Gerbang tinggi nan mewah kini tepat di hadapannya. Beberapa siswa-siswi berlari kecil karena tau saat waktu sebentar lagi menunjukkan pukul 07.30, dan itu waktunya bel masuk sekolah berbunyi.
Zara kembali menggunakan skateboard nya membuat perhatian sekitar tertuju padanya. Wajah cantik dengan style yang sangat tak biasa itu membuat mereka sulit mengalihkan pandangan darinya.
Roda kecil yang terus berputar mengikuti arus kecepatan papan berjalan yang kini melaju ke arah ruang kepala sekolah.
Angin berhembus menerbangkan helaian rambut yang terurai bebas. Matanya menatap sekitar dan sesekali kaki jenjangnya itu menapakkan kakinya untuk menambah laju kecepatan.
"Ternyata besar juga sekolahnya." Gumam Zara saat merasa jarak yang ia tempuh dari gerbang menuju ruang kepala sekolah itu sangatlah jauh.
Namun, gerakannya mulai perlahan kemudian terhenti kala mata indahnya menatap papan bertuliskan Ruang Kepala Sekolah.
Ketukan pintu ia bunyikan hingga seseorang di dalam sana menyahut nya dan menyuruh ia untuk masuk.
"Masuk."
Zara membuka pintu nya perlahan, "selamat pagi, Pak."
"Pagi, silahkan duduk."
"Terima kasih."
Sang kepala sekolah menatap penampilan Zara dari atas hingga bawah. Tatapan yang menurutnya sangat tidak sopan.
"Ada apa ya pak?"
"Ah? tidak ada apa-apa, nama kamu Ariezka Zara S? "
"Betul."
"Untuk data-datanya sudah lengkap, ini saya berikan buku panduan tentang tata krama sekolah ini dan ini daftar buku yang harus kamu ambil di perpustakaan."
"Baik pak."
"Yasudah, mari saya antar ke kelas kamu."
Zara hanya mengangguk setuju kemudian bangkit dari duduknya.
Kepala sekolah menuntun jalannya terlebih dahulu dan memasuki sebuah lift. Tombol angka 3 pun ia tekan, dan tak lama kemudian kami pun sampai.
XI IPA 2, "ini kelas kamu." Mendengar hal itu, Zara pun hanya mengangguk mengiyakan.
Ia menatap kelasnya dengan tatapan datar. "Hufffttt... mari kita mulai." Batinnya kala seorang guru perempuan mempersilahkan nya untuk masuk kelas.
"Perhatian semuanya, kelas kita kedatangan murid baru, silahkan perkenalkan diri."
Zara hanya mengangguk kemudian menatap para siswa lain datar. "Nama Ariezka Zara S."
"Sudah?"
Zara kembali menganggukkan kepala saat guru hendak mempersilahkan, namun niatnya ia urungkan kala beberapa orang siswa mengangkat tangannya dengan antusias.
"Bu, kasih kita kesempatan dong bu."
"Riz, kenapa pindah sekolah kesini?"
"Riz, udah punya pacar belum?"
"Riz—"
"Sudah! biar dia jawab satu-persatu. Silahkan jawab Ariezka."
"Sumpah! Harus dijawab kah pertanyaan tak bermutu seperti itu." Batinnya mendengus kesal.
"Karena ingin?" Jawabnya sedikit tidak yakin. Namun, hanya itulah yang terlintas di pikirannya.
Beda lagi dengan kelas Arkan yang kini sangat bising karena keadaan kelas tanpa guru. Sebagian para murid tengah bermain game ataupun bergosip ria. Ada pula dari mereka yang melanjutkan tidurnya karena kantuk melanda.
Berbeda dengan sekumpulan para remaja lelaki yang beranggotakan empat orang. Mereka kini tengah mengobrol dengan serius di pojokan kelas. Bukan empat, melainkan tiga karena satunya lagi tengah sibuk dengan game di ponselnya.
"Lo tau, siswi baru yang menggemparkan AIS?" Ucap salah satu dari mereka yang bernama Zio.
"Hm... gila, cantik banget bro, body nya ituloh bagus banget." Ucap Hega si badboy berkacamata namun tak melunturkan ketampanannya.
"Iya, Kira-kira dia udah punya cowok belum ya?" Kini Zio kembali bersuara dengan penuh penasaran.
"Kalau belum?" Ezar yang sedari tadi menyimak pun mulai membuka suara.
"Ya gue gebet lah!" Ucap Zio yang mengundang tawa dari ketiganya tanpa mengetahui bahwa salah satu dari temannya itu kini tengah menggertakkan giginya menahan marah.
Siapa lagi dia kalau bukan Arkan. Dengan cepat ia mengetikkan pesan pada Zara.
Me:
Kelas apa kak?
Lovely Zara
Kelas XI IPA 2, kenapa dek?
Me:
Gapapa. Selamat belajar ?
Setelahnya, Arkan kembali bermain gamenya yang sempat tertunda.
"Kan? Main game mulu, gabung sini"
"Hmm..."
"Ck, kebiasaan! dinginnya minta ampun lo."
"Terserah gue. Bahas apa?"
"Murid baru, gila brooo... cantik banget."
"Yang mana?"
"Itu, yang tadi pagi ke sekolah pake skateboard. Gilaaaa... gue suka gayanya. Fix mau gue jadiin pacar!"
"Bhahahhaha... Mana mau dia sama lo!" Ledek Ezar pada Zio yang sedari tadi tak ada hentinya membicarakan si murid baru.
"Ehhh... liat aja nanti, dia kelas apa?"
"Katanya sih XI IPA 2."
"Okey, istirahat pertama nanti, kita ke sana."
Mereka pun mengangguk setuju dengan apa yang direncanakan oleh Zio.
Zara yang menerima pesan adiknya seperti itu pun merasa itu bukan sesuatu hal yang aneh, akhirnya ia hanya mengedikkan bahu nya acuh.
Pelajaran dimulai, namun beberapa orang, dominan cowok itu terus menatap ke arah Zara penuh dengan rasa ketertarikan.
Suasana yang biasanya terasa penuh ancaman dari sang guru killer, kini kata itu hanya menjadi sebuah kiasan saja. Karena apa? Karena mereka merasa bidadari yang kini berada di kelasnya menciptakan sebuah keajaiban.
Tidak ada lagi rasa takut dalam pelajaran matematika. Namun, itu hanya terjadi sementara.
"Sedang apa kalian?" Teriak bu Indri membuat semua siswa di kelas terpaku akan suaranya.
"Perhatikan ke depan! Saya sedang memberi kalian materi. Apa yang sedang kalian lihat?"
Hening, tak ada suara dari satu orang pun. "Sekarang buka buku paket kalian halaman 213, kerjakan dari A sampai C."
Semua siswa pun kini menuruti perintah dan betapa beratnya beban di pundak mereka kala melihat soal yang di berikan oleh bu Indri kini tengah beranak pinang.
"Ini mah kerjain seminggu juga gue gak bakalan selesai."
"Gila cuk! Yang A aja anaknya udah tujuh, apalagi di tambah yang B sama C."
"Bu Indri... please, kasih jawabannya bu."
Dan hal itu hanya bisa mereka teriakkan dalam hati karena mana mungkin mereka dengan berani menentangnya.
Hingga, tak terasa bel pun telah berbunyi membuat semua siswa mendesah lega. Kala sang guru keluar dari kelas, mereka kembali di kejutkan oleh adik kelas mereka yang membuat semua siswi berteriak kegirangan.
"Ahhhh... Arkan! pangeran gue."
"Zio, manis banget..."
"Hega lepas dong kacamatanya... astaga, ganteng banget...."
"Ezar!!!!!!"
Teriakkan yang begitu memuakkan. Saat para lelaki yang berada di kelas itu hendak keluar karena merasa jengah, mereka tiba-tiba menghentikan niatnya kala melihat tujuan mereka adalah Ariezka Zara.
"Woyy mau ngapain lo?" Ucap seorang siswa yang ternyata adalah Jake ketua kelasnya.
"Maaf kak, saya mau ketemu sama dia." Tunjuk Zio pada Zara yang ternyata kini tengah menatap mereka dengan datar.
"Mau ngapain lo?" Sambung Jake karena kesal akan tingkah adik kelasnya.
"Emm... saya, saya mau... " Zio mulai gelagapan kala melihat seseorang yang berada di depannya saat ini adalah Zara. Ini sebuah Anugrah.
"Yuk pergi."
"Hah? Aku kak?" Tanya Zio begitu senangnya. Namu hal itu tak bertahan lama kala Zara melewatinya dan menggandeng salah satu sahabatnya. Arkan.
Semua hanya terdiam kaku, shock akan apa yang mereka lihat.
Arkan tersenyum pada Zara kemudian merangkul kan tangannya pada pinggang Zara. Keduanya berjalan beriringan keluar kelas tanpa berbalik ke arah belakang.
~~~~~