Chapter 2

922 Kata
"Atha...," "Ya, mau apa lagi kamu memanggilku?" Matanya sembab, menandakan cukup lama ia menangis, hingga menyisakan luka di hatinya. Saat ia sedang sayang-sayang nya, lelaki yang ia cintai, malah berkata akan pergi meninggalkannya. "Aku akan datang, saat tiba waktunya nanti. Kuharap, kamu mau menungguku, Atha...," Gadis cantik itu tertegun, "apa maksud kamu?" "Aku masih mencintaimu, Atha.. Akan selalu sama, tapi sekarang biarkan aku fokus dengan pendidikan ku dulu, saat tiba waktunya nanti, aku akan datang, membawa kebahagiaan itu." Gadis itu hanya terdiam, entah saat ini ia harus senang atau sedih, nyatanya ia tetap harus menunggu. "Berapa lama? Berapa lama aku harus nunggu kamu? Maaf Wil, aku nggak bisa," Athanasia, harus memilih sebuah kenyataan. Menunggu bukanlah suatu hal yang menyenangkan. Belum lagi saat berjauhan nanti, siapa yang tahu bahwa halangan datang kapan saja. Bisa jadi, William, mantan kekasihnya itu. Malah terpikat oleh gadis lain, nyatanya, William dan dirinya, harus menetap di negara yang berbeda, "aku nggak bisa, Wil. Maafin aku, lebih baik kita berpisah saja, walau aku sakit, tapi ini semua yang terbaik untuk aku dan kamu," "Atha, kumohon..., Aku janji, ini semua cuma tiga tahun," "Cuma, kata kamu? Tiga tahun itu, cuma? William! Tiga tahun itu lama!" Atha bersikap realistis. Mengesampingkan perasaannya, yang sebenarnya begitu terluka, saat harus terpisah jauh dari kekasihnya, cinta pertama untuknya. "Udahlah, Wil, kita memang udah nggak bisa," "Tha, tapi aku masih cinta," William meraih tangan Atha. "Wil, kamu udah memutuskan untuk pergi, mengejar impian kamu. Ini yang selama satu tahun kamu perjuangkan, aku turut bahagia, atas pencapaian kamu, tapi LDR? Maafin aku, William, aku nggak bisa." William memeluk tubuh gadis itu, mengusap punggungnya, dengan napas yang sesak. "Aku belum bisa merelakan ini, Atha, kamu tahu kalau aku cuma cinta sama kamu. Lalu kenapa kamu nggak mau kasih aku kesempatan? Aku janji bakalan memberi kabar setiap enam bulan sekali, Atha...," Mendengar hal itu, membuat Atha terenyuh. Ia tidak tega, sejujurnya ia juga masih belum rela berpisah. "Aku bisa, Wil. Tapi kamu bilang kita nggak bisa kontak via ponsel, nggak bisa chatting dan sebagainya. Lalu bagaimana cara kita berkomunikasi, kita nggak bisa saling tahu kabar, aku mana bisa seperti itu, Wil, enam bulan sekali, kamu baru bisa menghubungiku, itu terlalu lama, William." "Tapi aku akan usahakan untuk lebih sering memberi kabar, untuk bisa hubungin kamu, walau hanya via telpon. Kamu tahu kan, ini impian aku, kamu juga tahu aku udah mengharapkan hal ini sejak setahun lalu. Atha, aku mohon kamu mau mengerti ya, aku juga nggak mau putus dari kamu," Ya, memang selama satu tahun ini, kekasihnya, William. Dia berusaha keras untuk dapat menciptakan sebuah teknologi mutakhir, sebuah penemuan yang akhirnya berhasil mendapatkan apresiasi dari badan terkait. William akan di kirim ke luar negri, untuk melakukan penelitian, sehingga waktunya akan dia habiskan untuk pekerjaan tersebut. Sangat sulit untuk William dapat memegang ponsel, Atha sendiri tidak yakin dapat bertahan, kalau bukan karena ia masih mencintai William, karena hubungan mereka sudah cukup lama, dari semenjak keduanya lulus sekolah menengah pertama, hingga mereka akhirnya lulus dari Universitas. "Arrghh!!" Atha berjalan terhuyung di koridor menuju toilet tempat ia sekarang berada. Tubuhnya sudah di bawah pengaruh alkohol. Ya, Atha baru saja merasa patah hati. Saat pria yang selama tiga tahun ini ia tunggu, ternyata di depan matanya malah mengkhianatinya. "William, kamu sialan! Hahaha...," Atha semakin tidak dapat mengendalikan dirinya, kekesalannya terhadap pria itu sudah melebihi batas maksimal, ibaratnya bagaikan bom waktu yang sudah siap meledak saat ini juga. Hatinya begitu sakit, sejam yang lalu, ia bermaksud menjemput William di bandara. Tapi, betapa mengejutkan, ia malah melihat William bersama seorang wanita, dan lebih parahnya lagi, wanita itu tengah berbadan dua. Tentu saja Atha tidak begitu saja berpikiran negatif, terhadap wanita itu. Bisa saja wanita itu adalah saudaranya, tapi bagaimana mungkin? William disana untuk sebuah penelitian, apa iya bisa membawa saudaranya. Tak ingin menebak-nebak, akhirnya Atha menghampiri William dan wanita itu. "Wil, siapa dia?" Raut wajah William langsung berubah pucat, sedangkan wanita yang di sebelahnya nampak begitu tenang. "Kamu yang siapa? Ada urusan apa kamu menemui suamiku? Siapa kamu?" Sekujur tubuh Atha gemetar. "Suami?" "Atha, maaf..., Atha, kumohon dengarkan penjelasan ku," Wiliam mendekat ke arah Atha yang masih bergeming, dengan mengepalkan kedua tangannya. Wajahnya merah padam, air matanya tergenang, dengan hati yang begitu sakit, seolah kakinya tak sanggup lagi menopang tubuhnya yang mendadak lemas. "Atha, maafin aku, ini semua hanya kecelakaan." "Sayang, kamu ngapain sih, kok malah deketin wanita itu? Dia itu siapa kamu, hm?" Wanita itu terlihat kesal, ia sebenarnya sudah mengetahui bahwa William memiliki kekasih, tapi sebagai istri sah William, wanita itu juga tidak akan membiarkan suaminya masih mengharapkan mantan kekasihnya itu. Ya, mantan kekasih. Karena setelah ini, wanita itu yakin, bahwa Atha tidak akan memaafkan William dan mengakhiri hubungan mereka secepatnya. William tidak mengindahkan ocehan wanita hamil yang ada di belakangnya. Yang ia cemaskan saat ini adalah cinta pertamanya, Athanasia. "Atha, aku mohon, dengerin dulu penjelasan ku. Ini semua terpaksa aku lakukan, aku terjebak. Sungguh, aku mau beritahu kamu, tapi aku takut kamu marah," William maju beberapa langkah, berusaha mendekati gadis yang di cintanya itu. "Stop, jangan deketin aku! Makasih karna udah bikin aku sia-sia buang waktuku nunggu kamu, kamu tuh nggak guna! Jangan pernah cari aku lagi, selamat untuk semua pencapaian kamu! Dan satu lagi, selamat untuk pernikahan kamu, kelihatannya sebentar lagi, kamu bakalan jadi Ayah. Hebat kamu!" Atha tidak sanggup berbasa-basi lagi, ia pergi meninggalkan William dan wanita itu, dengan perasaan yang begitu hancur. Bayangkan, menunggu selama tiga tahun, malah di balas dengan sebuah pengkhianatan. "Athanasia! Tunggu!" ___________________ Kalau suka boleh berikan feedback nya ya. makasih banyak. Salam sayang, Cherry ~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN