Sepulangnya Yuri dari kampus, ia membersihkan diri. Jam telah menunjukkan pukul 7 malam tapi Sissy belum pulang padahal Yuri ingin menceritakan apa yang terjadi di kampus hari ini. Mungkin Sissy sibuk mempersiapkan pernikahannya gumam Yuri.
Akhirnya Yuri memutuskan berehat di kamar dan kepikiran tentang Ryu. Apa salahnya dengan nama belakang, siapa saja bisa punya nama itu. Kalau diperhatikan Ryu sangat berbeda dari dia. Setahu aku juga dia tidak punya adik dan kalau misalnya Ryu itu anaknya juga tidak mungkin. Yuri larut dalam pikirannya sampai sahabatnya Sissy pulang ia tak tahu.
"Yuri, Yuri", panggil Sissy membuyarkan lamunannya.
"Ada apa, Yur, ada yang sedang kamu pikirkan?"
"Sissy, ehm iya sebenarnya hari ini di kampus aku ketemu dengan sales mobil yang kemarin aku ceritakan, ternyata dia mahasiswa di kampusku".
"Benarkah?, kebetulan sekali, berarti bisa jadi dia jodoh yang Tuhan siapkan buat kamu Yur", goda Sissy.
Yuri tersipu malu.
"Kali ini kamu harus benar-benar move on, jangan terpaku masa lalu, Yur. Kamu coba jalan sama dia, kenali dia lebih dekat, kamu kan sudah cukup mapan punya pasangan hidup.
"Tapi,.....Dia lebih muda dari aku, Sis sepertinya baru 20 tahun, dia baru semester 5, nanti aku dikira....
"Kalau dia tak masalah kenapa kamu mempermasalahkannya, Yur?"
Yuri melamun sejenak.
"Baik, aku akan coba, Sis, siapa tahu kita cocok".
"Nah, gitu dong baru siip", sambil memeluk Yuri.
Hari Sabtu yang cerah, Sissy sudah berangkat ke kantor sedang Melisa asyik di kamarnya dan Yuri sedang menatap layar handphonenya menunggu chat masuk dan benar saja sebuah chat dari Ryu.
"Hai, jadi jam berapa kita ketemu? Apa mau saya jemput? "
"Kita ketemu di cafe saja, jam 2 siang"
"Oke, dandan yang cantik ya", goda Ryu.
Yuri tak membalas hanya tersenyum.
Yuri pun memilih pakaian yang akan dia kenakan, cukup lama ia memilih dan memadukan tas, sepatu, aksesorisnya.
Begitupun dengan Ryu bingung memilih pakaian sampai isi lemarinya ia keluarkan sampai ia menemukan yang cocok. T-shirt biru langit dipadukan jaket jeans senada dan celana jeans putih, sepatu skets dan tak lupa parfum.
Setelah siap, Ryu mengendarai motor ninja nya yang berwarna merah.
Di apartemen nampak Yuri juga sudah hampir selesai berdandan. Yuri memakai dress biru, tas dan sepatu putih dengan riasan yang simple tapi tetap manis.
Ryu tiba di cafe terlebih dahulu. Ia mencari tempat duduk dan menunggu Yuri. Tak lama Yuri tiba di cafe dan keduanya menjadi kikuk karena mereka memakai pakaian yang senada padahal tak janjian.
Yuri membuka perbincangan terlebih dahulu.
"Hai, kamu baru datang atau sudah lama nunggu? "
"Aku belum lama datang, kita pesan minuman sekarang, yuk"
Yuri mengangguk.
"Mbak, mbak, panggil Ryu ke salah seorang pelayan, saya pesan cappucino 1, kamu mau pesan apa?"
"Aku juga cappucino".
"Jadi 2 ya, mbak, terimakasih".
"Kamu suka cappucino ya sama dong, saya boleh panggil nama kamu saja gak ni. Kan ini diluar kampus".
"Gak mungkin kan saya panggil kamu bu Yuri? "
"Iya, panggil nama saja".
"O, iya kemarin sepertinya ada yang ingin kamu bicarakan? Kamu mau bicara tentang apa?"
"Aku cuma ingin kenal kamu lebih dekat, ingin tahu tentang kamu, keluarga kamu".
Ryu menatap Yuri yang membuat Yuri sedikit malu.
"Saya ini anak tunggal, kalau keluarga kapan kamu mau saya kenalin ke mereka?"
Yuri langsung terbelalak, "Bukan gitu maksud aku, aku cuma pengen tahu, lagian kita baru kenal ".
"Aku cuma goda kamu lah, orangtua saya sedang di luar negeri, sekarang saya tinggal sendiri di kost, mau mandiri".
"Di kost? Sejak kapan?"
"Sudah 2 tahunan, kamu mau mampir ke kost an saya?"
Yuri melamun sejenak, ternyata Ryu anak tunggal berarti nama itu cuma kebetulan dan dia cukup mandiri.
"Hello, kok melamun sih, kamu terpesona sama saya ya".
"Apaan sih kamu, geerr mulu".
"Hehehehe, boleh lah daripada minder. Abis dari cafe kita ke seberang, yuk, ada film baru, kita nonton bareng, Yur".
"Ehm,.... boleh".
Ryu sangat senang mendengar jawaban Yuri dan mereka pun menonton bareng meskipun masih canggung saat jalan berdua.
Selesai menonton, mereka pulang. Di ssat jalan pulang menuju mobil Yuri, Ryu memberanikan diri bertanya, "Apa ini bisa kita sebut kencan????" sambil menatap lembut mata Yuri.
Yuri merasa deg deg an dan mengiyakan, "Iya", sambil tersenyum manis.
Betapa bahagianya Ryu, Yuri pun bahagia.