Jangan pernah menikah dengan seseorang yang tidak pernah mencintaimu. Karena rasanya sangat menyakitkan. Karena Cinta adalah sebuah penerimaan dari semua kekurangan dan kelebihan dari orang yang kita nikahi. Bagaimanapun tampang dan penampakan orang tersebut.
Cinta juga bukan hal yang sacral dalam sebuah pernikahan tapi cinta merupakan hal utama yang harus ada di hati kedua pasangan. Cinta tidak selalu berupa perasaan yang menggebu seperti layaknya Romeo and Juliet tapi cinta adalah sebuah rasa untuk menerima dua insan menjadi satu.
Namaku Sarah Andarwati. Seorang ibu rumah tangga tanpa pekerjaan yang jelas. Seorang ibu rumah tangga yang mencoba bertahan dalam sebuah mahligai pernikahan tak sehat. Kenapa aku berkata demikian? Karena suamiku adalah seorang laki-laki yang tidak pernah mau menerima keberadaanku sepenuh hati.
Ah ya .....aku juga adalah seorang ibu rumah tangga dengan penampilan serba minus. Tidak bermaksud merendahkan diri namun inilah aku. Dibandingkan kekasih-kekasihnya dulu, aku bukanlah wanita yang ingin suamiku nikahi.
Seperti pagi ini, melirikku pun tidak. Suamiku pergi begitu saja tanpa pamit atau kata. Seakan aku tidak pernah ada. Pasti banyak netizen yang penasaran dengan kehidupan kami sebagai suami istri?. Tidak pernah ada. Itu jawabnya. Bagaimana mau ada?. Sedangkan untuk memandangku saja dia tidak mau?. Nasib nasib hehehehe.
“Sarah”
“Ya bu” jawabku seraya datang menghampiri Ibuku.
“Dian tadi apa sudah sarapan?”
“Sudah kok Bu. Sarah sudah menatakan di Meja dan Abang juga sudah sarapan”
“Doyan nggak Dian dengan masakan kamu?”
Nah ini satu lagi penderitaanku. Ibuku sendiri selalu meragukan banyak hal dalam diriku. Ini contohnya. Apa iya aku harus mati keracunan dulu baru Inu percaya kalau masakanku aman di makan mereka? Huft......Apalagi ini.
Kutinggalkan Ibu dan pertanyaannya menuju tempat cuci baju. Seperti biasa aku menemukan Bon pembelian makan Siang dan Malam.
Kali ini berbeda. Ada empat bon di kantong jas nya. Kubuka dua bon lainnya. Entah ekspresi apa yang bisa aku berikan. Menangis atau tertawa atau berguling-guling atau berteriak memaki-maki atau.......entahlah.
Dua bon ini berisikan catatan pembelian sepasang cincin pertunangan dengan guratan nama Dian Angkasa Putra dengan wanita bernama Kinanti Putri.
Lengkap sudah penderitaan ini Ya Allah.....
Aku percaya semua yang akan terjadi padaku sudah tercatat dan hanya Engkau saja yang tahu apa maksud semua ini. Namun bagaimanapun aku hanyalah manusia biasa Ya Allah....Sakit.
Kulipat lagi Bon pembelian dan kumasukkan kedalam lemari Dian. Biarlah seakan aku tidak tahu apa yang sebenarnya Dian lakukan padaku.
Ah ya jika kalian bertanya, Apakah aku mencintai Dian? Jawabannya adalah Mungkin. Namun tidak sebesar cintaku pada seseorang disana. Seseorang yang pernah menerimaku seutuhnya. Seseorang yang rela melepasku untuk menikah dengan Dian. Jika akhirnya begini aku ingin mengatakan jangan lepaskan aku padanya.
“Ada apa?” tanya Ibuku.
“Tidak ada apa-apa bu, hanya sedang memasukkan baju Abang ke lemari dan menata ulang saja biar rapi” jelasku tanpa menatap mata Ibuku.
Sejujurnya aku tidak pernah berani menatap mata Ibuku jika sudah begini Karena Ibuku pasti tahu jika aku sedang sedih atau kecewa. Dan aku memang tidak mau Ibuku tahu tentang kelakuan Dian di luar sana.
“Kamu habis menangis nduk?” tanya Ibu sekali lagi.
“Assalamu’alaikum” teriak seseorang dari luar pagar rumah kami.
“Wa’alaikumussalam” jawab kami berdua.
Aku pun berlalu untuk menyambut siapapun yang datang ke rumah kami.
“Ada perlu apa Pak?”
“Apa betul rumah Ibu Sarah Andarwati?”
“Betul. Saya Sarah Pak”
“Kebetulan kalau begitu. Silahkan tanda tangan disini dan ini surat panggilan Pengadilan Agama untuk Sidang Perceraian minggu depan”
DUAAARRRRR
Seperti di sSarah gledek di pagi buta dan kesSarah Api yang membara.
Apa apaan ini. BERCERAI.
Dian benar-benar gila. Sebenci itukah dia kepadaku hingga melayangkan surat cerai begini.
“Mbak.....tolong tanda tangani bukti terima surat ini dulu mbak. Setelah itu mbaknya boleh menangis sesuka hati”
“Begitu ya.....Hehehehe sini mas bukti tanda terima suratnya”
Petugas Pengadilan menyerahkan tanda terima surat panggilan untuk kemudian di tanda tangani oleh Sarah.
“Tidak usah menangisi laki-laki seperti itu mbak. Rugi. Kalau saya amati sejak tadi sepertinya suami mbak bukan laki-laki yang setia. Mbak berdoa saja kepada Allah SWT biar dapat jodoh yang sebenarnya. Jodoh yang bisa menerima mbak apa adanya. Bukan jodoh yang asal lewat saja”
“Iya mas...Sampeyan benar. Jodoh yang sebenarnya tidak akan membuat kita menderita malah akan membuat kita bahagia dan menjadi diri kita sendiri”
“Nah itu mbaknya tahu. Monggo mbak saya pamit dulu. Masih banyak yang harus saya antar suratnya. Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam....Monggo....monggo....monggo....Terimakasih mas untuk nasehatnya dan untuk suratnya”
Pengantar surat itupun berlalu pergi setelah menganggukkan kepalanya sekali lagi.
“Siapa nduk?”
“Pengantar surat Bu”
“Surat? Surat apa dan dari siapa?”
“Surat panggilan Pengadilan Agama. Monggo Bu kita duduk dulu biar enak Sarah ceritanya”
Sarah menuntun Ibu Sukma untuk duduk. Sarah takut Ibunya akan terjatuh setelah mendengar penjelasannya nanti.
“Ini ada surat dari Pengadilan Agama bu untuk Rabu besok”
“Lha iya surat buat apa? Kok bisa dari Pengadilan Agama itu lho nduk”
“Mas Dian menceraikanku bu”
“APA....apa-apaan itu. Sini coba ibu baca suratnya”
.................
Telah memanggil dengan resmi kepada:
Sarah Andarwati : Tempat, tanggal lahir : Banyuwangi, 12 Desember 1982; Alamat: Jl. PB. Sudirman No. 13 Banyuwangi; NIK: 354121289088; Bertujuan untuk menghadiri sidang awal gugatan cerai.
Note: Kira-kira seperti itu ya suratnya....atasnya ada KOP Surat dll..... :-)
“Innalillahiwainnailaihiroji’un........Dian.....Dian. Sebenarnya ada apa nduk, kenapa Dian sampai menggugat cerai kamu”
“Ibu sebenarnya dari awal Mas Dian sudah tidak setuju untuk menikah denganku. Mas Dian mencintai wanita lain. Mas Dian mau menikah denganku karena imbalan dari Mami yang akan memberikan Perusahaan Emas di Solo untuk Mas Dian kelola Bu. Itu saja tujuan Mas Dian menikahi Sarah Bu. Mas Dian tidak pernah menyentuh Sarah sama sekali. Kami sejak awal sudah tidur terpisah dan maaf Bu kalau Sarah tidak pernah cerita ke Ibu. Karena Sarah menganggap semua ini adalah rahasia keluarga kecil Sarah”
“Oalaaahhhh Sarah sarah.....Mesakne awakmu nduk (Kasihan kamu nduk)”
“Tidak apa-apa Bu. Sarah sudah Ikhlas. Setelah ini Sarah ke rumah Mami buat Pamit dan sungkem terakhir sebagai menantu Mami bu”
“Iyo bener nduk.....berangkatto kesana. Minta maaf sama Mamimu, tetap jalin hubungan baik sama Mamimu ya....Piye piye Mamimu itu orang baik”
“Inggih Bu”
“Wes sak iki kamu harus menerima semua yang terjadi. Tidak usah di sesali. Wong kamu itu ya nggak salah apa-apa. Ibu juga minta maaf, karena dulu Ibu yang maksa kamu untuk nikah sama Dian. Maafkan Ibu ya nduk”
“Ibu ini bicara apa.......Ibu nggak salah. Semua ini sudah ditetapkan Allah. Semua manusia itu ada jalan ceritanya sendiri to Bu. Ya sudah biar saja. Sarah tinggal mengadu saja sama Allah tentang semua ini. Pasti sama Allah nanti Sarah di kasih hadiah yang lebih bagus to Bu”
“Iyo nduk.....Ya wes sana. Mandi terus sholat terus dandan seng Ayu untuk kerumah Mami. Apa Ibu harus ikut?”
“Nggak usah Bu. Biar Sarah saja dulu sendirian. Nanti kalau sudah ada putusan Pengadilan kita kesana bareng-bareng”
“Iya wes......Ibu ikut katamu saja”.
Sebuah pernikahan adalah sebuah ibadah terpanjang yang tidak bisa kita buat mainan. Namanya Ibadah pasti berkaitan dan berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ada namanya Pernikahan itu langsung serasi, pasti awalnya cekcok tanpa henti. Kembali lagi ke alasan awal kita menikah karena apa. Harta atau Allah SWT.
Mungkin kita akan merasa terbebani jika tidak sesuai dengan kehendak kita. Tapi percaya saja Allah tidak akan mempertemukan dan menyatukan dua orang tanpa alasan yang jelas. Berbeda dengan kita bukan? Kita manusia adalah Makhluk yang tidak pernah JELAS.
Enjoy guys.......