan sebelumnya",
Alice mengerti kemana arah pembicaraan Jasper. Ia bangkit dari sofa dan keluar dari private room sambil mendengarkan ucapan Jasper diseluruh koridor.
Saat ia sampai di lantai dasar.
Dimana banyak orang yang bingung dengan perkataan Jasper di speaker.
Ia melihat pria itu,
Berdiri diatas panggung dengan senyuman diwajahnya.
Jasper melambaikan tangannya kearah Alice membua banyak orang menoleh kearahnya.
"Hai Alice. Ternyata kau sudah disini sebelum aku memintamu",
Alice maju selangkah hendak menghampiri Jasper.
"Jangan mendekat! Tunggu aku selesai mengatakan sesuatu", sergahnya.
Perlahan, Alice mundur kembali ke tempatnya semula.
Matanya semakin memerah.
"Beberapa bulan lalu aku sudah bertanya padamu agar memberiku kesempatan. Tapi, diammu membuatku mengerti bahwa kau masih belum bisa kembali seperti dulu karena ada sosok lain yang sudah mengisi hatimu.
Tapi, hari ini... Malam ini... Aku hanya mau bertanya satu hal...
Alicia Lengowaski. Will you marry me?",
Air mata Alice tumpah saat Jasper menyelesaikan kalimatnya.
Dengan cepat ia berlari melewati meja-meja yang dipenuhi banyak tamu kearah panggung kecil diujung ruangan.
Ia langsung memeluk Jasper dan menangis.
"Ini kedua kalinya aku membuatmu menangis dengan ucapanku", bisik Jasper pelan.
Alice mempererat pelukannya, ia masih tak menjawab pertanyaan Jasper disaat banyak tamu mulai menyorakinya untuk menerima lamaran dari Jasper.
Jasper yang mengerti keadaan Alice. Ia melepaskan pelukannya dan mengusap air mata wanita itu.
"Alice, aku tahu kau masih mencintai Lucas bukan? Aku tak masalah untuk hal itu. I just wanna be with you",
Alice menggeleng, ia menatap Jasper masih dengan air mata mengalir.
Ia tersenyum. "Pertama, aku menangis bahagia karena kau memberiku hadiah ulang tahun, Jas.
Dan, aku tak bisa membayangkan bahwa hidupku akan sehancur apa bila bukan kau yang membantuku.
Kedua, disaat kau berusaha untuk mengembalikanku. Kau berhasil. You did it.
Ketiga, aku sudah tak mencintai atau memikirkan Lucas sejak kau memintaku untuk menjadi istrimu. Istri dari Jasper Reid.
Dan keempat", Alice memberi jeda dengan helaan napas panjang.
"Yes i will....",