Kanaya mengangguk dan tersenyum manis. “Lebih baik kamu menginap saja disana. Sudah lama bukan kamu tidak berkumpul bersama keluargamu? Nikmati waktu kebersamaan dengan mereka, Rey. Selagi kamu masih bisa menikmatinya. Jangan sampai menyesal nantinya. Bye sayang! I always love you and support whatever you do. Because I believe in you baby!” tutup Kanaya lalu memutuskan panggilannya. Kemudian ia tertunduk dan menangis tersedu-sedu seorang diri di dalam kamar. Masih dalam posisi duduk di meja riasnya. Kanaya menangis di atas meja. Menutupi wajahnya yang tampak sedih dengan kedua tangan yang tertekuk di atas meja. Mencoba meredakan rasa sesak yang bercokol di dalam dadanya dengan menangis. Berharap agar rasa sesak ini bisa hilang dari hatinya. Tidak ada seorang pun wanita. Terutama s

