MATURE CONTENT
"Al, ini kan..." mataku melotot melihat hadiah darinya. Kira-kira satu bulan lalu saat kami jalan ke mall, aku bilang padanya bahwa aku ingin punya jam tangan couple'an sama dia. Kami sempat lihat-lihat, tapi harganya luar biasa mahal, karena Aldrich tidak suka jam merk abal-abal. Aku mengurungkan niatku setelah melihat jam tangan pasangan itu yang harganya sebanyak dua bulan gajiku. Aku urungkan keinginanku. Gak perlu jam tangan, yang penting waktuku sama dia lebih banyak pikirku.
Tapi sekarang, aku melihat jam tangan itu, jam tangan cantik merk mahal yang harganya bikin aku mulas saat melihatnya di etalase. Sekarang jam itu ada digenggamanku.
"Al.. ini kan? Ini mahal Al..."
Aldrich tersenyum. "Happy Anniversary babe.. i love you.."
Aku memeluknya, masih tidak percaya. Sebelumnya dia kasih aku kalung berlian. Sekarang jam mahal, aku gak pernah minta loh..
"Tapi Al.."
"Aku mau kalau kamu pake jam itu kamu inget aku setiap waktu. Couple'an sama aku."
Aku tersenyum. "Lebay! Tiap saat ketemu juga.." dia tersenyum.
"Terus hadiahku mana?" Tuntutnya.
Aku gelagapan. Aku gak siapin apa-apa selain ayam dan cabe yang ku masak tadi. Duh, gimana ya?
"Kamu mau apa? Besok aku beliin..."
Aldrich menggeleng. "Kan annivnya sekarang. Ya sekarang donk hadiahnya..."
Aku melihat jam, sudah pukul sembilan. "Tapi kita mau kemana malem gini, bentar lagi mall tutup. Atau kita kebawah aja, pasti masih buka."
Aldrich kembali menggeleng. "Yang aku mau gak ada di mall."
"Hah? Apa donk? Jangan susah-susah Al..."
Dia menatapku lurus, aku terdiam merasakan tatapannya menusuk mataku. "Aku mau kamu..."
Aku menelan salivaku susah payah. Aku mecoba menghalau pikiran mesumku. "Ih jangan sok serius gitu ah... biasa juga kamu kalo mau nyium langsung nyosor, Al.." aku salah tingkah. Mukaku pasti sudah memerah tak ketolongan. Untung Aldrich belum menyalakan lampu.
"Kali ini aku bener-bener mau masuk kedalam kamu, Cinta" Suara Aldrich berbisik, tapi cukup jelas terdengar ke dalam telingaku.
"Aku mau kamu jadi milikku..."
^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*
Aldrich pov
Napas kami berdua tersengal saat aku menindih Cinta disofa. Kedua kakinya terbuka saat tubuhku mendesak diatasnya. Setelah mengatakan kalimat yang membuat matanya membulat sempurna dengan wajah merah yang jelas terlihat di remang cahaya, aku menarik tengkuknya. Menciumnya perlahan, tapi semakin lama semakin dalam dan penuh napsu. Lidahku menyusup saat Cinta terengah dengan lumatan bibirku. Dia mengerang pelan membuat kejantananku menegang panas.
Kami berdua tersendat saat berjalan ke kamar tanpa melepaskan pagutan bibir kami. Disela itu kami saling membuka pakaian satu sama lain. Kami membiarkannya berserak dari ruang tengah sampai kamar. Saat mendekati ranjang tubuh kami sudah polos. Aku tidak berhenti mengusap bagian-bagian sensitif tubuh cewek itu. b****g, p******a, bagian depannya, semuanya.
Kami sering b******u walau belum pernah sampai jauh, seperti sekarang, biasanya aku hanya menciumnya, tanganku menjelajah kemana-mana. Biasanya hanya jariku saja yang bermain-main di milik Cinta, tapi malam ini berbeda.
Cinta menutup mulut dengan lengannya sendiri saat bibir dan lidahku tidak berhenti mengeksplor tubuhnya hingga ke bawah. Matanya terpejam, tanda dia sudah sangat terangsang dan menikmati permainanku.
Napasku memberat, saat melihat dengan jelas milik Cinta. Selama ini dia tidak mengijinkan aku untuk melihatnya. Malu katanya, tapi menyentuh sih jangan tanya. Dan sekarang, seolah menemukan harta karun, aku terlonjak senang. Aku ingin merasakan Cinta, dan sebaliknya tapi nanti.. ini saja dulu. Jangan maruk Aldrich! Tegurku pada libidoku sendiri. Nanti Cinta kaget, malah hilang moodnya.
Aku mendekatkan wajahku, sambil menghirup wanginya. Lalu aku mendekat dan menciumnya. Napas Cinta tertahan saat aku mulai memainkan lidahku disana, menjilat dan menggoda titik kecil dibagian atas vaginanya. Semakin aku menjilat, semakin banyak pula cairan yang keluar dari lubang surga milik Cinta. Tanganku merayap ke atas, meremas payudaranya, aku ingin dia klimaks sebelum aku masuk kedalamnya.
Tubuhnya menegang, kakinya kaku, Cinta mengerang saat merasakan orgasmenya. Sip! Aku bisa meluncur mulus sekarang. Aku kembali melumat bibirnya, Cinta melingkarkan kakinya dipinggangku, membuat miliknya yang basah menggesek tepat di milikku yang bertegangan tinggi.
"Masukin sekarang ya.." aku berbisik sambil terus menstimulus tubuhnya agar tidak merasakan nyeri terlalu banyak. Aku sedikit gugup, ini baru pertama kalinya aku meng'gol'kan milikku ke tubuh perempuan. Jangan meleset... jangan meleset.. rapalku dalam benak.
Aku mengarahkan kejantananku ke lubang kecil itu, baru masuk sedikit saja rasanya tubuhku sudah panas dingin. Aku melihat Cinta meringis menahan sakit saat semakin kudorong milikku. Napasku memburu ketika aku merasakan ada lapisan halus yang terkoyak di dalam Cinta.
Ah, ini sempurna......... dan nikmat. Aku menyusupkan kepalaku ke samping leher Cinta, seluruh tubuhku seperti lumpuh, hanya terasa di bagian bawahku. Milikku tenggelam seluruhnya didalam Cinta, membuatku merasakan sensasi luar biasa saat sempitnya inti Cinta menjepitku. Aku berusaha bernapas normal, agar gejolak yang sedari tadi memuncak tidak segera meledak.
Cinta terisak, aku terus membisikan kalimat untuk menenangkannya. Aku mencium telinga, pipi dan bibir merekah cewek itu.
"I love you Cinta."
Cewek itu membuka matanya, "Jangan pernah tinggalin aku Al..." ucapannya membuatku merinding. Tapi aku mengangguk kemudian mulai menggerakan pinggulku.
Kami mendesah bersama, tangannya bergerak gelisah disekitar punggung dan kepalaku. Aku tidak berhenti mencium dan mengulum payudaranya. Isakannya hilang, digantikan lenguhan seksi yang membuatku memompa lebih berani. Telunjukku masuk ke mulutnya, cinta mengulum dan menghisapnya membuatku gila.
"Aah, Al... ah...." sepertinya Cinta klimaks lagi dan aku sudah tidak bisa menahan ledakanku. Segera kucabut samuraiku dan ku kocok sehingga menyemprotkan cairan kental itu ke perutnya.
Kami berebut oksigen. Aku merebahkan tubuhku di sampingnya. Dadanya naik turun, membuat tanganku bergerak sendiri untuk mengusap pelan puncaknya. Cinta tersenyum kecil lalu menoleh padaku, aku mengecup bibirnya lalu menariknya untuk membersihkan diri dikamar mandi.
Kami duduk diranjang setelah Cinta mengenakan kausku dan celana dalamnya, sedangkan aku hanya memakai boxerku. Dia tampak cantik, Cinta selalu cantik tapi malam ini dia terlihat bersinar, seolah ada lampu menyorotnya dari belakang.
Kami ngobrol sambil berbaring, sampai Cinta terlelap di bahuku. Rasanya damai, aku membayangkan jika kami menikah nanti, Cinta akan menjadi istri dan ibu yang baik.
Hmm, pikiranku melantur. Sepertinya aku mulai masuk ke alam mimpi. Ada Cinta sedang duduk memangku gadis kecil. Mereka berdua memandangku dan menggerakan tangannya agar aku mendekat. Aku tersenyum dan dan berjalan ke arah mereka, tiba-tiba sosok pria berjalan cepat dari belakangku lalu duduk dengan mereka. Mereka bertiga tertawa bahagia, dan aku semakin menjauh, seperti ada tali yang menarikku menjauh.
Siapa itu? Kenapa bukan aku? Ah, sepertinya aku bermimpi.. aku kembali terlelap dan tidak mengingat apa-apa lagi.
^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*
Cinta pov
Aku menggeliat, tidurku nyenyak tanpa mimpi. Suara hembusan napas teratur disebelahku membuatku tersenyum. Entah jam berapa semalam Aldrich membangunkanku, dia minta jatah lagi. Duh, rasanya pahaku pegal. Aku berdiri dan meringis saat marasakan nyeri dipangkal pahaku. Aku langsung mandi dan ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Ponselku berbunyi, Pingkan meneleponku.
"Hai Ping..." Aku berjalan mengeluarkan nasi sisa semalam dan telur dari kulkas.
"Hai pengantin baru.. idiiiih, beda ya suaranya.. serak-serak gimanaaa gitu.."
"Apaan sih lo?" Wajahku memerah.
"Berapa ronde semalem lo jam segini baru bangun?"
"Teruuus, godain aja terus bikin orang bete pagi-pagi." Aku mendengus. Pingkan terkekeh. Aku mengambil wajan dan mengambil bawang lalu mengupasnya.
"Eh Ta, sia Rangga lagi balik nih. Tar siang jalan yuk..."
"Hmm, tar gw tanya Aldrich dulu ya. Gw belum tau rencana dia hari ini."
"Halah, dia mah maunya pasti nyempod aja dikamer sama lo."
Aku terlonjak saat merasakan sepasang tangan memelukku dari belakang. "Morning babe.." bisik Aldrich. Aku balas mengecup pipinya. Lalu bibirnya.
"Eh tolong ya, gw denger ini pagi-pagi udah cap cup cap cup ajeh lo..." Pingkan protes.
"Pingkan ajak kita ketemuan. Rangga lagi balik katanya." Aldrich mengangguk. Lalu tangannya masuk ke kausku. Aku berteriak kecil. "Al, ngapain sih? Aku masih telepon nih..."
Cowok itu merebut ponselku. "Ping, tar kabarin aja kita ketemu dimana oke?! Gw sama Cinta sarapan pagi dulu.." Aldrich langsung mengakhiri panggilan tanpa menunggu Pingkan menjawab. Aku mengerutkan dahi, aku belum masak apa-apa gimana mau sarapan?
Aldrich menjepit tubuhku di antra tubuhnya dan meja dapur sambil mencium bibirku.
"Al, aku mau bikin sarapan dulu.." ciumannya turun ke leherku. Aldrich meraih tanganku dan membawanya ke bawah, aku melotot merasakan juniornya mengeras.
"Sarapan kamu dulu Ta. Udah bangun nih..."
"Iiih, bukannya biasa kalo pagi emang bangun.."
"Iya, makanya sekalian Ta.." dia mengangkat tubuhku dan membawanya ke kamar. Astaga, mandi dua kali ini sih...
^*^*^*^*^*^*^*^*CUT*^*^*^*^*^*^*^*^*