BAB 8: KAYLA SAKIT

1403 Kata
SELAMAT MEMBACA  ***  Adam tidak main-main dengan ucapannya beberapa hari yang lalu. Dia benar-benar menjauhkan Kayla dari Adel. Sudah 4 hari ini Kayla terus saja merengek ingin bertemu Adel namun Adam selalu melarangnya. Seperti malam ini, Kayla kembali merengek saat ingin tidur. “Kayla mau ke rumah Mami Adel…” rengek Kayla pada pengasuhnya. Sedangkan perempuan yang bekerja sebagai pengasuh Kayla yang bernama Minah itu tidak tau lagi harus mengatakan apa. Sejak tadi nona mudanya itu terus saja merengek. Sedangkan dia tidak berani bicara dan meminta izin kepada Tuannya. Dia takut kalau ayah dari anak itu akan marah, dia teringat beberapa hari yang lalu majikannya sudah berpesan banyak hal mengenai larangan Kayla menghubungi ataupun bertemu wanita bernama Adel. “Mbak, kasih tau Papi. Kayla mau ketemu Mami Adel,” Kayla kembali merengek. “Aduh Non, Mbak tidak berani Non. Mbak takut Papi Non marah, kemarin kan sudah di larang. Non dengar sendiri kan?” Sebenarnya Minah juga tidak tega mendengar rengekan nona nya, tapi mau bagaiman lagi dia juga tidak memiliki kuasa apapun. “Kalau ada Oma pasti di izinkan pergi,” ucap Kayla lagi dengan wajah lesunya. Memang sejak 3 hari yang lalu Elen dan Anjar pergi ke Kalimantan untuk sebuah pekerjaan dan sampai saat ini belum juga kembali. Entah sampai kapan mereka akan kembali. “Tunggu Nyonya besar saja pulang ya Non. Sekarang Non tidur dulu, besok kan sekolah.” Minah terus saja berusaha membujuk Kayla, namun Kayla hanya menggeleng pelan. “Kayla pusing, besok tidak mau kesekolah. Tidak mau makan juga, sampai boleh ketemu Mami Adel, bilangin Papi Kay tidak mau makan, tidak mau sekolah, biar saja sakit biar saja di marahin Bu guru pokonya kalau Papi belum kasih izin ketemu Mami Adel, Kay ngambek.” Setelah itu Kayla langsung merebahkan tubuhnya dengan kasar di atas ranjang dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Minah yang tau jika nona kecilnya tengah kesal, tidak berani lagi mengatakan apapun. Dia hanya membetulkan sedikit selimut Kayla, lalu mematikan lampu dan menyalakkan lampu tidur. “Selamat malam Non,” setelah itu Minah keluar dari kamar tidur Kayla. Kayla yang mendengar suara pintu di tutup, dia kembali bangun dari tidurnya. Dia justru duduk di sofa yang ada di dalam kamarnya, dia tidak ingin tidur. Dia ingin bertemu dengan mami Adel nya. “Mami, Kayla rindu mau ketemu Mami. Hiksss… Hiks…. Hiksss… Mami…” Kayla menangis dengan pelan seorang diri malam itu. Tidak ada yang tau jika gadis kecil itu tengah memendam kerinduan dan kesedihan yang mendalam.   Pagi harinya, saat Minah ingin membangunkan Kayla untuk sekolah. Minah terkejut saat mendapati nona mudanya tidur dengan meringkuk di atas sofa tanpa bantal ataupun selimut. “Non kenapa tidur disini ayo bangun, sekolah…” panggil Minah pelan. Namun tak ada jawaban sedikitpun dari Kayla. Minah merasa maklum, biasanya memang nonanya itu sulit untuk bangun pagi. “Non Kayla,” panggil Minah lagi. “Errhhhhh, sakit kepala hiksss… hiksss…” isak Kayla dengan pelan. Matanya masih terpejam dia setengah mengigau. Mendengar igauan nonanya, Minah langsung memeriksa tubuh Kayla. Saat tangannya menyentuh kening Kayla, Minah merasa kaget suhu tubuh Kayla sangat panas. “Non… Non… ayo bangun dulu minum obat…” panggil Minah dengan sedikit panik. Dia takut di marahi majikannya karena tidak pecus menjaga nonanya sampai sakit seperti ini. “Mami Adel…” guman Kayla pelan. “Mami…” Minah langsung mengangkat tubuh Kayla dan membaringkannya di atas ranjang agar Kayla lebih nyaman tidurnya. Setelah itu Minah keluar dari kamar, dia harus memberitahu majikannya kalau anaknya itu tengah sakit. “Tuan…” panggil Minah pelan, saat melihat Adam tengah sarapan. “Kenapa?” tanya Adam singkat. “Itu Tuan, itu… Non Kayla sakit. Badannya panas sekali Tuan,” ucap Minah dengan gugupnya. Mendengar putrinya sakit, Adam langsung menghentikan kegiatan sarapannya. Tanpa mengatakan apapun, Adam langsung pergi kekamar putrinya. “Mami Adel…” sampai di kamar Kayla, Adam mendengar igauan putrinya itu yang terus saja memanggil Adel. Adam menyentuh kening Kayla, dia langsung mengangkat tubuh mungil Kayla dan membawanya ke rumah sakit. *** Sejak tadi Adam berdiri di samping ranjang di mana putrinya tengah di periksa. Seorang dokter perempuan dengan yang Adam ketahui bernama Utari dari name tagnya sejak tadi sibuk memeriksa tubuh putrinya. “Bagaimana keadaan putri saja Dok?” tanya Adam dengan cemasnya. Dokter Utari tersenyum pada Adam, dia melihat kecemasan yang begitu besar dari wajah laki-laki di hadapannya itu. “Mari kita bicara Pak,” Adam melangkah mengikuti dokter Utari. “Demamnya tinggi, tapi saya sudah suntikkan obat untuk mengurangi demamnya. Setelah saya periksa, sepertinya anak Bapak kurang tidur yang cukup dan banyak yang di fikirkan. Makanannya juga kurang teratur sepertinya beberapa hari ini. Asam lambungnya naik, tekanan darahnya juga rendah. Saya sarankan putri Bapak untuk di rawat disini beberapa hari, nanti kita akan pantau kondisinya. Semoga hanya demam biasa, bukan gejala tifus ataupun DBD.” Adam mengangguk mendengarkan penjelasan dokter itu. Adam merasa sedih dan bodoh kemana dia selama ini sampai-sampai kondisi putrinya lepas dari pantauannya hingga bisa sakit seperti ini. Dari tempatnya duduk, Adam melihat Kayla di bawa oleh dua orang perawat dan akan di pindahkan ke ruang perawatan. “Maaf Pak, kalau saya lancang. Kalau bisa tolong bawakan maminya kesini, sejak tadi dia terus saja mengigau memanggil maminya. Mungkin dengan bertemu maminya, hatinya akan bahagia dan semangatnya sembuh tinggi. Karena sesungguhnya obat paling ampuh dalam segala penyakit adalah kebahagiaan dan pikiran yang damai.” Adam tidak menjawab, dia hanya mengangguk dengan pelan. Lalu pamit kepada dokter itu, dia akan menyusul putrinya ke ruang perawatan. Adam jalan dengan pelan, mendekat kearah ranjang dimana Kayla tidur. Adam melihat selang infus terpasang di tangan mungil putrinya. Adam mengusap pelan kening Kayla, lalu mengecupnya singkat. “Cepat sembuh Sayang jangan sakit,” ucap Adam lirih. “Papi…” panggil Kayla lirih. Matanya perlahan terbuka. “Kayla mau apa Nak?” tanya Adam, saat melihat putrinya sudah bangun. “Mau sama Mami Adel…” ucap Kayla lirih. Adam memejamkan matanya sejenak. Sekarang dia semakin merasa bersalah karena melarang Kayla bertemu dengan Adel bahkan menghubungi wanita itu saja Adam larang. Pasti karena itu Kayla nya sampai sakit. Adam tidak tau keegoisannya akan berakibat fatal pada putrinya.   “Kayla sembuh dulu, nanti akan Papi bawakan Tante Adel,” jawab Adam lirih. Kayla tidak menjawab, dia kembali memejamkan matanya. Mungkin pengaruh obat yang baru saja di berikan untuknya. *** “Apa yang kamu lakukan Dam, kenapa cucu Mama bisa masuk kerumah sakit?” Elen dan Anjar yang baru saja kembali dari Kalimantan langsung pergi kerumah sakit saat tau jika cucunya di rawat di rumah sakit. Elen memarahi Adam karena tidak pecus menjaga putrinya sendiri sampai sakit. Adam yang sejak tadi menerima kemarahan Elen hanya bisa diam, dia membiarkan Mamanya meluapkan segala kemarahannya dia memang pantas mendapatkannya. “Oma…” panggil Kayla dengan pelan. Dia bangun saat mendengar suara keras dari Oma nya. “Kayla sayang, cucu Oma. Apa yang sakit Nak?” Elen dan Anjar langsung mendekat kearah ranjang Kayla. “Kepala Kayla, perut Kayla sakit.” Adu Kayla pada omanya itu. “Lekas sembuh ya Sayang, nanti Opa kasih hadiah kalau Kayla rajin minum obat terus sembuh dan cepat pulang.” Kali ini giliran Anjar yang berbicara. “Kayla mau ketemu Mami Adel Opa, bawakan Mami Adel saja. Kayla tidak minta apa-apa,” ucap Kayla dengan pelan. Elen langsung menetap tajam kearah Adam. Adam hanya menunduk melihat tatapan tajam mamanya. “Bawa Adel kemarin Dam. Apa kamu tega lihat Kayla ingin ketemu Adel seperti ini, jangan-jangan dia sakit karena rindu sama Adel…” selidik Elen. Dia menatap kesal kepada putranya itu. Apa tidak bisa dia membawa Adel kemari segera, jelas-jelas cucunya sudah merengek. Adel yakin ini bukan permintaannya pertama dari cucunya itu. “Papi tidak izinkan Kayla ketemu Mami Adel, Papi tidak izinkan Kayla telpon Mami Adel. Kayla kangen…” Elen semakin tajam menatap purtranya jadi apa yang di fikirkan ternyata benar. “Bawa Adel kemari Dam, ini perintah Papa.” Tanpa mengatakan apapun, mendengar perintah papnya Adam langsung keluar dari ruang perawatan Kayla. Entah kemana, mungkin membawa Adel seperti permintaan putrinya. “Sekarang Kayla istirahat dulu, nanti kalau Mami Adel sudah datang Oma bangunkan.” Elen memperbaiki letak selimut cucunya. Kayla mengangguk senang, dia kembali memejamkan matanya dan ingin tidur. Berharap saat matanya nanti terbuka, dia sudah bisa bertemu Mami Adel nya. *** BERSAMBUNG****  YOGYAKARTA, 2 AGUSTUS 2021  SALAM  E_PRASETYO 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN