part 11

960 Kata
“Mas nggak papa? baru sampe semalam , pagi udah mau pulang." Adel berasa kasihan melihat Alden yang masih kepenatan. “Nggak papa kok. lagian besok mas udah kerja. Mas boleh rehat kat rumah petang ni. Don't worry okey." Adel hanya mengangguk. berat hati mau melepaskan Alden pulang ke Jakarta. seperti biasa, Adel menyalami tangan Alden. lama Alden mencium dahi Adel. semakin hari makin dalam rasa kasihnya terhadap Adel. “takecare , drive bener-bener. kalo udah sampe nanti wa ara yaa. ?" pesan Adel. jelas kerisauan terukir di wajah. Alden mengangguk dan melambai-lambai ke Adel. “Udahla del. Insya-Allah Alden selamat sampe. ayok masuk," ajak Liza. Adel melangkah masuk ke rumah bersama Liza. dia berdoa semoga suaminya selamat sampe. Adel membuka tv. cuti-cuti begini dapat merehatkan minda dan bermalas-malasan . kalo hari biasa jangan harap Adel dapet menonton tv. buka aja nggak sempat. kerja Adel hanya menghadap tugas dan penyelidikan 24jam sampe tidur aja nggak cukup. “Del, gue ada nak cerita dengan lo ni." Liza memulai bicara setelah sekian lama kesepian menyelubungi mereka. “cerita apa?" mata adel masih menghadap kaca tv. seru sekali dia menonton serius kartun Barbie. “Sebenaenya..." Liza masih tergagap-gagap mahu cerita. “Sebenarnya..." Adel mengalihkan pandangan kepada teman kosannya. dia pengen menumpukan sepenuh perhatian ke butir bicara Liza. “Lo sebenarnya, sebenarnya dari tadi. sebenarnya apa sih?" tanya Adel geram. dia paling pantang ke orang yang mau cerita tetapi tergagap-gagap pula. sudahlah hati Adel masih risau perjalanan Alden untuk pulang ke Jakarta. “Yalah. gue pengen cerita. lo ingat nggak arga yang gue cerita dengan lo sebelum ni? dia datang rumah gue pada minggu lepas." “arga? arga yang mana ya? arga om gue ya? lo biar betul, Liza . buat apa om gue ke rumah lo? bertubi-tubi soalan daripada Adel. “Eee , geram gue! pengen banget gue cekik-cekik lo. kalo sekali nggak loyar buruk nggak boleh ya?" “Hehe... yalah. sensitif banget sih. cepatan cerita, gue dengar." Adel mulai mengalah. kesian juga dia melihat wajah Liza yang Beria-ia pengen kongsi cerita. “lo ingatkan arga ? dia datang rumah gue , pengen melamar gue,” ujar Liza malu-malu. “wah seriusan lo? jadi lo terima nggak? “hmm tula masalahnya!" “Apa masalah lo? gue nggak nampak sebarang masalah . Liza , bila seorang lelaki Soleh datang melamarmu, terimalah dia. nggak ada sebab buat lo menolaknya." Adel meminjam kata-kata ustaz di facebook “lo tau kan kalo gue nggak suka dia. gue suka orang lain." “orang yang lo suka, suka dengan lo ? Liza kalo lo pengen pilih teman hidup yang mencintai lo dengan sepenuh hati, bukan yang lo cinta sepenuh hati. sebabnya orang yang bener-bener cintai lo tu sudah pasti bakal bahagiakan lo, tapi sebaliknya orang yang lo cinta sepenuh hati . belum tentu mampu untuk diserahkan kepada lo. ngerti nggak?" “tapi gue yakin orang itu juga suka gue." “hmm , susah ya kalo ramai fans ni," ujar Adel. “Well gue sih pengen gimana lagi? bukan macam lo nggak ada peminat." Liza menaik turun keningnya. bangga. “Siapa bilang gue nggak ada fans?" “lo lah. lo sendiri yang bilang kalo lo memang nggak ada peminat. tapi kan, walau pun lo nggak ada peminat , lo nikah dulu dari gue." Adel tersenyum. dia sangat bersyukur kerana dia tidak dihujani dengan lelaki-lelaki di luar sana. Alhamdulillah. berkat kesabarannya dia dapat memiliki suami yang bener-bener menyayangi. “tau nggak lo dulu yang memilih sangat. kalo nggak, mesti lo yang nikah dulu dari gue. hmmm gue saran lo buat solat istikharah. minta petunjuk dari Tuhan insyaAllah, akan ada jalan untuk lo nanti, ya? nasihat Adel. Liza mengangguk. nggak sia-sia dia berkongsi cerita dengan teman kosannya . setiap nasihat Adel pasti akan menenangkan jiwanya. “Thanks del! sayang lo!" ujar Liza lantas memeluk Adel erat. “Sunyi ya rumah tanpa ara." Alden termenung. sudah tiga minggu mereka nggak jumpa. sungguh Alden bener-bener terasa kosong. ‘Sabar den, nggak sampe setahun ja lagi. ara udah wisudah... call ara okey juga time-time ni.' belum sempat Alden mengcall, tiba-tiba hapenya berdering. “Si gemesku! panjang umur dia..." “Assalamualaikum..." kedengaran suara Adel memberi salam. Alden pelik mendengar suara ara macam ada yang nggak kena. “Walaikumssalam. Errr, ara. kok suara serak aja ?" “Emmm, ara demam la..." “Kenapa nggak kasih tau mas awal-awal?" “nggak papa kok mas, sikit saja ni." “liza ada di rumah nggak?" “Nggak ada , Liza balik kampung." Alden mulai kawatir. “ mas datang esok. ara makan ubat, ya? tidur cukup-cukup." Adel hanya menurut. kepalanya terasa berat. Alden menamatkan panggilan.sungguh dia sangat rindu untuk menatap wajah isterinya . hari-hari mereka berhubung. namun rasa rindu ke Adel tidak pernah berkurang. sudah banyak kali Adel mengajaknya video call atau webcam, namun Alden menolak. sifat malu belum sepenuhnya hilang dari dalam dirinya. “Tu la, ara bawa video call nggak mau, bila la hilang malu gue ni,' batin Alden. dia mengambil beberapa helai pakaian dan memastikan kedalam koper. Esok , selepas subuh dia akan bertolak ke Jogja. “Assalamualaikum... ara." tiada jawapan. Alden mengetuk pintu sambil melaungkan salam. Di dalam rumah, Adel menggagahkan diri untuk turun ke bawah walaupun kepalanya terasa pening. baru saja Alden pengen mengetuk pintu rumah Adel sekali lagi, tiba-tiba isterinya membuka kan pintu. tersembul wajah pucat Adel di muka pintu. Alden meletakkan tangan di dahi Adel. ‘panasnya.' belum sempat Alden buka mulut, Adel udah rebah di dalam pangkuannya. “gimana isteri saya dok?" tanya Alden khawatir. “isteri bapak nggak papa. cuman keletihan dan nggak cukup tidur. ini obatnya. pastikan dia dapet rehat yang cukup," pesal doktor sambil menyerahkan beberapa peket obat. Alden mengeluh lega. nasib baik dia ada kenalan yang berkawan dengan doktor. terus Alden menelefon dan meminta doktor datang ke kosan Adel.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN