TERDENGAR

1306 Kata
Aku termenung sejenak dalam memikirkan mereka berdua tadinya, dan lalu ku membayangkannya. Seperti yang aku ingat, bahwa Ina begitu mahir dalam bermain biola, sedangkan Shira ialah wanita yang baru saja aku kenal. Akhir-akhir ini atasanku sering menatapku dengan cukup heran, bahkan memperhatikanku begitu detail apapun yang kulakukan, sehingga aku merasa seolah-olah di ikuti oleh seseorang. "Permisi Pak Zon..., apa kita sudah bisa mulai lagi pembangunan ruang gedung B06 berikutnya,?" Tanyanya para pekerjaku yang baru saja selesai makan siang, lalu mereka berdiri dan menatapku. "Ya..., ya silakan. Hati-hati dan sesuai pada skema ya, rancangannya di lihat dengan jelas, panduannya di lampirkan ya,!" Seruanku kepada mereka semua. "Baik Pak..., kami laksanakan, ayo kawan-kawan, kita mulai lagi," Mereka berkata dan beranjak kembali bekerja. PARA PEKERJAKU AKu senang banget di pimpin oleh Pak Zonix loh, terutamanya pada pembangunan hotel Sarius pada kali ini, kalau bulan lalu pengerjaan proyek gedung di Universitas Kimer Techno, tidak terlalu bagus. Soalnya bulan lalu di pegang oleh Pak Brusi, dan ia tidak begitu teliti, serta rancangannya juga kurang menarik, beda banget loh sama pak Zonix, Katanya mereka dalam benaknya. ZONIX Mereka kemudian melanjutkan pekerjaan pembangunan gedung utama dan yang lainnya. Kami berjalan menuju ke area titik inti pembangunan B 06 berikutnya. Aku melihat serta mengontrolnya, dan juga memperhatikan atasanku dengan lebih fokus, jika kulihat dari gerak-gerik matanya, sepertinya ada sesuatu yang berbeda. Pada sekarang ini aku tidak melihat atasanku di area tempat pembangunan, tidak seperti biasanya, sehingga membuatku berjalan keluar lokasi dan mencarinya. "Dimanakah atasanku berada pada saat ini?." Aku berjalan dan lalu teleponku berdering. "Kring kring kring..." "Selamat siang, halo Kak Zon..., sedang dimana sekarang,? dan lagi apa,? aku mau nelpon dan mengobrol nih Kak,?" Doviana menelepon dan bertanya kepadaku. "Selamat siang juga dek, ya halo. Ada apa lagi ya Dek,? Kakak ga bisa ngobrol sekarang ini, soalnya lagi sibuk kerja nih,!" Aku menjelaskan kepadanya namun ia seperti tak percaya padaku. "Loh...kamu ini, halo-halo saja kalau di tanyakan, kamu tuh mengerti ga sih,! Kak Zon...,? kalau ditelepon selalu saja begitu lambat, aku mau ngomong nih,! kok aku mau nelpon aja ga bisa, gimana sih,!" Dia marah-marah dan ocehannya cukup menyebalkan. "Iya... ya aku mana tau kalau kamu yang menelepon, kan, aku juga lagi kerja nih, nanti saja telepon lagi,! sekarang aku lagi sibuk loh Dek,!" Aku jelaskan kepadanya namun ia tak mengerti. "Ah... males, aku maunya sekarang, titik...," Dia berkata dan seperti tidak mau tau, kemudian teleponnya di tutup. Aku penat dan pusing akan tingkahnya. Apalagi cuaca cukup panas pada siang hari ini. Aku melangkah lagi dan mencari atasanku yang tadinya tidak ada di area sekitaran pembangunan, lalu aku berjalan mengitari seisi area dan lokasi di luarnya. Ada tanah kosong serta lapangan rumput yang luas di sebelah jalanan besar, tempatnya di luar lokasi pembangunan dan tak jauh dari gedung B 05 tadinya. Ternyata ada atasanku disana. Dia sedang menelepon seseorang dan tidak melihatku. Pelan dan perlahan-lahan aku dekati lalu mendengarkannya. Dia pada saat ini sedang berdiri sambil menelepon seseorang, berdiri tegak dan melihat ke atas awan. Dia tidak melihatku dan aku bersembunyi pada sebuah pohon yang cukup rindang. Aku berjalan pelan kesana dan mencoba mendengarkan percakapannya. Jaraknya padaku tidak begitu jauh, mungkin hanya sekitar sepuluh langkah saja dari tempatku berdiri di balik pohon tadinya. Suaranya atasanku cukup keras terdengar, lapangan ini sepi dan jauh dari keramaian, dan bahkan masih seperti hutan. Ada tanah lapang yang kosong dan banyak bekas beling-beling disana, yakni bekas pecahan kaca-kaca. Aku mendengarkan saja apa yang dikatakannya. Kemudian aku syok dan terkejut, tapi aku tidak bisa bersuara. Jadinya aku berdiam diri, jika ku bersuara maka ia pun akan mengetahui, bahwa sekarang ku sedang ada di dekatnya. Aku terkejut dan mengangguk serta mengelus d**a, ternyata sungguh tiada ku duga. "Perbincangannya atasanku yang terdengar." Sendi Garde atasanku:"Dek Dovi...,! coba kau lihat-lihat dan awasi si Zoni ya!, jika saja dia berselingkuh ataupun semacamnya, karena tadi Bapak melihatnya termenung sambil memandangi foto seorang wanita loh,!" Katanya atasanku terdengar samar-samar di telingaku. Namun aku tidak mendengar suaranya Dovi, rupanya ia mencurigaiku, kalau saja ku berbuat sesuatu ataupun berselingkuh. SENDİ GARDE ATASANKU Aku mau katakan padanya Dovi, soalnya tadi aku melihatnya Zonix sedang memandangi foto wanita lainnya. Aku bukannya ingin ikut campur pada hubungannya mereka, karena aku merasa tidak enakkan kepadanya Zonix. Aku memang dekat dengannya Dovi, dan ku harap dia tidak marah kepadaku, Atasanku berkata dalam benaknya. ZONIX Pantas saja selama ini Dovi selalu marah-marah kepadaku. Padahal aku tidak pernah berbuat seperti yang ia tuduhkan padaku. Kecurigaanku selama ini cukuplah membuatku mengerti, tapi dia adalah atasanku yang telah membimbing dan mempekerjakanku. Namun mengapa atasanku mengatakan seperti itu kepadanya Doviana,? padahal ia tahu kalau Dovi adalah kekasihku. Sungguh tidak enak kudengarkan, apalagi di dalam suatu hubungan dan juga pekerjaan. Rupanya ia mengadu kepadanya Dovi. Kemudian aku berbalik menuju ke area pembangunan. Pelan dan perlahan aku mulai berjalan lagi, hal itu agar langkahku tidak terdengar olehnya. SENDI GARDE ATASANKU Aku cukup heran kepadanya dan sikapnya Zonix, mengapa ia seperti membuat jarak kepadaku. Apakah ia mencurigaiku,? mungkin karena aku dekat dengannya Dovi, dan itu dapat kulihat dari tatapan matanya yang tampak aneh. Aku mesti hati-hati juga nih dengannya si Zonix, kalau saja dia menuduhku, Dia berkata dalam benaknya. ZONIX Pantas saja mengapa selama ini ada yang berbeda dari sikapnya atasanku, terkadang baik dan begitu manis, sehingga membuatku menjadi sedikit was-was kepadanya. Tentu aku akan memperhatikannya dengan lebih jelas, terutamanya bila dia sedang ada di dekatku. Baru saja beberapa langkah aku berjalan menuju ke area pembangunan, tiba-tiba ia memanggilku, untung saja jarak kami sudah cukup jauh, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan terhadapnya, bahwa aku baru saja mendengarkan percakapannya. Sekarang aku menjadi paham dan mengerti. Apa yang mesti kulakukan nantinya. Kemudian bagaimana juga dalam menyikapi Dovi berikutnya. Panggilnya Dia Atasanku "Hey Zon Zon Zon...., kemana kau, kok kau ada disini juga,? memangnya kau darimana,?" Katanya ia dari kejauhan, dan kemudian berjalan mendekat. "Oh... Iya Pak, saya baru saja memonitor lapangan loh Pak. Para pekerja juga baru saja beranjak kembali bekerja lagi, jadinya saya keliling sebentar," Aku menjelaskan dengan cukup panjang agar tidak menimbulkan kecurigaan. Aku tanya dirinya dan ku juga ingin tahu seperti apa reaksinya. "Loh..., Pak Gar ngapain disininya Pak,? kok ga di gedung pembangunan,?" Tanyaku padanya dan seolah-olah seperti tidak ada apa-apa. Dia menjelaskan bahwa ia lagi melihat-melihat dan menyisir area sekitaran, jika saja pembangunannya nanti bisa di perluas lagi ke area tempat menelepon tadinya. Aku cukup mengetahui dan diam, tapi senyum tetap aku berikan kepadanya, sebagaimana seorang bawahan yang menghargai atasannya. SENDI GARDE ATASANKU Aneh ya, kok tiba-tiba ada Zonix di area sini, lah darimana datangnya dia?. Wah..., jangan-jangan dia mendengarkan teleponku pada Doviana tadi, waduh bisa gawat kalau begini, Katanya ia dalam benaknya. ZONIX Setelah aku mendengar percakapannya tadi, dan lebih baik ku tertutup saja kepadanya. Aku ingin punya privasi yang lebih, tepatnya agar aku bisa lebih leluasa nantinya. Mungkin mulai sekarang ia akan lebih detail dalam memperhatikanku, dan juga gerak-gerikku, tapi aku merasa aneh kepadanya. Apa mungkin atasanku juga menyukai Doviana kekasihku?. Dia memang cukup dekat dengannya Dovi, bahkan kedua orang tuanya pun sangatlah akrab. Aku hanyalah manusia biasa, maka wajar saja rasanya jika aku punya kecurigaan terhadapnya, sekalipun dia adalah atasanku. Kami menuju ke area pembangunan dan mengobrol "Hmm... Bagaimana menurut Pak Gar area ini,? apakah bagus,? Apa bisa kita bangun juga nantinya sebuah Supermall, atau perumahan gitu, selain gedung hotel mewah ini Pak,!?" Tanyaku padanya dan ingin tahu pendapatnya. "Ya..., menurut saya bagus juga. Okelah... nanti kita pikirkan dahulu ya. Kita lihat dulu perkembangannya pada beberapa bulan ini," Dia menjelaskannya. "Baik Pak..., saya hanya menganjurkan saja loh,!" Aku anjurkan padanya karena ku ingin naik jabatan. Aku menghormati dan menghargainya atas segala apapun yang ia lakukan, karena dia adalah atasanku, sekalipun itu adalah masalah wanita. Kami berdua langsung berjalan lagi menuju ke titik inti area pembangunan. Dari kejauhan terdengar olehku bunyi-bunyi bor yang canggih dan cukup keras, terkadang dapat memekkan telinga dan juga memusingkan kepala.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN