" Kamu masih hutang penjelasan pada ku kenapa malam itu kamu pulang dengan Bagas?". Vita menarik Naya turun menuju ruang tamu kost-an, ternyata disana sudah ada Agus. Fix, minggu pagi nya bakal dihabiskan ngegosip dengan dua orang yang ga mutu, batin Naya.
" Dia malam itu jemput aku di parkiran karyawan. Seperti misi kita yang sudah-sudah, aku nempel Pak Dar kan pas turun... eeh pas udah deket pelataran parkir.. Pak Dar malah berhenti karena merasa kenal dan disapa lah tuh si Bagas. Ternyata Bagas itu adalah salah satu petugas pelatihan saat anaknya Pak Dar mendaftar Akabri tahun lalu.. Nah akhirnya aku ketauan kan.. terus dia maksa aku buat nemenin dia makan... di Resto itu dia bilang tentang tanggungjawab nya terhadap aku dalam perjodohan ini, meski dia punya pacar dan sekarang lagi break... Gila kan tuh orang, enteng banget nyakitin hati cewek nya dan bisa jadi nanti pacar nya ngelabrak aku.. Tapi pertanyaan nya adalah, tanggung jawab apa? ". Cerita Naya panjang lebar pada Vita.
" Naya.. Coba deh kita pikirin lagi pelan-pelan.. Kertas mana kertas, kita coba mapping ". Vita nampak mulai berpikir.
" Dan lagi... Rendy bilang dia tau tentang kematian ummi, aku yang pernah koma dan trauma berat sampai dia bilang kalau aku anti sosial.. Darimana dia tau tentang hal itu? aku ga pernah cerita kecuali pada kalian bertiga.. Gus, kamu keceplosan yaa? ". Naya curiga pada Agus.
" Gus, menurut mu gimana? Mencurigakan ga sih tuh Bagas? Daan.. Rendy, eh dia anak borju kan yaa.. Apa dia punya informan terpercaya yaa? Secara orang kaya kalau punya modus deketin cewek segala hal anti mainstream pasti di coba.. Masuk akal ga sih? ". Vita bertanya pada Agus yang sedari tadi asik dengan game nya.
" Nyak, enak aja nuduh.. Fitnah.. Aku ga akrab yaa sama Rendy, dan lagi aku ga akan berhianat dengan sahabat aku sendiri.... Anda paham Nyaaaakkk ". Agus protes keras tak terima atas tuduhan Naya.
" Sah-sah aja sih Vit kalau kamu mikir gitu, semua kan punya alibi dan punya dugaan ". Akhirnya Agus terpancing dan membuka suara juga.
" Nyaak, kenapa kita ga cari dari orang-orang terdekat dulu sih? Tetangga atau siapa gitu? ". Saran Agus kemudian.
Kami bertiga mulai serius membicarakan tentang peristiwa 3 tahun lalu, mengapa Naya tak bisa mengingat nya. Vita mulai menulis di atas kertas. Bagas, Rendy dan semua orang terdekat yang berpotensi untuk dicurigai.
" Ta... Yang nolongin Enyak masukin sekalian... Siapa tuh Nyak, dua laki-laki sok kecakepan kemarin? ". Agus mulai julid.
" Yeee.. Emang cakep ko.. Siapa yaa, duh aku lupa lagi nama nya.. Wait, aku ambil kartu nama nya dulu kayak nya masih aku simpen ". Naya berlari menuju kamar nya di lantai dua mencari kartu nama yang diberikan Pria perlente kemarin.
" Cowok mana lagi nieh Gus? Nayaaaaaaaaa.... Ko ga cerita ama aku? Gampang banget sih laki-laki deketin kamu ". Suara teriakan Vita menggema, untung penghuni kost lainnya sudah kebal dengan suara auman Vita.
Dimana yaa.. Oh aku lupa, blazer uniform kemarin kan aku cuci, duh gawat. Aku lalu menuju tempat jemuran di balkon belakang kamarku dan benar saja, kartu nama nya sudah lecek kena air, dan tulisan nya sedikit pudar. Naya kecewa berat lalu bergegas turun kembali menuju tempat kedua temanku berada.
" Gaes... Ancur dah.. Udah ga jelas begini bentuk nya... Coba deh liat, siapa nama nya? Deden? Atau siapa sih itu ". Tanya Naya sambil menyodorkan kartu nama yang nyaris hancur.
" Raden... Ruben.. Dirigen ". Sebut Vita asal meski wajah nya terlihat serius mengeja tulisan dalam kartu nama tadi.
" Dirigen? Hahahaha ". Agus dan Naya pun terbahak mendengar Vita menyebutkan beberapa nama.
" Hahaha... Nama nya rumit.. Lupakan.. Kita masukin mapping juga ga nih? ". Pada akhirnya Vita menyerah juga.
" Ga usah lah. Dia gada hubungan nya dengan masalah ku ". Jawab Naya kemudian.
Naya kembali berusaha mengingat kepingan peristiwa itu tapi hasilnya nihil dan imbasnya kepalanya sakit lagi. Akhirnya kami memutuskan untuk makan siang dahulu.
Saat sedang asik makan tiba-tiba Naya ingat bahwa dulu ia selalu menulis di buku diary. Semoga ada petunjuk yang kudapatkan dari sana. Mungkin Naya akan mencari nya jika pulang kerumah nanti. Entah kapan.
***
The Royall Hotel, Malaysia.
Mahen dan Rey akhirnya memutuskan untuk datang ke Wedding Party mantan tunangannya, Melissa. Meski sedari awal Rey mengatakan enggan ikut pergi tapi pada akhirnya dia mengkhawatirkan ku juga. Anak manis, andai aku punya adik perempuan sepertinya sudah aku jodohkan dengan Rey. Mahen mengamati Rey yang duduk tenang disamping dengan ekor matanya.
" Lisa.. Congratulations.. Wishing you a lifetime of happiness together and a love that grows stronger with each passing day ". (Semoga seumur hidup kalian berbahagia bersama dan cinta yang tumbuh semakin kuat setiap harinya). Doa Mahen untuk Melissa.
" Thankyou Mahen.. May your life be full of love and your love be full of life ". (Semoga hidup mu penuh dengan cinta dan cintamu penuh dengan kehidupan) Balasnya kemudian, ada sedikit rasa pedih yang masih terasa di hati Mahen saat dia mengucapkan nya tadi.
Kemudian Mahen menyalami mereka berdua. Ia meminta izin pada suami Melissa untuk memeluk Lisa terakhir kali, tak di pungkiri bahwa Mahen ingin melepaskan beban kerinduan yang selama ini ditahannya.
Mahen merasakan airmata Lisa menetes di bahu kirinya. Mahen lalu memeluknya erat, menghidu wangi nya terkahir kali, mengusap punggung nya pelan sembari membisikkan kata agar Lisa kembali tenang. Aku akan coba ikhlas melepaskan mu Melissa Abigail Shiddiq. Bisiknya kemudian.
Rey menarik bagian belakang jas Mahen pelan sekali, menyadarkan nya untuk kembali pada kenyataan. Mahen lalu mengurai pelukan nya dan segera pamit beranjak pergi untuk pulang kembali ke tanah air hari itu juga.
" Rey... Ternyata, masih sa-kit yaa ". Gumam Mahen pelan saat mereka sudah didalam taksi menuju airport.
" .............. ". Rey hanya diam tak menanggapi.
" Entah mengapa, sulit sekali bagi Mamah menerima Lisa, satu-satunya yang menahan ku untuk tak segera melamar nya adalah restu Mamah yang tak kunjung turun ". Sesal Mahen lirih.
Rey masih bergeming, mungkin kali ini dia memilih menjadi pendengar terbaik disaat aku sedang merasakan kehilangan yang sebenarnya.
***
Orchid Tower, Cibubur.
Sudah 2 jam yang lalu Mahen tiba kembali di Indonesia. Sepanjang sore hingga malam ini dia berada di balkon kamar nya memandang kelap kelip suasana malam Jakarta sambil menghisap batang rokok yang entah sudah berapa banyak ia habiskan.
Bayangan masa-masa indah dengan Lisa masih sangat membekas dalam ingatan, pun ketika Melissa mengatakan tak bisa mendampingi Mahen dalam situasi berat yang lalu. Mahen kira, segala rasa kecewa dan sakit nya telah pergi, tapi nyata nya masih tetap membekas dihati. Cinta...
" Aaaahhhh..... Lisssaaaaaaaaaaaaaa... ". Akhirnya airmata yang sedari lama Mahen tahan, jatuh juga. Pertahanan nya jebol sudah. Mahen menangis tersedu dalam dingin dan pekat nya malam ini, dalam bumbungan kepulan asap yang ia ciptakan sendiri.
" Maah... Doa Mamah untuk kesekian kali nya terkabul, aku selalu menuruti mu.. Dan aku sangat berharap dimasa depan ketika aku menemukan kembali seseorang yang aku sayang, Mamah bisa merestui nya ".
" Tuhan, Engkau paling tau apa keinginan hamba-Mu bukan? Tapi mengapa sulit bagi-Mu untuk melunakkan hati Ibuku? Selama ini aku tak pernah meminta pada-Mu, apakah ini alasan nya, karena aku bukan seorang hamba yang taat menyembah-Mu? ".
Mahen berteriak seperti orang gila, mengeluarkan segala sesak dan amarah dalam hati nya yang selama ini dia pendam. Mahen berharap esok hari ia akan kembali tenang dan seakan tak terjadi apa-apa. Apakah aku bisa berpura-pura??. Tangis nya bercampur teriakan pilu menyayat hati.
_________________
Lagi patah hati akut jadi meracau.. hihi.. Insyaf Mahen, berdoa yang baik biar ketemu jodoh yang baik juga. Aamiin.