Part. 9

1288 Kata
Penulis POV Mungkin kata bodoh adalah kata yang sangat tepat untuk Thomas saat ini, saat Allah memberikannya pendamping yang begitu sempurna dia malah mencari kesenangan di luar sana. Di saat Istrinya menunggunya dengan makan yang dengan susah payah di buat dia malah makan dengan wanita lain yang bukan muhrimnya. Mungkin sekarang Allah sedang memberikan hukuman dengan penyesalan yang tidak pada akhirnya menghasilkan lebih dari yang jurang yang paling dalam. Bahkan Thomas masih ingat dengan jelas wajah cantik Istrinya yang selalu menyambutnya di depan pintu bahkan Jenni sama sekali tidak marah atau pun curiga saat mencium parfum wanita lain di sana atau digunakan lipstik di kemeja bajunya. Dia tetep tersenyum dan senang juga lembut dan itu juga membuat Thomas semakin asyik bercinta dengan selingkuhannya dan berakhir menghabiskani hati Istrinya. Thomas memandang kosong dinding ruang memutar memutar kilasan-kilasan film kebohongan yang dia perbuat dengan Risa selingkuhannya. Dia tahu dia salah tapi apa salah ingin memperbaiki kesalahannya dengan mempertahankan rumah tangganya dengan jeni. "ha .." Entah sudah beberapa kali dia mendesah. Tanpa thomas tahu sedari tadi Risa menatap dengan hati yang begitu sakit, jika dulu saat masih berpacaran dengan thomas begitu baik, lembut dan mencintainya sekarang berbeda. Tidak ada lagi tatapan sayang atau pun perlakukan lembut yang dia terima dari thomas, yang hanya ada sikap dingin dan cuek calon pemenang itu. Apa salah jika hanya ingin meminta pertanggungan jawab dari pria yang sudah menanam benih di rahimnya. Risa menyekat air yang baik sejak kapan pun sudah menetes dari kedua mata indahnya. Apa sebegitu bahagianya, senang pria yang sudah beristri, apa dia salah jika ingin bahagia. Dia hanya ingin bahagia dan menjadi istri dari pria yang dia cintai, bahkan dia sama sekali tidak peduli semua orang menggatainya egois atau pelakor, yang dia hanya ingin cinta dari pria yang dapat memberikannya perhatian. Jangan salahkan dia, salahkan thomas yang memberikan perhatian serta kelembutan untuk membuat rela melepaskan kegadisanya pada pria yang bukan pertimbangan. Risa melangkahkan perubahan menjauh dari ruang kerja thomas, dia tidak mau membuat menjadi lebih sakit dengan melihat keterpurukan Melihat thomas seperti itu cukup membuatnya juga merasakan sakit yang sama serta penyesalan mendalam karena menyakiti wanita sebaik jeni yang, yang berlapang d**a melepaskan suaminya untuk dirinya. Ya wanita yang sudah menghancurkan rumah tangganya. . . . . . . Entah sudah ke berapa kalinya jeni, menelan ludahnya sendiri, Jeni melirik ABG tampan yang berada di depannya. Gugup... Itulah yabg di rasakan Jeni,  bukan gugup karena ketampan ABG di depannya tapi tatapannya tajam seakan-akan menguliti Jeni, sejenis tatapan permusuhan. Mungkin. Jeni berdehem pelan berusaha menghilangkan rasa gugupnya, karena tatapan putra pertama bosnya. Sedangkan Arsen menatap Jeni dengan tajam, wanita yang terlihat lembut dan keibuan itu. Dia bingung apa sih yany sebenarnya di lihat dari adiknya terhadap wanita di depannya ini,  ya walaupun harus dia akui jika Jeni adalah wanita cantik dengan aura keibuan yang tidak dapat di tolak oleh seorang anak teruma mereka anak-anak yang kekurangan kasih sayang. "kakak jangan lihat bunda bidadari seperti itu,  lihat bunda jadi risihkan" kata keino kesal pada kakak pertamanya. Arsen berdehem pelan dan mengalihkan pandangan kearah adik kecil, ya walaupun dia adalah anak bandel dan susah di atur tapi dia Tetep menyayangi kedua adiknya dan juga ayahnya tapi tidak dengan ibunya. "Enggak kakak cuma lagi lihat bunda aja dek" kata Arsen lembut sambil mengacak-gacak rambut hitan adiknya yang sudah tertata rapi dari tadi pagi. Leo menatap intens wanita cantik yang di panggil bunda oleh adik laki-laki. 'apa kah dia lebih baik dari mommy' batin Leo bertanya. "kamu beneran bunda kami kan ?" Tanya Leo dengan mata memelas berharap jawaban 'iya' lah yang dia dengar "itu.. Maaf tapi aku.. " "iya dia bunda kalian" potong suara berat di belakang tubuh Jeni membuat tubuh wanita cantik itu menegang sempurna. Jika Jeni yang kaget setegah mati beda halnya dengan keino dan juga Leo yang bersorak senang. Mereka memiliki bunda seperti teman-temannya, walaupun mereka tahu jika jeni bukan lah ibu kandung mereka. Jeni menatap juan dengan pandangan kaget, kaget karena pria tampan sekaligus bos besarnya ini dengan sangat santainya bilang jika dia adalah ibu dari anak-anak. Bagimana ini, apa dia harus bilang iya atau tidak. Dia tidak mau lagi terjebak dalam kisah merumitkan. Tidak dia tidak akan pernah mau menikah lagi, menjadi janda tidak ada salahnya bukan. Lagian pria mana yang mau menikah dengan janda mandul seperti dirinya. Jeni meringis kecil saat batinnya mengiyakan apa yang baru saja dia pikirkan. "bunda kenapa, bunda sakit ?" Sentuhan tangan kecil dan lembut di keningnya membangunkannya dari khayalan tentang rumah tangganya yang hancur. Kedua mata Jeni menatap mata indah keino yang menatap khawatir, sungguh manis anak ini. Ibu mana yang tega meninggal buah hati yang begitu tampan serta mengemaskan ini sendirian. "saya enggak kenapa-kenapa tuan muda" jawab jeni lembut, sedikit menghilangkan pancaran khawatir di kedua mata bulat anak tampan itu. Tiba-tiba saja keino memeluk erat tubuh Jeni membuat jeni hampir saya terjatuh ke belakang jika tidak di tahan oleh tangan kekar juan. Lagi-lagi tubuh jeni menegang kaku, ampun mereka bukan muhrim dan dengan santainnya bos merekanya merangkul pinggangnya. Ya walaupun pun tidak sengaja tapi tetap saja dosa. "maaf pak kita bukan muhrim" ucap jeni sambil melepaskan tangan kekar juan dari pinggang rampingnya. Juan menggakat satu alisnya sambil menatap aneh jeni,  seakan-akan jeni adalah makhluk purba kala yang tersesat di jaman modern, setidaknya itu yang di lihat jeni. "kamu ini lahir di tahun berapa jeni, ini jaman modern saling menyentuh dan memuaskan yang bukan muhrim sekarang sudah biasa" balas juan datar. "bagi bapak biasa tapi bagi saya itu berbeda, jika diri kita sendiri saya tidak mampu menjaga dan menghormati diri sendiri, bagaimana orang lain mau menghargai kita, saya tidak masalah bapak mau menggagap saya apa tapi bagi saya, kehormatan wanita di atas segalanya" jawab jeni lembut sambil tersenyum manis. Sedangkan juan hanya mampu terdiam diri tanpa mampu membalas perkataan jeni, jujur di dalam hatinya sedikit tercubit mendengar perkataan jeni, jauh berbeda dengan mantan istrinya yang bahkan tidak segan-segan mengumbar setiap lekuk tubuhnya yang menurutnya sempurna. "lain kali keino tidak boleh seperti itu, bunda hampir saja jatuh kebelakang" kata Leo tiba-tiba menyentak jeni serta juan ke dunia nyata. "maaf bunda" cicit keino memelas dan di balas senyum lembut oleh jeni. "iya enggak papa kok" balas jeni sambil mengelus lembut rambut hitam lebat keino. Perlakukan lembut serta perhatiannya membuat sih tampan leo menjadi cemburu. "Leo juga mau bunda di elus-elus kepalanya" kata Leo sambil merengek. Jeni kekeh geli dan kini tangan beralih mengelus rambut hitam Leo hingga membuat remaja tampan itu tersenyum lebar. Jeni mengalihkan pandangan dari kedua anak tampan di hadapannya kini beralih kearah samping, kening jeni berkerut bingung melihat bos super tampannya menatap dirinya intens sehingga membuatnya sedikit tidak nyaman. Juan berdehem keras saat dirinya ketahuan memperhatikan jeni dengan lama. Harus dia akui jika jeni adalah wanita baik serta lembut benar-bener sangat berbeda dengan mantan istrinya yang bahkan tidak pernah memperhatikan ketiga anaknya, dia hanya sibuk dengan kehidupan sosialitanya yang selalu menghabiskan jutaan uang dalam satu hari. Yang wanita itu tahu hanya bagi mana menghabiskan uangnya dan bersenang-senang dengan dengan temannya tiap hari. Puncaknya kemarahan saat melihat istrinya b******u mesra dengan pria lain di dalam kamar tidur mereka di rumah mereka dan di lihat oleh ketiga putranya hingga membuat ketiga putranya menjadi membenci ibu mereka sendiri. Terutama keino bocah 7 tahun itu menjadi begitu pendiam dan selalu murung tapi semuanya berubah saat putra kecilnya bertemu dengan jeni wanita yang di panggilnya bunda. "Daddy, kei lapar" abu bocah tampan itu sambil mengalungkan kedua tangannya di leher jeni. "ayo kita cari makan" balas juan dan mendapatkan anggukan setujuh dari ketiga anaknya. "dan kamu ikut kami, jeni" kata juan datar. "saya tidak terima alasaan apapun" lanjut juan saat melihat jeni akan membantahnya. Jeni hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah kaki bosnya dan juga ketiga anak tampannya. ................... TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN