Aku tercegang melihat dunia arwah yang ku pikir begitu menakutkan. Tapi ternyata dunia arwah hampir sama dengan dunia manusia. Aku melihat bangunan rumah yang megah, ada juga bangunan bank, bangunan sekolah, restoran, dan masih banyak lagi berbaris dengan rapi layaknya komplek perumahan. Di depannya juga terparkir mobil, motor, sepeda. Arwah-arwah juga lalu lalang di jalan. Ada arwah pedagang sayur, pedagang ikan, pedagang buah, dan ada pula pembelinya. Mereka juga melakukan transaksi pembayaran.
"Apa benar ini dunia arwah? Ini seperti dunia manusia?"
"Beginilah kehidupan di dunia arwah. Semua tampak persis seperti dunia manusia. Arwah perlu bekerja dan berusaha di sini untuk dapat membayar hutang-hutang mereka dunia. Jadi manusia setelah meninggal tetap harus menjalani kehidupan ini. Karena dunia arwah ini diperuntukkan untuk para arwah yang belum bisa memasuki gerbang.
"Lalu mengapa kita harus menjadi arwah"
"Ada banyak hal yang menyebabkan manusia menjadi arwah,
Pertama, mati karena bunuh diri
Kedua, mati karena di bunuh
Ketiga, mati tak wajar.
Mereka akan menjadi arwah penasaran maka dari itu nama mereka tidak terdaftar di gerbang".
"Jadi sekarang ini aku arwah penasaran seperti mereka, kemungkinan aku
....:.".
Kami terhenti di sebuah restoran bakmie "Bakmie Singkawang Ko Edy", ada restoran seperti ini di sini.
"Kemungkinan di masa hidupnya pemilik restoran ini memiliki restoran di dunia. Para keluarga dan kerabatnya membakarkan restoran ini untuknya".
"Maksudnya?"
"Segala pemberian yang dibakar keluarga atau kerabatnya akan berubah dan nyata di dunia arwah ini. Jika mereka membakar rumah menjadi rumah, mobil menjadi mobil, uang menjadi uang, makanya kamu dapat melihat banyak bangunan dan kendaraan".
Tiba-tiba terdengar suara, "kuluyuk, kuluyuk, kuluyuk", perut Diandra berbunyi.
"Aku lapar, apa arwah bisa lapar juga?"
"Tentu arwah bisa lapar, arwah juga butuh tenaga".
"Tapi...., aku tidak punya uang, apa yang harus ku lakukan?"
"Kamu harus menunggu sampai ada keluarga atau kerabatmu yang membakar uang sebagai pemberian untukmu jika tidak kamu harus bekerja sendiri untuk membayar makananmu".
"Aku juga belum mempunyai tempat tinggal, bagaimana ini?"
"Kali ini aku akan membayar makananmu, sepertinya kamu lapar sekali dan kamu butuh tenaga untuk mencari uang".
"Terimakasih Malaikat, Kau memang sungguh baik. O, iya nama Malaikat Darius bukan, Malaikat Darius".
"Cepat masuk dan makanlah semangkok mie".
"Ko, pesan jamian nya 2 mangkok besar".
"Siap, Bos".
Aku makan dengan lahap sampai mangkok itu bersih dan aku merasa kenyang.
"Ko, dia ini arwah baru dan belum mempunyai tempat tinggal, kalau engko gak keberatan berilah dia pekerjaan".
"Boleh, boleh, Ngai emang butuh pegawai, Ngai kasih nyi uang gaji, juga tempat tinggal dalam".
"Iya, Ko, saya mau, nama saya Diandra, ko".
"Oke, oke, mulai sekarang Diandra jadi pegawai di restoran saya ini".
"Ingat aku akan mengawasimu, jangan melanggar peraturan, jangan membuat masalah".
"Iya, Malaikat Darius".
Lalu dia pergi meninggalkan aku dan di sinilah aku harus memulai kehidupan baru.
Di dunia arwah, para arwah tidur di waktu siang dan bekerja di waktu malam.
Hari pertama aku bekerja di restoran Ko Edy, aku diminta belanja sayuran dan bahan-bahan untuk membuat mie.
Aku berbelanja, menyiapkan sayuran, melayani pembeli sampai larut malam dan restoran pun tutup menjelang dini hari. Aku tak sabar untuk bertemu suami dan anakku. Aku segera berbenah, mencuci piring dan merapikan meja. Lalu aku pamit untuk pergi ke dunia manusia.
"Tapi aku tidak tahu dimana suami dan anakku dirawat sekarang? Bagaimana aku menemukan mereka, haruskah aku mendatangi setiap rumah sakit?"
Sepanjang perjalanan aku melihat beberapa arwah sedang makan makanan sesajen yang diletakkan di tempat sembahyang. Mereka menatap dan mengusirku.
"Pergi sana, disini wilayah kami, carilah makan di tempat lain".
Apakah mereka seperti aku arwah penasaran yang keluarganya tidak membakar pemberian sehingga mereka harus memakan sesajen.
Lalu aku berjalan lagi dan melihat seorang gadis berseragam sekolah di halte. Aku menghampiri dan ingin menyapanya. Aku memperkenalkan diri kepada gadis itu.
"Hai, namaku Diandra. Mengapa kamu diam mematung sendiri di halte ini?"
Gadis itu menatap ke arahku dan melihatku dari bawah ke atas.
"Kamu pasti arwah yang baru meninggal, aku belum pernah melihatmu".
"Iya, aku baru meninggal. Apa yang kamu lakukan di sini sambil melihat ke jalan".
"Hari ini tepat 8 tahun kematianku, aku mati terbujur kaku di jalan itu karena tertabrak truk yang melintas saat aku mencoba menyelamatkan seorang anak kecil. Beruntung anak itu selamat tapi aku menjadi seperti sekarang arwah penasaran".
"Apa namamu juga tidak terdaftar di gerbang"
"Iya gerbang itu adalah jembatan untuk kita dapat bereinkarnasi, dimana akan ada para penjaga yang menilai amal baik dan perbuatan buruk kita selama di bumi. Jika kita banyak berbuat amal baik maka karma kita di kehidupan selanjutnya akan baik dan kita bisa bereinkarnasi menjadi manusia lagi. Jika kita banyak berbuat keburukkan maka karma kita akan mengalami derita di kehidupan selanjutnya dan bisa saja kita menjadi manusia tapi hidup sengsara atau menjadi hewan yang diburu".
"Jadi seperti itu, o, iya nama kamu siapa?"
"Aku Amelia, meskipun aku mengenakan seragam, usiaku sudah 24, dan aku senior sebagai arwah. Tadi siapa namamu, Diandra, berapa usiamu?".
"Aku juga baru genap 24 tahun".
"Lalu mengapa kamu meninggal?"
"Aku meninggal karena kecelakaan".
Aku menjelaskan kejadian yang menimpaku kepada Amelia dan sekarang ini ingin menjenguk suami dan anakku tapi aku tidak mengetahui keberadaan mereka.
"Aku akan membantumu nanti, tapi sekarang sudah hampir pagi, kita harus kembali ke dunia arwah sekarang".
"Mengapa? Bukankah kita bebas keluar masuk dunia arwah".
"Kita memang bebas keluar masuk namun bila siang hari kita berkeliaran di dunia manusia tenaga kita akan banyak terkuras. Jadi biasa kita ke dunia manusia selepas magrib dan kembali sebelum subuh".
"Seperti itu tapi aku belum menemukan suami dan anakku".
"Tenang, kita pulang dulu, nanti malam aku akan membantumu".
"Baiklah kalau begitu".
Kamipun kembali ke dunia arwah.