Chapter 30 : Kejutan Untuk Zintan

1163 Kata
"HEEEY! LIHAAT! AKU MENEMUKAN TOKOH PRIA YANG PAS!" DEG! . . . . . . . . . . . . . . . . . TRING! BLEDAR! . . . . . "MARGARETH!" . . . . . . . Romansa menoleh pada diriku dan Jordan, dia langsung berteriak kegirangan dengan mengeluarkan sebuah cahaya pink dari tangannya. Cahaya itu melesat menuju Jordan. Tanpa ba-bi-bu lagi, tubuhku bergerak. Aku hanya berniat melindungi temanku. Aku tidak ingin melihat Jordan menderita lagi. Dan Jordan tersentak lalu menjerit melihat cahaya itu menembus badanku. Mulutku memuntahkan darah yang luar biasa banyak. Rasanya seperti ditusuk oleh benda yang sangat tajam. "Ke-kenapa kau melindungiku!" Jordan langsung mengangkat tubuhku yang hampir ambruk. Dengan suara yang tertahan-tahan, aku mencoba untuk menjawab. Setidaknya, hanya kali ini saja. "Karena kau adalah temanku." Aku menutup kedua mataku pelan dengan senyuman tipis. * * * Jordan Sinata P.O.V Aku meneteskan air mata, aku berani bersumpah, baru kali ini diriku menangis di depan wajah seseorang. Ini sangat memalukan, aku menyesal. Dasar lemah! Aku merutuki diriku sendiri karena kecerobohanku yang tidak bisa melindungi siapapun. Aku sangat bodoh, bahkan, seorang penyihir baru seperti Margareth melindungi nyawaku. Bukankah, itu semua cukup membuatku terlihat seperti sampah. Maafkan aku, Margareth. Kali ini, aku akan membalasnya. Aku sudah tidak peduli dengan apapun lagi. Aku akan berjuang melawan dua wanita iblis itu. Akan kupertaruhkan nyawaku. Kubaringkan tubuh Margareth di bawah pohon sakura yang rindang lalu menoleh pada mereka. "Yo! Kalian!" Si rambut putih menengok dan menyunggingkan seringaian. "Hey, ternyata dia masih hidup, Romansa." Mendengar hal itu, si rambut pink pun ikut menelisik ke arahku. "Jadi, tembakanku meleset ya! Ah! s**l sekali!"--Romansa menepuk jidatnya dengan tampang jengkel--"Kenapa harus tokoh utamaku! Kenapa harus dia yang terluka!?" Aku mendecih kesal, berani-beraninya dia meremehkanku. Walaupun sebenarnya, aku juga sedang bingung. Ya, berdasarkan jumlah, aku kalah telak. Mereka berdua dan aku sendirian. "Oke! Jadi, apa yang akan kaulakukan? Apa kau ingin membunuh kami? Sepertinya itu tidak perlu, aku tahu, kemampuanmu masih sangat ummm ... yah, kau tahu lah?" Romansa melipat tangannya di d**a dengan menampilkan senyuman kecil. Aku tersentak, apakah mereka benar-benar meremehkanku? Aku mengembuskan napas pelan dan berkata, "Yo! Aku tidak peduli kalian menganggapku lemah atau apa? Tapi yang menjadi tujuanku sekarang adalah membalas kekasaran kalian." Teena tersenyum. "Begitukah?" ucap Teena sarkastik. "Aku tidak tertarik." timpal Romansa dengan wajah datar. "Teena, aku tidak ingin tangan kita kotor hanya karena bermain-main dengan Penyihir lemah itu, lebih baik kita pergi saja!" Teena mendengus pelan lalu mengangguk. "Oke." Dan mereka menghilang dalam hitungan detik. Aku menunduk lesu. Sebuah aroma dingin tercium, bau apa ini? Sangat dingin. * * * "Tunjukkan kemampuanmu pada kami di Garkimonso, Jordan." Seorang Wanita berambut hitam panjang berjalan cantik melewatiku. Dia memiliki rupa yang menarik. "Si-siapa kau?" Wanita itu menghentikan langkahnya. Tiba-tiba, butiran-butiran salju turun di tempatku, hanya di tempatku berdiri saja. Dia menoleh sedikit padaku dengan senyuman tipis. "Seseorang yang pernah tertawa dan menangis bersamamu, dan juga yang dianggap telah meninggal oleh keluargamu. Aku tahu, kau pasti lupa." Tus Salah satu salju mendarat di hidungku dan mencair. Rasa dingin menggelitik permukaan wajahku. Dan suara isakan tiba-tiba terdengar. "Banyak sekali hal yang pernah kita lakukan bersama. Banyak sekali." Aku terkejut mendengar perkataannya, sepertinya apa yang dikatakannya itu sebuah kejujuran. Aku dapat mendengarnya dengan jelas lewat nada bicaranya. Pelan dan lembut. Entah kenapa, ingatanku tiba-tiba menangkap sesosok gadis kecil yang sedang tertawa lebar. Lihat Jordan! Aku menemukan kupu-kupu baru! Warnanya biru seperti matamu! Apakah kau suka? "Arzhy? Apakah itu kau?" tanyaku dengan wajah ambigu. SET! Dia langsung menghilang, namun keberadaannya bisa kurasakan. Aku tahu, kini dia sedang berada di belakang tubuhku. Lantas, aku menoleh. "Jordan, lihatlah, aku menemukan kupu-kupu baru ... " Aku terbelalak. "Ar-Arzhy!" GREB! Aku langsung memeluknya, dan mengingat semua kenangan indah dengan sahabat kecilku ini. Ternyata dia masih hidup. Arzhy masih hidup. Namun pelukanku terlepas karena dia tiba-tiba menghilang dengan cepat. Aku masih tidak percaya dengan apa yang telah kulihat, temanku yang kukira telah meninggal ternyata masih hidup, dan juga dia memiliki aura yang sangat dingin. Apakah dia telah berubah? Kalau begitu, akan kutunjukkan padanya nanti di Garkimonso kemampuanku yang sebenarnya. Aku tidak tahan ingin mengeluarkannya. Arzhy, ternyata kau memang masih hidup! * * * Zombila Mercedes P.O.V Sekarang, diriku tengah terbaring dipermukaan rumput hijau, bertelanjang d**a, dan menatap langit biru. Aku sudah menonaktifkan kekuatanku, walaupun sebenarnya aku hampir mati karena lupa cara menonaktifkannya. Huh, dasar. Aku masih tidak menyangka, kekuatan itu telah menguasai kemarahanku. Bahkan, aku masih mengingat kejadian itu, dimana Si Kulit Hitam diserang secara brutal olehku. Aku mengagumi diriku sendiri. Jadi ini ya, kekuatanku? Kuharap, dengan kemampuan yang kumiliki saat ini, bisa membuat Farles menang dalam turnamen sihir. Tidak, sebenarnya, bukan hanya aku. Tapi, mereka semua memiliki kemampuan-kemampuan unik yang dapat mengangkat nama Farles keperingkat pertama. Kuharap! * * * Zintan Vandertink P.O.V Menyebalkan, kenapa aku harus mengeluarkan sihir terlarangku, akibatnya, energiku habis total. Bahkan, untuk sekadar berjalan saja aku harus terengah-engah. Sementara itu, gadis permen yang barusan kukalahkan sedang pingsan di tengah lumpur yang menjijikan. Ih, sangat menggelikan melihat seluruh tubuhnya diselimuti lumpur. "Dimana mereka!?" Aku bergumam dengan bentakan kesal. 'Mereka' yang kumaksud adalah Alexador dan Diana, tentu saja. Kami bertiga juga sebenarnya sedang melaksanakan misi, namun karena kelelahan, aku dan teman setimku istirahat disekitar sini. Dan aku mendengar ledakan besar saat itu, lantas, diriku meminta izin pada Diana dan Alex untuk mencari tahu asal ledakan itu. Bukannya menemukan sesuatu yang hebat, diriku-secara tidak sengaja-melihat pertarungan antara Rae dan gadis permen itu. Awalnya aku hanya ingin melihat-lihat, tapi setelah dipikir-pikir, lebih baik aku menolong Rae. Lagi pula, tubuhnya sedang terluka, itu cukup membuktikan kalau dia tidak akan mampu melawan gadis kecil itu. Dan pada akhirnya, diriku lah yang menjadi lawan dari gadis permen tersebut. "Zintan?" Aku mendengar seseorang memanggilku, suaranya begitu parau dan mendayu-dayu. Aku menoleh pada asal suara dan betapa terkejutnya diriku melihat wujud orang itu. "EH!?" * * * "Zintan?" Aku mendengar seseorang memanggilku, suaranya begitu parau dan mendayu-dayu. Aku menoleh pada asal suara dan betapa terkejutnya diriku melihat wujud orang itu. "EH!?" * * * Terlihatlah wanita berambut merah bergelombang dengan mata birunya yang hangat, tentu saja aku mengenalnya, bahkan kami teman yang sangat akrab. Yang membuatku kaget itu, seseorang yang tinggi besar dengan jubah putih. Seluruh tubuhnya hampir tertutupi oleh jubah yang dikenakannya, rambut pirangnya yang terlihat, dan aku pikir, dia seorang Pria gagah. "ADRIANA!" Aku tersenyum lebar dan meloncat-loncat senang. Hey, siapa sih yang tidak bahagia melihat sahabat kecilmu kembali? Adriana Meliksow, itulah nama wanita itu, dia seorang penyihir Farles, sama sepertiku. Namun, dia pergi menjalankan misi dengan jangka waktu bertahun-tahun, dan siapa sangka kalau akhirnya dia pulang. Sungguh membahagiakan! "Ternyata dalam dua tahun terakhir ini, sifatmu masih belum berubah juga ya, Zintan?" celetuk Adriana dengan menaikan alis, senyuman dingin muncul dimulut manisnya. Sementara makhluk misterius yang memakai jubah tepat di belakang Adriana tetap bergeming. Aku penasaran, siapa sih dia? Suara burung merpati menghancurkan keheningan hutan ini, dan kobaran aura hangat muncul di kedua mata Adriana. "Kau juga! Kau masih belum berubah sama sekali! Lalala~"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN