Tukang kebun itu menjadi sangat kawatir saat melihat wanita pengirim bunga itu digelandang kasar menaiki anak tangga dengan tangan terikat kebelakang.
Pria itu bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, sehingga gadis itu terikat seperti itu. Matanya mencari sesosok lelaki yang sangat familiar kemudian menhampirinya dan bertanya.
"Mr. Derrick, kenapa dia dibawa kesana?" Matanya mengarah kearah pengawal yang membawa kasar wanita itu.
"Mr. Sean yang memintanya." Jawab Derrick tetapi mata pria tukang kebun itu masih penasaran karena sangat mencemaskan wanita itu "dia kepergok mengintai Mr. Sean saat sedang mengeksekusi sekelompok pengkhianat." Lanjut Derrick.
Pria itu cukup terkejut, tidak mungkin wanita polos itu mengintai. "Dia tidak mungkin melakukannya, dia hanya gadis pengantar bunga. Tadi dia aku minta untuk meletakkan di taman belakang." Jelas tukang kebun itu sangat kawatir karena merasa bersalah sudah menyuruhnya untuk pergi sendiri di rumah besar ini.
Sejenak Derrick berpikir sembari sesekali melihat wajah tukang kebun yang penuh kekawatiran.
*
Di ruangan yang penuh rak-rak buku itu terdapat meja besar disana. Tetapi Sean tidak duduk, ia malah menaikkan sedikit pantatnya di meja bagian samping sembari membaca beberapa lembaran dokumen.
"Mr. Sean" Panggil Derrick begitu sopan masuk kedalam ruang kerja.
Sean tidak memberikan respon sama sekali, ia masih sibuk dengan lembaran-lembaran di tangannya. Meski begitu, Derrick tau bahwa boss-nya tetap mendengar.
"Gadis itu hanya pengantar mawar" lanjut Derrick berhasil menghentikan aktifitas Sean "dan dia..."
"Aku tau." Putus Sean menutup dokumennya lalu mulai melangkahkan kaki secara berlahan mendekati Derrick.
Mata dingin Sean mampu membuat siapa saja membeku, hanya saja Derrick berusaha tenang. Dan Sean, menyukai mental yang dimiliki kaki tangannya ini. Belum sempat melanjutkan ucapannya, tiba-tiba dari luar terdengar suara sepatu berhamburan seperti berlarian mengejar sesuatu.
Sean memejamkan mata ketika mendengar suara gaduh tersebut karena berusaha menahan emosi.
"Aku benci kegaduhan." Desis Sean.
Tanpa dikomando, Derrick berbalik badan dan mulai mencari tahu sumber kegaduhan itu. Ia melihat wanita yang bernama Miracle itu memberontak dan berusaha untuk melarikan diri. Tentu, Sean yang berdiri sejajar dengan Derrick hanya diam penuh misterius memperhatikan anak buahnya yang sedang kerepotan mengurus satu wanita itu.
Meski tidak ada suara jerit atau teriakan, wanita tersebut terlihat sangat agresif untuk melepaskan diri dari cengkraman para lelaki berbadan besar itu. Mata Sean hanya menatap tenang seolah-olah menyimpan sesuatu yang sangat membahayakan.
Entah sejak kapan Sean sudah berdiri tepat dihadapan Miracle yang masih saja memberontak meski tangannya terikat dan sudah dicekal oleh anak buahnya.
"Ingin sekali aku memenggal kepala kalian." Mata membunuh Sean menyebar ke anak buahnya yang sedang mencekal wanita itu.
Tiba-tiba tanpa terbaca, Sean sedikit membungkukkan tubuhnya supaya bisa mengangkat Miracle ke satu pundaknya seolah-seolah seperti menggendong karung beras yang dipangggul di pundak. Lalu membawanya pergi menaiki anak tangga.
Miracle sangat kaget atas tindakan ini. Dia terus saja berusaha semampunya agar bisa turun dari panggulan ini. Layangan kedua kaki dan tangannya tak henti-hentinya menumbur tubuh kokoh lelaki ini. Tetapi tidak juga membuat tumbang. Hatinya terus mengumpat, berteriak, menjerit meski semua sia-sia.
*
Seketika tubuh Miracle terpantul-pantul saat Sean melempar tubuh itu ke kasur yang sangat empuk. Merasa telah lepas dari gendongan lelaki ini, cepat-cepat Miracle berusaha bangkit agar menjauh dari sini meski kesulitan karena kedua tangannya masih terikat kebelakang.
Dengan gesit Sean sudah lebih dulu setengah menindihnya.
Melihat kondisinya seperti ini, air mata Miracle semakin bercucuran. Dia berdoa dalam hati agar lelaki didepannya ini tidak melakukan hal yang menjijikkan.
"Oh ya Tuhan, jangan biarkan lelaki ini melakukan hal yang sama seperti yang kulihat tadi...aku mohon...aku mohon..." Doa Miracle dalam hati.
Ia ingin sekali menjerit memohon agar dilepaskan, ia ingin menangis sekencang-kencangnya dan meminta tolong tapi apa daya. Dia tidak memiliki suara.
Sementara Sean yang berada diatasnya tubuh Miracle hanya tersenyum misterius menatap wanita dibawahnya.
"Aku suka namamu..." Desis Sean, jemarinya mulai menyentuh kulit wajah Miracle yang sangat amat ketakutan.
"Jangan sentuh aku, bastard. Jangan sentuh aku." Umpat Miracle dalam hati menjauhkan wajahnya dari jemari menjijikkan itu.
Sean justru tersenyum manis, meski wanitanya tidak sudi disentuh olehnya "Miracle...Miracle...kamu berada disini seperti keajaiban, seperti namamu..." Suara serak itu seperti ajakan untuk bercinta.
Mata Miracle sangat ketakutan saat ini. Ditambah lagi jemari Sean menari-nari bebas disetiap kulitnya membuat bulu romanya menggidik tak karuan.
"Katakan sweetie, apa kamu benar-benar tidak bisa bicara?" Sean sudah benar-benar menindih tubuh Miracle.
Sean tersenyum lancip melihat wanita itu mengangguk sekali.
"Berarti kamu seorang tunawicara?" Ibu jari Sean bergerak keatas kebawah di bibir Miracle.
Kepala wanita itu memberontak tetapi tangan kiri Sean menahannya sedangkan ibu jarinya terus mengelus lembut bibir Miracle.
Hanya suara nafas yang berat dan cucuran air mata yang keluar dari paras cantik wanita itu. Mata Sean tertuju pada bibir ranum yang sangat menggoda.
"Aku akan membuktikannya sendiri." Sean menatap mata Miracle penuh gairah. Dia tidak peduli air mata atau pemberontakan dari wanita ini. Bahkan tak ada rasa belas kasihan di hatinya meski dia tahu kalau wanita ini adalah seorang tunawicara.
Dengan rakusnya Sean mengulum bibir dihadapannya. Dengan sekuat hati, Miracle berusaha menggeleng-gelengkan kepala sebisa mungkin sembari menutup mulutnya rapat-rapat. Matanya terpejam tak sanggup melihat keadaannya yang mengenaskan ini.
Sean tak kurang akal saat wanita ini sengaja menutup mulutnya. Dengan berlahan penuh gairah, jemari kanannya menuruni leher Miracle lalu turun ke bahu kemudian turun lagi berhenti tepat di gundukan payudara dan meremasnya.
Seketika serangan itu mampu membuat mulut Miracle terbuka lebar bersamaan sekujur tubuhnya yang menegang, bahkan kepalanya sedikit terangkat.
Lidah Sean pun langsung menelusup masuk tanpa permisi. Memainkan lidah kaku Miracle. Melumat hingga menghisap habis lidah itu. Sean tidak memperdulikan Miracle yang sudah kesulitan mencari oksigen. Lelaki itu malah semakin memanas saat jemarinya memijat lebih kuat kedua gundukan kembar itu.
Setelah cukup puas, Sean baru melepas ciuman panasnya. Nafas Miracle tersengal, berusaha mencari oksigen yang berada disekitarnya. Tapi lelaki itu justru tersenyum miring dan berbisik "Kamu sepertinya sangat menikmati."
"Bastard, kamu sangat menjijikkan." Umpat Miracle dalam hati dengan cucuran air mata yang sudah membasahi pipi.
Kemudian Sean mencumbu leher jenjang didepannya. Lagi-lagi tubuh Miracle mengejang lagi. Dia tidak pernah melakukan hal-hal semacam ini seumur hidup nya.
Entah sejak kapan, ikatan tangan Miracle terlepas. Ia sadar saat Sean menyesap kuat lehernya sampai meninggalkan kissmark disana, secara bersamaan tangan kiri Miracle menarik rambut Sean dengan tarikan nafas yang berat.
Sean sama sekali tidak marah saat tangan wanita itu menarik rambutnya, dia justru tersenyum puas saat mendapat respon balik dari lawan bercintanya.
Bergegas Sean membuka jas dan kemeja yang masih membalut tubuhnya tanpa merubah posisinya. Kemudian tangannya melucuti pakaian wanitanya. Miracle yang tersadar tangannya sudah bebas, ia berusaha menahan dada bidang itu. Dia terus meronta, melawan, dan memberontak semampunya.
Tentu saja itu bukan masalah besar bagi Sean. Dengan cekatan ia sudah melucuti semua pakaian wanita itu.
Tangis histeris yang tak bersuara itu tak dipedulikan olehnya. Dia cekal kedua tangan Miracle di atas kepala dengan satu tangan. Dan tangan yang lain sedang berusaha membuka celananya sendiri.
Miracle berpaling saat lelaki itu benar-benar telanjang bulat. Dia merasa sangat jijik.
"Lepaskan aku....aku mohon...aku mohon...jangan lakukan ini....Tuhan...jangan biarkan lelaki bastard ini menyentuh ku..."
Sepertinya tidak ada yang mendengar jeritan tangis Miracle dalam hati. Bahkan lelaki itu dengan leluasa menyecap payudara nya sehingga membuat gelayar yang sangat amat dahsyat dalam tubuh Miracle. Sengatan demi sengatan terus saja diterima oleh Miracle, membuat tubuhnya menggeliat menahannya.
Sampai pada akhirnya sesuatu yang keras mendesak masuk kedalam inti tubuhnya. Yang seharusnya dia jaga untuk orang yang ia cintai. Bukan seperti ini. Dia telah direnggut paksa.
Mata Miracle terpejam rapat, meringis kesakitan bersamaan tarikan nafas berat, kepalanya mendongak keatas. Kedua tangannya yang sengaja dilepas oleh Sean, seketika menarik kuat rambut Sean lagi. Dan akhirnya, tubuh mereka benar-benar menyatu.
Oh, sakit. Sungguh sakit. Miracle hanya bisa merasa sakit dan hancur dalam hidupnya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya menangis histeris, itupun tanpa suara.
Sean menatap Miracle masih terpejam meringis kesakitan. Ada kenikmatan tersendiri saat Sean mendapati pemandangan seperti ini "Kamu masih tersegel, sweetie..." Suara serak itu entah kenapa terdengar sangat seksi di telinga Miracle, mungkin suara itu mampu mengalihkan rasa sakit yang sedang Miracle rasakan dibagian inti kewanitaannya.
"Dont cry, sweetie....after this you will surely enjoy it. Hold on a minute" desis Sean kemudian mulai menggerakkan pinggulnya berlahan dan kembali mencumbu mesra bibir Miracle.
Sekarang Sean memang sengaja melepas bebas tangan Miracle yang tanpa sadar meremas erat pinggangnya.
Sean masih menghormati keperawanan Miracle yang baru saja ditembus olehnya, ia masih memelankan ritme pinggulnya memberi ruang Miracle untuk bernapas.
Tetapi saat kesadaran dan kekuatan Miracle kembali, kedua tangannya memukul-mukul kasar dada bidang Sean berharap agar lelaki itu melepasnya. Namun tak lama, kedua tangan Sean menahan masing-masing tangan itu diantara kepala Miracle.
Pemberontakan Miracle malah membuat Sean mempercepat ritme pinggulnya bahkan tidak memberi jeda sedikitpun. Dia tidak memperdulikan lagi tentang menghormati keperawanan yang baru saja ia terobos. Hanya kenikmatan yang sekarang ada dibenaknya.
Ketika Sean merasakan tubuh Miracle mulai menegang dan raut wajahnya mulai mengeluarkan sebuah erangan yang tak bersuara. Sean semakin menambah kecepatan kenikmatan yang amat dalam. Matanya terpejam dan bibirnya sedikit terbuka menikmati setiap tusukan-tusukan yang ia ciptakan.
"hold on for a sweetie, we'll do it together. Ahhh....oohh...come....aahhhh...swee...ahhhh....Aaarrggghh."
Dan akhirnya, mereka pun meledak. Benar-benar meledak bersama. Kepala Sean seketika menyusup ke leher jenjang Miracle dengan sisa napas dan tenaga yang telah ia keluarkan seluruhnya.
Begitu pula sebaliknya, tidak munafik. Miracle juga menikmati detik-detik klimaks yang diciptakan begitu nikmat oleh Sean meski dirinya begitu hancur. Ia tidak bisa mengendalikan tubuhnya ketika merasakan kenikmatan yang diberikan oleh lelaki bastard ini. Oh, sungguh memalukan. Tubuhnya telah berkhianat.
Sudah lama Sean tidak merasakan keperawanan asli dari seorang wanita. Hingga mampu membuatnya mencapai klimaks yang amat sangat memuaskan.
*
Halo semuanya
Mohon kebijakan para pembaca ya
Mohon pengertiannya
Dan silahkan meninggalkan jejak untuk berkomentar
Saya sudah senang kalian mau membaca novel ini apalagi kalau vote n follow
Happy reading