DUA

1798 Kata
Pagi ini suasana kantor GN group terlihat sunyi. Karena peringatan yang Daka berikan kepada para karyawan, membuat mereka lebih berhati-hati dalam bertindak. Tidak ada yang menelpon kekasihnya di jam kerja, tidak ada yang merumpi, apalagi pergi ke kafe meskipun hanya sebentar.  Mereka tentu tak ingin jika akan medapatkan surat peringatan atau yang paling parah adalah surat pemecatan. Ketukan pintu terdengar, dan asisten Daka masuk kedalam ruangan milik sang bos untuk membacakan  jadwal yang sudah di susunnya untuk hari ini. Ada pertemuan dengan beberapa partner kerja, klien, dan juga beberapa meeting yang harus lelaki itu hadiri. “Jadi hari ini karyawan pindahan itu sudah mulai bekerja?” di perusahaan GN grup, selalu ada perpindahan karyawan dari cabang ke pusat. Jika memang karyawan cabang tersebut memiliki etos yang baik. “Sudah, Pak. Bapak akan memanggil mereka secara personal?” kebiasaan Daka adalah selalu meminta karyawan baru untuk menemuinya secara langsung. Karena dengan begitu, dia bisa bertatap muka secara langsung dengan karyawannya. "Tentu, tapi tidak sekarang. Dan pastikan mereka akan bekerja dengan baik." "Akan saya pantau, Pak." "Bagus, kamu boleh pergi." Menganggukan kepalanya, asisten Daka keluar dari ruangan lelaki itu untuk kembali bekerja. Dan Daka sendiri kembali fokus pada tumpukan berkas yang ada di atas mejanya untuk di teliti dan pelajari. Beberapa jam berlalu, bahkan tanpa terasa jam kerja telah berakhir beberapa waktu lalu. Aldaka masih dengan santainya mengerjakan pekerjaannya dengan laptop di depannya. Memilih berlama-lama di kantor adalah hal yang selalu dilakukannya setipa hari. Baginya, dia tidak sedang menunggu apalagi ditunggu oleh seseorang. Jadi menghabiskan waktu dengan bekerja menurutnya lebih bermanfaat baginya. Mungkin seharusnya dia menikah saja daripada harus hidup sendirian tanpa memiliki siapapun di hidupnya. Ya, untuk sebagian orang pasti akan mengatakan itu jika melihat bagaimana kehidupan Daka sekarang. Namun untuk Daka sendri, untuk berpikir kearah sana sama sekali belum terpikirkan sedikitpun. Atau memang Tuhan belum mengirimkan seseorang yang sanggup meluluhkan hati kerasnya. Pertanyaan tentang itupun pernah ditanyakan oleh Ibu Kasih kepadanya. Karena hanya perempuan itu yang berani untuk menanyakan masalah pribadi Daka. Tapi lelaki itu menjawabnya dengan gelengan kepala tanda tak ingin membahas hal tesebut. Daka menghembuskan nafas panjang sebelum memutuskan keluar ruangannya dan pulang kerumah. Lelahnya terasa menggerogoti tubuhnya, tapi dia sama sekali tak mempedulikan semua itu. Dia hanya butuh istirahat sampai rumah nanti. Begitu saja pikirnya. Kaki panjangnya melangkah ke lobi kantor. Penerangan seadanya di sana menandakan jika waktu memang sudah malam. "Baru mau pulang, Pak?" sapa satpam kantor yang sedang berjaga malam. Sudah tidak asing lagi sebenarnya melihat Daka selalu pulang malam seperti sekarang ini. "Iya Pak." jawabnya sambil tersenyum kecil. "Saya duluan." Daka melangkahkan kakinya setelah berbasa-basi dengan satpam terebut. Tubuh tingginya terlihat tegap. Cara jalannya bahkan terlihat gagah sekali, seperti model-model yang berjalan di catwalk. Pantas saja kalau dia menjadi idola di perusahaannya sendiri. Meskipun karyawannya tidak pernah melihatnya tersenyum, tapi pesonanya tidak bisa diabaikan begitu saja. Daka melangkahkan kakinya dimana mobilnya berada. Tapi belum sampai di sana, dia mendengar seperti ada sebuah perdebatan. Dengan kening berkerut, dia melangkah untuk mencari sumber suara. "Kenapa kamu di pindah ke kantor pusat nggak bilang ke aku?" dari jarak yang tak terlalu jauh, Daka bisa mendengar seorang pria berbicara. Daka berusaha untuk melihat dengan jelas siapa lelaki tersebut, mungkin saja dia mengenalinya. Namun sayangnya dia merasa pernah melihat apalagi mengenali lelaki tersebut. Jadi Daka yakin jika lelaki asing itu bukanlah bagian dari perusahaannya. "Kenapa aku harus bilang?" begitu jawab si gadis dengan suara malas. Dengan kernyitan di dahinya, Daka juga mencoba untuk menggali ingatannya barang kali si gadis itu yang adalah salah satu karyawannya. Dan lagi-lagi, Daka juga tidak mengenalinya. "Kenapa?" si pria kembali bersuara. "Aku tahu kamu marah sama aku, tapi nggak seharusnya kamu menghindar dari aku." Entah karena kepenatanya atau entah karena apa, bukannya meninggalkan tempat tersebut, Daka malah mendengarkan pembicaraan dua orang itu seoalah apa yang dilakukan adalah hal yang menyenangkan. Dan tak biasanya dia bertindak konyol seperti itu. "Astaga." begitu suara si gadis terdengar. "Gini ya, Mas, hubungan kita udah over, dan kita udah jalan masing-masing. Urusanku nggak ada hubungannya dengan kamu, dan urusanmu adalah urusanmu sendiri. Kamu yang lebih tahu dari pada aku seharusnya kenapa aku seperti ini." si gadis terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya mendramatisir. "Kita bisa perbaiki hubungan kita, kita bisa mulai dari awal lagi. Kamu tahu kalau cintaku masih sama besarnya seperti dulu." "Dikatakan oleh seorang pecundang." jawab si gadis santai. Dan serius, Daka masih semakin betah menguping pembicaraan dua orang tersebut. "Kasih aku kesempatan untuk perbaiki semua, Key." si pria berbicara memelas. Mencoba untuk menarik simpati dari gadis di depannya. Namun sayangnya, dengan santainya si gadis menggeleng. "Mas nyesel?" si pria mengangguk. "Tapi emang gitu sih, penyesalan itu datangnya belakangan. Kalau datangnya di depan, itu aku kalau mau nonton konsernya Super Junior." jawaban si gadis terdengar ringan sekali seolah jika masalah yang ada di hadapannya adalah masalah sepele. "Udah ya, Mas, aku pulang dulu." si gadis memutar tumitnya untuk segera pulang, namun ucapan si pria menghentikannya. "Aku tuh kurang apa sih sama kamu Key sampe kamu perlakuin aku kaya gini?" si gadis memutar bola matanya malas, namun masih berdiri membelakangi lawan bicaranya. "Selama kita pacaran, aku berusaha untuk membuat kamu bahagia. Aku berusaha untuk ngerti kamu, dan sekarang aku minta kesempatan memperbaiki satu kesalahanku dan kamu nggak mau?" Dengan wajah kakunya, Key, begitu si pria tadi memanggil, menghadap kembali di mana si pria berada. "Kamu memang nggak pernah buat aku kecewa, Mas," si pria mengangguk sambil tersenyum, seolah dia akan mendapatkan kesempatan kedua dari si gadis. "Tapi sekalinya kamu kecewain aku, rasanya sampai berdarah-darah." Daka tentu tak tahu bagaimana perubahan wajah gadis dengan rambut sebahu itu, tapi suara gadis itu terdengar marah. "Key!" "Nggak akan ada kesempatan kedua untuk kamu, jadi aku harap kamu nggak akan pernah temuin aku lagi." dengan mengatakan kalimat itu, si gadis bejalan menjauhi si pria yang tanpa peduli jika pria tersebut terlihat frustasi. Daka menyembunyikan tubuhnya ketika gadis itu melewatinya agar tak terlihat. Dia bisa melihat bagaimana wajah si gadis meskipun lampu tak begitu terang menyorot wajah gadis tersebut. Dengan menarik napas panjang, dia memijit pangkal hidungnya menyadari kebodohannya menguping pembicaraan orang lain. Semoga tak ada karyawannya yang mengetahui tingkahnya malam ini. Atau dia akan menjadi bahan omongan mereka. *:*:*:* Salah satu kamar kos di lantai dua masih terlihat terang. Gadis yang menempati kamar tersebut tengah duduk merenung mengingat kejadian yang dialaminya selama ini. Jujur, sebenarnya dia tidak ingin bertemu lagi dengan pria b******k yang telah menghancurkan hatinya. Bahkan saat dia diberi tahu jika akan di pindahkan ke kantor pusat dia sama sekali tidak menolak dan langsung menerimanya. Selain merasa beruntung, dia juga ingin menghindari pria itu dan keluarganya. "Si Angga mah gitu, ganteng sih iya, tapi otaknya sering timbul tenggelam macem signal hp. Kalau otaknya timbul ya rada bener, kalau tenggelam, ngawur banget kalau ngomong. Kenapa aku dulu bisa cinta sama dia sih?" begitu gumaman seorang gadis yang tadi bertengkar dengan seorang pria yang dipergoki oleh Daka. Namanya Kenya. Dia berumur dua puluh delapan tahun, dan dia baru saja datang ke Jakarta beberapa hari yang lalu. "Kalau aku boleh meminta Ya Allah, aku nggak mau ketemu lagi sama dia. Sumpah, enek banget rasanya." lanjutnya dalam keheningan malam. Kenya baru beberapa hari menempati kamar kos tersebut dan dia adalah karyawan baru di GN group pusat. Dia adalah salah satu karyawan beruntung yang bisa dipindahkan dari kantor cabang ke kantor pusat karena memiliki kinerjanya yang bagus. Meskipun mendapatkan kesempatan itu tidaklah mudah, tapi sepertinya memang nasib baik sedang berpihak kepadanya.  Dia jadi mengingat ucapan teman sekantornya waktu itu, "Kamu tahu kalau Bos besar itu bener-bener kaku?" Begitu tanya temannya saat itu.  Dia sempat merasa jika nyalinya menciut. Dalam pikirannya, sudah pantaskah dia mendapatkan kesempatan itu, karena dia merasa jika masih banyak temannya yang memiliki kinerja lebih bagus darinya. "Dia di juluki Black devil. Katanya dia punya banyak mata. Jadi nggak bisa main-main." Ingatan Kenya berlanjut. “Black devil.” Gumamnya dalam keheningan. Merasa aneh dengan julukan itu. “Memang dia seseram apa sampai dijuluki seperti itu?” masih dengan menatap langit-langit kamarnya, Kenya melamunkan hal yang tidak perlu. "Kita kerja di kantor cabang aja kayak gini, apalagi di sana yang diawasi langsung sama antek-atek si Bos. Kok aku jadi ngeri ya?" dia kembali mengingat ucapan teman satu kantornya. Dan dia berfikir, mungkin karena ketegasanya itulah yang membuat bos besarnya itu mendapatkan julukan konyol semacam itu. Mungkin suatu saat nanti dia akan bertatap muka dengan bosnya itu, toh mereka satu gedung. Kemungkinan bertemu pasti ada. Tapi dia hanya karyawan biasa, dia tidak akan pernah berhubungan langsung dengan lelaki itu. Kerena pemikiran seperti itulah dia menerima tawaran untuk dipindahkan ke GN pusat. Siapa tahu, karirnya akan naik jika dia lebih baik lagi dalam bekerja. Jadi di sinilah dia sekarang. Hidup jauh dari orang tua dan harus mandiri. Kenya bukan gadis manja, hanya saja dia memang tak pernah merantau dan hidup terpisah dengan kedua orang tuanya. *:*:*:* Hari kembali pagi, semua orang berlomba-lomba untuk menjadikan hari ini sebuah keberuntungan. Dari yang baru mencari pekerjaan, sampai pengusaha yang akan mencapai target untuk usahanya agar semakin berkembang. Dan Kenya pun juga sudah sampai di gedung kantornya untuk kembali dengan rutinitas hariannya. "Selamat pagi, Key." sapaan dari teman satu devisinya membuatnya menoleh. Gadis dengan kemeja panjang berwarna biru laut dipadu dengan celana bahan berwarna hitam itu tersenyum kearah Kenya. Terlihat cantik. "Pagi, Na." Balas Kenya sambil tersenyum juga. "Lo terlihat seger pagi ini." Nala memuji Kenya dengan raut wajah sumringah. Terlihat tulus. Kenya hanya tersenyum mendengar pujian yang dilayangkan temannya itu. "oh, ya?" Nala mengangguk. “Iya. Baru lihat cowok ganteng ya?” Kenya terkekeh dengan pertanyaan nyleneh seorang Nala. “Bisa jadi. Cowok-cowok di kantor ini kan ganteng-ganteng.” "Selera lo, jempolan.”  Nala bahkan mengacungkan kedua jemponya di depan wajah Kenya. “Tapi, leader ganteng di sini tetep bos besar.” Mereka berdua masuk ke dalam lift untuk membawa mereka ke lantai dimana ruangannya berada. Kuluman senyum Nala membuat Kenya geli. Kenya mengedikkan bahunya. “Gue belum pernah ketemu beliau.” “Dan sebentar lagi, lo pasti akan ketemu sama beliau. Entah cepat atau lambat. Dan, di ruangannya.” Kalimat terakhir di ucapkan Nala sambil berbisik, seolah ada maksud terselubung di sana. Lift yang di naikinya berhenti. Keduanya keluar dan berjalan untuk masuk ke dalam ruangan. Kenya yang tiba-tiba kaget karena ucapan Nala, membuat dia tak menjawan ucapan gadis itu. Dan itu membuat Nala kembali terkekeh. “Nggak usah tegang gitu.” Nala menyenggol tubuh Kenya pelan. “Begitu cara bos kita mengucapkan selamat datang kepada karyawan baru. Siapin diri lo aja. Lo pasti akan gugup nanti.” “Lo nakutin aja sih.” Kenya duduk di kursinya, pun dengan Nala. Tempat mereka bersebelahan jadi memudahkan untuk mengobrol. “Gue serius tahu. Udah, kita kerja dulu. Entar dapat teguran berabe urusan.” Meskipun Kenya mengangguk, namun bohong jika dia tak memikirkan ucapan Nala. Gugup bahkan sudah dirasakannya sekarang. *.*
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN