BAB 5: HARAPAN RATNA

1301 Kata
SELAMAT MEMBACA  ***  “Tidak mau sekolah.” “Kalau tidak sekolah nanti Papi Non marah. Mbak takut, ayo Non kita sekolah…” “Tidak mau, ya tidak mau.” Sejak tadi Kayla menolak untuk berangkat sekolah. Pengasuhnya sampai kehabisan cara bagaimana membujuk Nona nya agar mau berangkat. Bahkan hari semakin siang, tapi gadis kecil itu masih setia di atas ranjang dengan piyama tidurnya. Wajahnya kesal, karena dia tidak mau berangkat sekolah dan tetap di paksa sejak tadi. “Loh, ini kenapa belum siap-siap Sayang?” Elen masuk kedalam kamar cucunya. Niatnya ingin memanggil untuk sarapan, tapi ternyata justru cucunya masih setia dengan piyama tidurnya dan belum bersiap sedikitpun. “Tidak mau sekolah Oma,” rengek Kayla pada Elen. Elen bingung, tidak biasanya Kayla tidak mau berangkat sekolah. “Kenapa?” tanya Elen pada Kayla. “Mau ketemu Tante Adel. Dari kemarin Oma bilang besok-besok terus kerumah Tante Adel, Kay maunya sekarang!!” ucap Kayla dengan ketus. Elen berjalan pelan mendekat ke ranjang dimana cucunya berada. Dia memberi kode pada pengasuh Kayla untuk keluar. “Tante Adel itu kerja Sayang. Tidak selalu ada di rumah, dia tidak bisa main sama Kay terus.” Elen berusaha memberikan penjelasan pada cucunya. Namun sepertinya Kayla menolak semua penjelasan Oma nya. “Kenapa kerja, Oma tidak kerja. Oma pasti bohongkan, tidak mungkin kerja setiap hari. Ayo kita kerumah Tante Adel, Kay mau lihat sendiri.” “Oma tidak bohong, Kalau Oma kan memang tidak kerja. Ada Opa yang kerja cari uang, Oma di rumah main sama Kay, kalau Tante Adel tidak ada yang carikan uang jadi Tante Adel harus cari uang sendiri.” “Nanti Kay mintakan uang sama Papi. Uang Papi banyak, biar Tante Adel tidak usah kerja bisa main sama Kay setiap hari,” Kayla masih bersikeras tidak mau mengerti. “Ayo Sayang jangan seperti ini. Nanti pulang sekolah Oma janji, Oma akan ajak Kay kerumah Tante Adel…” “Tidak mau!! Dari kemarin janji-janji terus, tapi bohong.” “Sekarang sekolah dulu, nanti sore Papi yang antar Kay. Papi Janji,” Tiba-tiba Adam sudah ada di depan pintu. Sejak tadi Adam mendengarkan perdebatan kecil antara Elen dan Kayla. Mendengar ucapan papinya Kayla sedikit luluh. “Benar? Nanti sore antarkan ke rumah Tante Adel?” tanya Kayla pada Adam. “Iya,” jawab Adam singkat namun penuh keyakinan. “Janji?” tanya Kayla lagi. “Janji…” Setelah itu Kayla mau bersiap-siap untuk pergi kesekolahnya. Adam langsung pergi dari sana, sedangkan Elen membantu cucunya untuk bersiap-siap. *** Jam sudah menunjukkan waktu untuk pulang kantor. Namun, sejak tadi Adel masih sibuk dengan berkas-berkasnya. Belum ada tanda-tanda akan berdiri dari duduknya. “Bu, saya pamit pulang duluan ya Bu.” Susan masuk kedalam ruangan Adel untuk pamitan pulang. “Ohh sudah mau pulang ya? Iya-iya kalau begitu, silahkan,” jawab Adel. Sambil tangannya masih sibuk membolak balikkan kertas di hadapannya. “Ibu tidak pulang? Ini bisa di lanjutkan besok lagi,” tanya Susan. “Iya San, sebentar lagi saya pulang. Tanggung ini sedikit lagi.” “Yasudah, saya pamit ya Bu.” “Silahkan …” Setelah kepergian Susan, Adel kembali larut pada deretan angka dan huruf yang ada hadapannya. Sejak tadi matanya dengan jeli memeriksa satu persatu huruf yang ada di sana. Sampai, tiba-tiba terdengar nada dering dari ponselnya membuatnya sedikit terkejut. Adel melihat layar ponselnya yang berkedip-kedip, ternyata mamanya yang menelpon. “Halo, assalamu’alaikum Ma,” “Wa’alaikumsalam, kamu lembur Del kok belum pulang?” tanya Ratna dari seberang sana. “Tidak Ma, sebentar lagi Adel pulang. Kenapa Ma?” Adel bingung, tidak biasanya mamanya itu menelponnya seperti ini. “Kayla ada di rumah sejak tadi, dia nangis nungguin kamu.” “Iya Adel pulang sekarang.” “Yasudah, Mama tutup telponnya. Assalamu’alaikum.” “Waalaikumsalam.” Klik… Adel menutup panggilan telponnya dengan Ratna. Dia segera membereskan kertas-kertas yang sejak tadi membuatnya pusing. Adel tidak tau kenapa keponakannya itu menunggunya, sejujurnya Adel juga merindukan Kayla, dia  ingin bertemu dengan keponakannya itu. Sudah satu minggu sejak terakhir mereka bertemu dan belum bertemu lagi sampai sekarang, mungkin saja Kayla ingin menagih kelanjutan cerita dan janji nonton film yang pernah dia ucapkan minggu lalu. *** “Adel pulang, Assalamu’alaikum…” salam Adel saat kakinya sudah menginjakkan pintu masuk kedalam rumahnya. “Waalaikumsalan…” jawab semua orang dengan serempak. “Tante Adel,” panggil Kayla dengan antusias. Adel melihat ada papanya, mamanya, Kayla dan kakak iparnya di ruang tamu. Adel lalu menyalami kedua orang tuanya, namun tidak dengan Adam. Lagi-lagi Adel merasa Adam menatapnya dengan tajam, dia seperti melihat tatapan penuh permusuhan dan kebencian dari kakak iparnya itu. Adel merasa tidak ada yang salah dengan dirinya, tapi kenapa kakak iparnya menatapnya dengan begitu. “Halo Kayla…” Adel menyapa Kayla lalu duduk di sebelah gadis kecil itu. “Karena Adel sudah pulang, saya permisi pulang Ma, Pa. Saya titip Kayla di sini, katanya mau menginap.” Adam berdiri dan membetulkan jas yang dia kenakan. Adel, Ratna dan Benjamin pun ikut berdiri. “Kok buru-buru Mas, tidak makan malam disini?” tanya Ratna. “Lain kali saja Ma, saya masih ada urusan,” tolak Adam dengan halus. “Yasudah kalau begitu, hati-hati di jalan. Salam untuk orang tuamu ya.” Adam mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. Meski hanya sekilas, Adel bisa melihat senyum kakak iparnya itu, didalam hati Adel membatin ternyata Adam laki-laki kaku itu bisa juga tersenyum. “Papi pulang dulu, Kayla tidak boleh nakal disini,” Adam bicara dengan Kayla. “Iya,” jawab Kayla dengan patuh. Setelah itu Adam benar-benar pergi dari sana. Meninggalkan Kayla, Ratna, Benjamin dan Adel di ruang tamu. “Kay kenapa mau ketemu Tante?” tanya Adel pada Kayla. Kini dia kembali duduk di sofa yang dia duduki semua.  “Kangen sama Tante Adel. Tante kenapa tidak ke rumah Kay?” tanya Kayla dengan wajah cemberutnya. Adel merasa gemas, dia mencubit pelan pipi gembil Kayla. “Tante kan kerja Sayang,” alasan Adel. Tapi memang benarkan dia bekerja. “Padahal Kay kangen, tadi saja Kay ngambek sama Oma sama Papi biar di izinkan kesini. Apa tidak bisa Tante tidak usah bekerja dan main terus sama Kay?” tanya Kayla dengan polosnya. Pertanyaan Kayla berhasil mengundang tawa semua orang. “Ya tidak bisa, nanti siapa yang kasih Tante uang?” tanya Adel balik pada Kayla. “Nanti Kay mintakan sama Papi. Uang Papinya Kay banyak, kalau Kay minta untuk Tante Adel pasti Papi kasih. Jadi Tante tidak perlu repot-repot bekerja, Tante bisa main sama Kay setiap hari,” mendengar ucapan Adel yang terdengar begitu mudahnya, Adel jadi bingung sendiri harus menjawab apa. Dia hanya bisa melirik kedua orang tuanya yang dudu di sebelahnya. Namun Ratna dan Benjamin bersikap seolah-olah mereka tidak mendengar ucapan cucunya itu. “Jadi kalau sudah ketemu Tante, Kay mau apa?” Adel berusaha ngalihkan pembicaraan yang membuat suasana menjadi sedikit canggung itu. “Mau mendengar cerita yang waktu itu, sama mau nonton film juga…” jawab Kayla dengan antusiasnya. “Ayo kekamar Tante kalau begitu,” Adel mengulurkan tangannya agar bisa menggandenga tangan Kayla untuk pergi kekamarnya. Kayla pun dengan senang hati menerima uluran tangan tantenya itu. Akhirnya merekapun pergi kekamar Adel bersama. “Papa tau apa yang Mama fikirkan,” Ratna menoleh mendengar ucapan suaminya. “Memang tidak boleh ya Pa?” tanya Ratna dengan lesu. “Bukannya tidak boleh, tapi saran Papa Mama jangan banyak ikut campur. Biar semuanya berjalan semestinya, biarkan saja…” “Iya deh, tapi menaruh harapan boleh kan Pa?” tanya Ratna lagi. “Terserah Mama, asal Mama siap untuk kecewa,” jawab Benjamin dengan santainya. Ratnya hanya membuang nafas pelan, mendnegar ucapan Benjamin. Memang benar kata suaminya itu, sepertinya dia akan kecewa jika menaruh banyak harapan.  *** BERSAMBUNG****  JOGYA, 19 JULI 2021  SALAM  E_PRASETYO
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN