Aplikasi Chat Online

1132 Kata
Apa yang kamu harapkan dari sekolah? nyatanya sekolah hanya menjadikanmu sebagai orang yang dituntut untuk mendapatkan nilai bagus dengan standar pendidikan yang kurang cocok bagi siswanya. Arya bukan orang yang bodoh, tetapi dia juga bukan orang yang terlalu pintar, tahun lalu ia bisa menorehkan nilai yang cukup baik dengan menempati urutan ke sebelas di sekolahnya, tetapi hal itu justru membuat Arya tak bahagia. Arya bukanlah orang yang berkecukupan dalam hal materi, bahkan ia bersekolah saja hanya karena beasiswa yang ia dapatkan di salah satu sekolah swasta. Kehidupannya yang serba kekurangan membuat Arya harus bekerja paruh waktu saat libur sekolah maupun pulang sekolah. Kondisi Arya yang serba kekurangan ini terkadang menjadi objek perundungan di antara teman-temannya, beruntung ia masih terselamatkan karena kemampuan berpikirnya, ada beberapa teman yang mau berteman dengannya, bukan karena Arya menyenangkan, tetapi karena Arya pintar, dengan begitu mereka bisa mencontek hasil belajar ujian Arya. Sekolah Arya terkenal sebagai sekolahnya para elit siswa, wajar saja keadaan Arya selalu mendapatkan perundungan, apalagi kekayaan di sekolah itu benar-benar menjadi pembanding di antara mereka. Ini adalah tahun terakhir ia berada di sekolah itu, rasanya Arya ingin segera lulus dan terlepas dari sana. "Woy, sini pinjem bentar HP-nya," ucap Angga sembari memegang handphone yang dimainkan Arya. Angga adalah salah satu ketua geng yang ada di sekolahnya, kebetulan tempat duduk Angga ini berada di depan kursinya Arya sehingga sangat mudah bagi Angga untuk menindas Arya. "Apaan? enggak ah, kamu itu kemarin udah ngabisin kuotaku, pasti kamu mau download film lagi, kan?" ucap Arya mencoba mempertahankan handphone yang sedang ia genggam. "Bawel banget sih jadi cowok? lu mau gua gebukin lagi? lagian cuma pinjem doang pelit amat, kuota juga bisa kan lu beli lagi?" Angga merebut paksa handphone yang Arya pegang. Arya tak mampu berkutik, Angga selalu mengancam Arya jika ia tak memberikan handphonenya. Begitulah kehidupan Arya di sekolah, Angga terlalu sering merundung Arya karena keadaan Arya yang miskin, tetapi Arya tak bisa melakukan apa pun karena ia tak ingin dikeluarkan dari sekolah itu karena perbuatan yang melanggar aturan. "Sial, sekolah benar-benar tempat yang tidak menyenangkan, setiap hari kehidupanku selalu sama, bahkan orang-orang tak ada yang mau berteman tulus denganku, tetapi aku beruntung masih diberikan kemampuan berpikir sehingga masih bisa bersekolah," gumam Arya. Pulang sekolah adalah sesuatu yang paling dia nantikan, karena setelah bel terakhir berbunyi, ia merasa telah terbebas dari belenggu keji yang menimpanya. "Tuh, kan. Si Angga itu selalu saja menghabiskan paketan kuotaku, bagaimana bisa orang kaya seperti dia malah meminjam handphone dari orang sepertiku? sial, aku harus mengamankan handphoneku mulai sekarang." Selama perjalanan pulang itu Arya mampir ke gerai pulsa untuk mengisi paket internetnya, karena kehidupan Arya yang sesungguhnya hanya ada di dunia halu itu. Arya merebahkan dirinya di tempat tidur, hal yang paling ia tunggu akhirnya bisa ia lakukan. Seperti biasa ia membuka sosial media dan sibuk mengomentari setiap postingan orang dengan akun palsu. "Ini yang aku suka dari internet, aku bisa menjadi orang lain yang cukup menyenangkan, dan di sinilah aku akan tetap dianggap dan dipedulikan oleh orang-orang yang entah bagaimana ia dikehidupan nyatanya." Arya terus menggulir layar handphonenya dan tak sengaja memencet sebuah iklan yang mengarahkan ia kepada satu aplikasi. "BanbanChat? aplikasi apaan nih?" Arya cukup penasaran dengan aplikasi itu yang memiliki cover sepasang kekasih dengan tagline-nya 'temukan pacar impianmu di sini' tulisan itu sedikit membuat Arya menarik napasnya. "Apa-apaan nemuin pacar di aplikasi online, cuma orang ngenes aja yang pake aplikasi macam ini, kalau aku pakai aplikasi ini dan teman-temanku tahu, apa jadinya nanti?" "Ya siapa peduli, lagipula aku kan tidak punya teman, oke aku download." Arya menjilati ludahnya sendiri, akhirnya ia pun mencoba untuk memakai aplikasi tersebut. "Eh lihat ini? tampilannya cukup menarik," ucap Arya. Setelah selesai mendaftar akhirnya ia mencoba untuk menemukan siapa orang yang akan menjadi pacar onlinenya. Sudah hampir empat jam ia mencari-cari, tetapi tetap tak menemukan orang yang mau menekan love kepadanya. "Aplikasi apaan sih ini? Padahal aku udah tap love di foto orang yang aku suka, tapi kenapa gak ada yang tap love balik?" Arya sedikit kesal karena cara main aplikasi ini sama seperti kamu bermain Tinder. Seseorang akan dipertemukan dengan orang lain jika kedua orang itu saling bertukar love, sayangnya saat ini tak ada yang tap love pada profil Arya, tentu saja hal itu membuat ia kesal dan menyesal telah mendownload aplikasinya. "Sial, kenapa kehidupanku sangat tidak berguna sekali sih! dunia nyata yang menyebalkan, sekarang di dunia halu pun tak ada yang mau denganku, ya tuhan apa ini semacam kutukan?" Ketika ia hampir putus asa dan hendak menghapus aplikasi itu, tiba-tiba sebuah notifikasi muncul di kotak kanan atas aplikasi bertuliskan 'satu pasangan di temukan, kirimi ia pesan untuk mulai menjemput jodoh anda' Arya terlihat bahagia ketika mendapati pesan tersebut, ia langsung melihat profil orang yang memberikan love padanya. "Eh? orang bodoh macam apa yang membalas tap love kepadaku? pasti orang iseng, biar saja aku kerjai kau ya!" Arya yang saat ini kepercayaan dirinya sedikit turun malah berpikiran jika wanita yang ada dibalik sana akan mempermainkannya dan ia mencoba untuk mengerjai balik akun yang meresponnya itu. "Rasain nih oke aku ketik apa ya? begini saja." [Halo, apa kamu bodoh?] "Hahaha pasti wanita itu akan marah dan dia akan menyesal, rasakan." Sebuah balasan pesan dari wanita itu dengan tepat masuk ke aplikasinya. [Hahaha, kamu kenapa? kenapa berpikiran seperti itu?] "Heh, dasar sok asik. Oke kubalas lagi kau yak." [Ya karena kamu bodoh, hahaha. Hanya orang bodoh yang bermain aplikasi macam ini.] Lalu wanita itu membalas kembali. [Hahaha kamu lucu ya, padahal kamu juga bermain aplikasi yang sama, apa kita bisa berteman?] "Eh, apaan sih ini orang, malah ngajakin berteman lagi, gak jelas banget." Arya membalas kembali dengan niat membuat orang itu jengkel. [Kamu kenapa? Aku gamau temenan sama kamu, kamu itu pecundang di Dunia nyata, cuma orang bodoh yang mau temenan sama kamu] "Rasakan itu, pasti kali ini kau akan pergi dan gamau temenan samaku lagi, dasar sialan." Wanita itu membalas kembali pesan yang Arya kirim. [Baiklah aku akan jadikan kamu orang favoritku, sepertinya kamu punya banyak masalah yang berat ya sehingga kamu tak bisa percaya dengan orang lain, oh iya namaku adalah Lucy Ana, aku ingin berteman denganmu] Entah kenapa Arya merasa jika wanita itu benar-benar ingin berteman dengannya dan ia sedikit menyesal karena telah bersikap kurang baik, tetapi kenapa wanita itu mau menerima Arya padahal dia sudah bersikap tidak menyenangkan, sulit menebak perasaan seseorang ketika kamu tak melihat ekspresinya secara langsung, tetapi hari itu Arya merasa jika dirinya masih dibutuhkan dan masih ada yang mau berteman dengannya walaupun orang itu adalah orang yang ada di aplikasi online. "Kamu pasti mengalami banyak kesulitan ya? namamu siapa ya? aku harap aku bisa menjadi temanmu, karena hanya kamu saja yang memberikan love pada profilku," gumam Lucy yang saat ini menunggu balasan chat Arya. Hari itu Arya tak membalas kembali chat Lucy karena ia masih belum mempercayainya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN