Keringat

1642 Kata
Tugas Danita sebagai chief asisten Human Resource Development di perusahaannya adalah mengitung gaji karyawan dan sering kena semprot manajer kalau salah hitung. Kemudian mengurusi asuransi seluruh pegawai juga, administrasinya. Kemudian menjalankan dan menerapkan peraturan perusahaan. Di akhir bulan begini, dia sudah seperti dikerjar pocong, salah satu dedemit milik Indonesia yang paling dia takuti selain kuntilanak. Danita harus mengurusi semua asurasnsi yang kadang menjadi ribet sekali ketika karyawan lupa mengajukan klaim surat sakitnya tapi marah-marah ketika ada jumlah gaji yang berbeda. Padahal semua itu bukan salah Danita tapi si karyawan itu sendiri. Sebagai seorang karyawan HR, dia selalu harus menyetok kesabaran setara dengan karyawan marketing yang berjumpa dengan banyak kostumer. Apalagi akhir bulan ini bagian HR diminta untuk membuka lowongan kerja untuk 4 divisi yang sedang membutuhkan. Dia membantu rekan kerjanya untuk menyeleksi ratusan lamaran kerja yang masuk dan nanti ikut menginterview juga. Sebenarnya ini bukan bagiannya tapi karena waktu yang mepet, Danita menjadi tumbal karena dia mashi dianggap yang termuda di divisi ini. Dia kesal sekali kalau sudah menggunakan kekuasaan atas nama senioritas begini. “Oke…,” Danita membalik halaman CV dari seorang pelamar kerja yang duduk di hadapannya. Seorang perempuan yang cukup cakap menjawab pertanyaannya. Dan sekarang dia akan mengajukan pertanyaan terakhir sebelum memberi nilai. “Kalau kamu diterima kerja di sini, apa yang akan kamu berikan kepada perusahaan?” tanya Danita dengan wajah yang kaku meski bibirnya tersenyum. Danita menatap intens pada si calon karyawan yang setelah mendengar pertanyaan Danita masih bersikap tenang. Kemudian sebelum menjawab, calon karyawan itu membenarkan posisi duduknya menjadi lebih sopan lagi. Hal yang Danita sukai karena sepertinya pelamar kerja di hadapannya ini mempersiapkan dirinya dengan baik. “Kalau saya diterima bekerja di perusahaan ini, pertama saya ingin mengatakan bahwa saya pasti melakukan kesalahan selama bekerja, tapi saya menjamin kalau saya akan melakukan yang terbaik sesuai kemampuan saya dan mengembangkan diri saya menjadi lebih baik.” Mendengar jawaban itu, Danita lebih puas lagi. Dia kemudian mengomentari sedikit jawaban dari si pelamar sebelum kemudian dia mengakhiri sesinya bersama pelamar kerja ini. ada 4 pelamar lain yang kemudian dia tangani sebelum kemudian berhenti karena jam makan siang. Danita memberikan datanya pada rekan kerjanya, Prisilia. “Gue angkut yang ini. Dia keliatan banget siapin materi buat interview dari 7 orang lainnya.” Danita menunjukkan seorang pelamar yang dia pilih dengan nilai paling baik dan ditandai dengan stabile warna pink. “Oke, Ta. Thank you banget, ya.... Abis ini lo bisa balik kerja lagi. Sisanya biar gue sama Luki yang ambil alih.” Kata Prisilia sambal merangkul Danita dan memberikan satu gelas es alpukat kocok dicampur cokelat yang entah kapan rekannya itu beli. “Idih, tahu aja gue lagi haus.” Danita kegirangan mendapatkan minuman yang dia sukai sebagai tanda terima kasih. “Hahaha… ngelak lah pasti. Apalagi pala lo pasti juga ikutan panas.” Kata Prisilia yang sudah sangat paham keadaan seseorang setelah menginterview pelamar itu sama seperti perawat yang harus menghadapi pasien galak, costumer service yang menghadapi pelanggan cerewe dan kasus-kasus lain. “Untung gue bawa minyak kayu putih. Bisa kerokan nanti.” Danita dan Prisilia kemudian tertawa bersama. Industry fashion di Indonesia sedang berkembang pesat saat ini. anak muda menjadi tonggak besar yang berpengaruh untuk memberikan banyak ide kreatif dalam bidang ini. persaingannya juga sengit apalagi produk impor juga ikut membanjiri pasar dan berpernag dengan harga murah sebagai tawaran untuk pembelinya. Saat HRD perusahaan tempat Danita membuka lowongan, CV yang masuk sampai membuat dia dan kawannya kewalahan. Sampai akhirnya dipilih 30 orang untuk ikut interview karena itu saja sudah dikurangi banyak dari jumlah aslinya karena tergerus seleksi CV. Saat interview tadi, Danita yang sudah beberapa kali melakukannya terlihat terbiasa tapi tetap saja setiap kali menemukan pelamar yang kurang mempersiapkan tes interview pasti kesal juga. Dia mengawali pertanyaan dengan menanyakan ketertarikan si pelamar dalam bidang fashion dan mendapatkan jawaban beragam. Dari situ Danita ingin mengambil kesimpulan tentang seserius apa pelamar mengejar karir di bidang fashion. Karena perusahaan nantinya akan menghabiskan banyak waktu dan uang untuk melatih karyawan. Jadi sebelum berinvestasi, mereka ingin memastikan bila pelamar bukan cuma ikut-ikutan melamar tapi memang passionnya ada dalam bidang ini. Kemudian yang penting juga saat interview adalah alasan ingin bekerja di perusahaan ini. Danita menyaksikan setiap pelamar yang menjawab serius atau tidak. Akrena yang serius pasti terlihat bersinar karena menunjukkan bagaimana si pelamar menggali informasi tentnag perusahaan. Selanjutnya ada pertanyaan tentang diri si pelamar. Danita tidak muluk harus yang sudah mempunyai banyak pengalaman. Karena di bidang ini yang dicari juga ide kreatif dan itu bisa digali pada setiap orang yang mau mengenali dirinya sendiri. Tapi dia juga tetap melihat pengalaman dan skill sebagai pertimbangan. Tujuan karir juga menjadi pertanyaan Danita pada si pelamar kemudian tentang hubungan kerja. Karena tekanan di perusahaan ini jelas sangat besar dengan tingkat stress yang tinggi. Ada banyak kepribadian kuat di bidang fashion sehingga Danita ingin tahu apakah si pelamar nantinya bisa mengatasi semua situasi itu. Danita mampir ke kantin setelah dihubungi oleh teman-temannya. Danita tidak mau makan sendirian apalagi setelah Naya, temannya itu kemudian menikah dengan direktur utamanya sendiri setelah melewati banyak ujian. Dia tidak punya teman dekat selain Naya tapi setidaknya dia cukup hebat untuk berbaur dalam situasi apa pun. “Hi, guys…, apa nih menunya ibu kantin?” Danita yang baru saja muncul di kantin langsung bertanya pada teman-temannya. “Ada masakan padang. Cocok banget ama elo. Gih sanah sebelum abis.” Kata Titi memberitahu. Danita langsung saja melengos pergi menuju kasir untuk memesan makan siangnya. Dia mengintip pada etalase tempat menu makanan terpajang dan dia sudah ngiler saja waktu melihat masakan padang kesukannya. Dia rindu sekali dengan masakan daun singkong gulai dan sambel ijo khasnya. Danita sedikit kikuk ketika dia kembali kepada teman-temannya, dia diberi kursi yang tempatnya berada di sebelah manajer baru mereka, Andre. Padahal sejak kode-kode di bioskop kemarin, Danita masih merasa kurang sreg dan ingin menghindar saja. Tapi teman-temannya seperti sedang menyalakan kompor dan ingin memanaskan suasana.   Dasar teman luknut!   Danita mengetik itu di dalam grup yang berisi karyawan saja tanpa manajer.   Gas aja, Ta. Duren kaya, anak satu, cantik   Tapi malah dia mendapatkan balasan nyeleneh dari teman-temannya yang semakin membuat dia pusing. Belum lagi Andre benar-benar seperti sedang mendekatinya terang-terangan. Saat Danita ingin membuka botol air mineralnya, Andre dengan sigap membukakan tutupnya padahal Danita bisa sendiri. Kemudian saat dia butuh tisu karena ada di tengah meja, Andre akan mengambilkan. Teman-temannya yang melihat itu semakin ribut di dalam grup w******p. “Kamu mau pesen makanan lain?” tanya Andre ketika melihat Danita sudah menyelesaikan makananya. Danita menoleh kaget karena mendapatkan pertanyaan itu dan Andre juga berbisik di sebelahnya dengan posisi yang cukup dekat. “Eh, engga, Pak. Ini sudah kenyak kok.” Ujar Danita menolak. Lagi-lagi kejadian tadi dilihat oleh teman-temannya yang sudah senyum-senyum minta ditabok oleh Danita yang sudah kesal.   ///   Danita tidak langsung pulang begitu jam kerja berakhir. Dia tidak punya tangungan kerja apa pun tapi dia pulang terlambat karena rencananya akan membantu para desainer dan tim marketing mempersiapkan event promosi yang akan diadakan perusahaan. Danita selalu senang bergabung dengan mereka karena seru sekali melihat bagaimana orang-orang kreatif sedang bekerja. “Tan, tolongin gue dong.” Riah memanggil Danita yang baru saja kembali dari toilet. Riah adalah seorang desainer yang saat ini sedang melakukan pengecekan pakaian yang sudah dibuat contoh pertamanya untuk dilihat bagaimana apakah ada kesalahan. “Ahsiyapp, ibuk.” Sahut Danita yang kemudian diberi buku panduan dari Riah untuk pengecekan pakaian yang berjejer di atas meja panjang. Di ruangan pertemuan ini, ada banyak orang yang sedang lalu lalang. Kemudian di ruangan sebelahnya lagi ada yang sedang rapat untuk membahas acara yang sama. Menurut info yang Danita dengar, ada direktur utama mereka dan asistennya juga yang ikut rapat karena event kali ini cukup besar dan melibatkan banyak pihak. Danita tidak berpikir akan menyapa Yudit lagi karena dia sudah memutuskan untuk saling tidak kenal lagi selain tahu nama masing-masing. Biar semua yang pernah terjadi hanya karena Yudit sedang menghiburnya yang baru putus cinta dan Yudit yang butuh seseorang untuk pelepasannya. Lagi-lagi soal simbiosis mutualisme. “Ini kayaknya kepanjangan ya dari yang ada di dalem desain, Ri.” Danita mengukur panjang dress warna kuning motif daun-daun warna putih dengan pengukur dan mendapati hasilnya ganjil. “Bener nih. Duh, makasih banget lho elo selalu bantu kalau ada event. Lama-lama elo gue rekrut juga nih ke dalem tim.” Riah yang wajarhnya sudah kusut akrena lelah merasa berterima kasih akan bantuan Danita. “Nope. Gue nggak bisa gambar, ide gue mentok banget. Gue nggak punya jiwa-jiwa kreatif kek kalian.” Danita memegangi dadanya sembari merasa prihatin. Riah tertawa keras melihat raut wajah Danita yang sangat menghibur. “Dalam bidang ini tuh nggak melulu soal bakat, tapi ketekukan sama disiplin lebih penting, Ta. Elo kudu coba belajar pokoknya.” “Ah elah.. si ibuk. Nanti aku beneran belajar dan posisi elo gue rebut kan berabe.” Danita masih berkelakar. “Gue tampol nanti kalo kejadian begitu.” Danita dan Riah tertawa-tawa sembari melanjutkan pekerjaan mereka. Tapi suara tawa mereka menarik perhatian beberapa orang apalagi obrolan mereka yang sangat konyol juga ngawur. Akhirnya seisi ruangan ikut menimpali dan membuat suasana yang tadinya penuh tenakanan menjadi sedikit mencair. Seseorang yang juga kemudian ikut tertarik perhatiannya adalah Yudit, dia sedang mendampingi Fazran untuk melihat bagaimana proses kerja untuk event besar yang akan mereka lakukan nanti. Setelah selesai melakukan rapat, dia mengikuti Fazran masuk ke dalam ruangan ini dan melihat kesibukan di dalamnya tapi suasanannya terasa ringan walau setiap ornag terlihat sudah sangat kusut. Dari orang-orang itu, dia menemukan Danita yang sedang mengukur baju-baju contoh yang akan diproduksi perusahaan ini. Dia melihat wanita yang pernah tidur degannnya itu tertawa ringan seolah tanpa beban. Yudit kemudian mengikuti langkah Fazran melihat lebih dekat setiap karyawan yang sedang melakukan tugasnya. Sampai kemudian dia berada dekat dengan Danita yang kelihatan lelah tapi juga antusias dengan apa yang dia lakukan. Rambut wanita itu sampai basah oleh keringat tapi sepertinya tidak ada niat untuk menguncirnya. Hal itu membuat Yuditt mengingat lagi saat dia dan Danita sama-sama penuh peluh setelah melakukan percintaan panas. Wajah Danita yang kelihatan lelah tapi puas, kemudian rambut berantakan tapi menambah kesan seksi. Juga titik keringat yang membuatnya hilang kosenterasi. Danita dalam keadaan itu memang sempat membuat Yudit terpana, Danita yang terlihat sangat cantik setelah pelepasannya. . /// Instagram: Gorjesso Purwokerto, 9 September 2020 Tertanda,   . Orang yang lagi kunyah permen karet karena sesak napas lagi, inilah akibatnya makan pedes nggak inget riwayat lambung yang suka kumat  ahahaha . .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN