CHAPTER 10

1121 Kata
"Selamat pagi, Nona Alice. Meeting  akan segera dimulai beberapa menit lagi", suara seorang wanita dari interkom membuatnya mendesah pelan. "Kau saja yang memimpin meetingnya. Aku sedang tidak mood, Jas", gerutu Alice. Jasper terkekeh kecil. Ia bangkit dari kursinya dan memutari meja hingga ia berdiri di belakang Alice. Tangannya diletakan di sandaran kursi dan ujung meja. "Ayolah, ini pertama kalinya kau memimpin. Aku sangat penasaran dengan caramu berpresentasi, sayang", Alice menggeleng, "Entalah, Jas. Aku tak yakin. Aku merasa kurang enak badan hari ini", "Please, just once. I'll give you a present.  Anything what you want", Alice menoleh kearah Jasper sambil menggigit bibirnya. Ia menyentuh pipi pria itu. "Okay...fine.. Kau menang. Tapi, hanya sekali ini saja", Jasper menegakkan tubuhnya smabil tersenyum menang. Ia mengecup singkat bibir istrinya itu. "Hadiah apa yang kau mau?", tanyanya. Alice memutar matanya mencoba berpikir. Apa yang sebaiknya ia minta dari Jasper? Ia bergumam, "Hmm... Aku ingin weekend ini kau tidak perlu bekerja. Kita dirumah saja dan menghabiskan waktu bersama", "Bagaimana aku bisa menolak saat istriku ingin bermanja-manja denganku", goda Jasper. Alice tersenyum kecil. "Sttt... Less talking... Sebaiknya kita segera ke ruang meeting", ajaknya. Ia bangkit dari kursi dan menggandeng Jasper keluar dari ruangannya. Setelah pernikahan mereka, Alice bisa merasakan bagaimana menjadi bak putri di dunia dongeng. Jasper melarangnya melakukan hal yang menurutnya itu adalah kewajibannya. Ia hanya diperbolehkan duduk diam dirumah, bermanja-manja diri, belanja atau lainnya. But, that is not her style. Alice tipikal orang yang tidak bisa diam.  Untuk itu ia meminta jalan keluar pada Jasper agar diperbolehkan bekerja di kantor sebagai pengisi waktu luang. Dan ini sudah hari ketiga ia bekerja sebagai asisten pribadi Jasper. Bukan sekretaris. Lebih tepatnya sebagai pengikut Jasper layaknya seekor anak anjing yang mengikuti majikan. Kemana Jasper pergi, Alice harus ada di sebelahnya. "Selamat pagi Tuan dan Nona Reid. Kami sudah menyiapkan semuanya", ujar seorang wanita yang bersuara lewat interkom tadi sambil mempersilahkan keduanya duduk saat mereka sampai. Jasper menarikan Alice kursi di bagian ujung meja dan ia duduk di sampingnya. Ia mengusap lembut puncak kepala Alice dan tersenyum,  "Kau siap, sayang?", tanyanya. Alice tersenyum kaku. Ia mengangguk sambil mengedarkan pandangan kearah beberapa investor yang akan berinvestasi di proyek baru mereka. Dengan perlahan, ia bangkit dari kursinya dan melangkah kearah layar proyektor. "Selamat pagi semuanya. Perkenalkan, saya Alicia Reid sebagai asisten Jasper Reid yang merupakan pemimpin dari proyek ini. Pada hari ini, saya akan mempresentasikan tema yang akan kami bawa. Green Luxury Life.  Kami akan memberikan sebuah kawasan real estate dengan tema penghijauan, tapi, tak lepas dari jangkauan para konsumen kami yaitu kalangan menengah keatas dengan fasilitas luxury glamour seperti sebelumnya....", Alice dengan tenang mencoba menjelaskan semua informasi yang dirinya tahu. Ia mencoba terbuka dan memberikan kelebihan dan kekurangan yang ada agar para investor tertarik. Hingga beberapa menit berlalu, Jasper sendiri juga tak menyangka bahwa istrinya sangat pandai dalam berpresentasi. Terbukti dengan para investor duduk terdiam dan mendengarkan wanita itu dengan seksama. Bahkan ada yang memberikan pandangan kagum. Sambil tersenyum kecil, ia sebagai notulis hanya menggelengkan kepala. "Kami juga akan membangun taman dan ko-", "Maaf saya terlambat", sebuah suara menginterupsi. Alice terdiam melihat pria yang baru masuk ke dalam ruangan dengan penampilan cukup berantakan dan d**a ngos-ngosan, "Tak masalah Pak Mike. Kami bisa memaklumi kalau anda adalah orang yang sibuk. Tapi, maaf, kami tidak akan memberikan siaran ulang", ujar Alice. Mike menyengir, ia mengangguk dan menarik kursi di samping Jasper yang menahan tawanya. "Bisa kita lanjutkan?", tanya Alice. Semua orang mengangguk menandakan menyetujui perkataan Alice. Saat Alice melanjutkan presentasinya, Mike menyenggol lengan Jasper dan berbisik, "Alice kenapa? PMS?", Jasper mengangkat bahunya, "Entahlah, kurasa tidak. Mungkin karena ia ingin bersikap profesional", balasnya berbisik. "Tapi, baru kali ini dia berkata ketus. Aku merasa dia sudah berubah menjadi ibu tiri, Jas", Jasper terkekeh, ia menggeleng, "Kau ada-ada saja. Mungkin moodnya sedang buruk. Aku juga merasa dia sedikit berbeda akhir-akhir ini atau memang benar dia sedang datang bulan", "Apa di-", "Mohon tidak ada yang berbicara saat saya sedang presentasi", sindir Alice menyela Mike dan Jasper. Keduanya langsung terdiam sambil menahan tawa. Entah apa yang lucu, tapi, Alice sudah berhasil membuat reputasi keduanya di depan orang bahwa mereka orang yang kaku menjadi hilang. ••• Alice tertawa puas saat semua orang telah keluar dari dalam ruangan dan menyisakan dirinya, Jasper, dan Mike. "Jadi kau mengerjaiku, Alice?", tanya Mike kesal. "Maafkan aku Mike. Melihat wajahmh yang memucat membuatku ingin lebih mengerjaimu", timpalnya. Mike memutar matanya, "Kau membuatku terkejut tadi. Aku kira saat aku masuk kedalam ruangan hanya Jasper yang akan memandangku tajam. Tapi, kau menyemprotku dengan kata-kata ketus melebihi kejamnya ibu tiri", "Benarkah?", tanya Alice senang. "Ya sayang. Dia sampai berbisik padaku dan bertanya apa kau sedang datang bulan atau tidak", sahut Jasper sambil merangkul bahu Alice. Alice tertawa lagi, "Hahaha tidak. Aku hanya ingin mengerjaimu saja Mike. Tiba-tiba ide itu terlintas di otakku", "Dan kau sukses", balas Mike. "Maafkan aku ya?", tanya Alice memohon. Mike melirik Jasper yang memberi kode agar memaafkan Alice. Ia terseyum licik, "Oke. Aku akan memaafkanmu, tapi, kalian harus mentraktirku makan di Grand Blue Ocean di 219 Orchard Street", Jasper mengangguk, "Deal!", "What!?", pekik Alice sambil memisahkan tangan Jasper yang menyalami Mike. "No no no, kau ini mau membuatku bangkrut? Makan disana bisa untuk membayar biaya sewa apartement ku", Mike memutar matanya, ia menunjuk Jasper, "Please, Alice. Pria disampingmu ini adalah pria yang masuk kedalam pria terkaya di Manhattan ketiga dari sepuluh. Apalagi dia suamimu dan yang kedua, kau sudah tidak tinggal di apartement, btw", "Kau juga salah satu pria dari kesepuluh itu, Mike", sindir Jasper sambil terkekeh. "Tapi, kau lebih kaya dibandingku", Alice menggeleng, ia menarik Jasper kearah pintu keluar, "Give him what he wants", Mendengar itu, ia tertawa puas. ••• Jasper membolak-balikan menu yang ada di tangannya. "Kau mau makan apa sayang?", tanyanya pada Alice. Alice menyandarkan dagunya pada lengan Jasper, "Aku mengikutimu saja", "Sayang, aku mau yang ini dong", sahut Mike sambil berlagak seperti seorang wanita kearah Jasper. "Sayang-sayang. Kau ingin ku tendang hah?", gerutu Jasper. Ia merasa jijik bila Mike menirukan gaya wanita. Mike tekekeh, "Peace, man", sahutnya sambil mengankat kedua jari membentuk angka dua. "Berdebatlah berdua, aku ingin ke toilet sebentar", ujar Alice berpamitan. "Jangan lama-lama, sayang", sahut Mike seolah dia adalah suami Alice yang sebenarnya. "Mike! Kau mau aku traktir atau tidak?", desis Jasper. Alice menggelengkan kepalanya. Dasar Mike! Jomblo akut! Pikirnya. Ia bangkit dari kursi dan membalikkan tubuhnya, Saat ia baru melangkah, ia tak sengaja menabrak seseorang yang menunduk sedang mengetik pesan di ponsel membuat Jasper dan Mike menoleh. "Ups! I'm sorry- i didn't realized- Lucas!", Pekik Alice saat ia melihat siapa pria yang di tabraknya. Dan saat itu juga, ia menahan napasnya sepersekian detik, kakinya lemas, matanya berat. Dalam sekejap, tubuh mungil Alice ambruk dan hampir nembentur lantai kayu bila pria yang dibenci seumur hidupnya tidak menahan tubuhnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN