02 - PERNIKAHAN MANTAN

1190 Kata
            Liona memasuki gedung hotel tempat mantannya menikah. Dia hanya melihat dari jauh namun, ada rasa sesak di dadanya melihat pria yang dulu sering memberikan perhatian pada dirinya kini sudah menjadi suami wanita lain.             Dulu Liona dan pria itu sering membayangkan pernikahan mereka akan seperti apa dan ingin punya anak berapa. Ternyata semua bayangan mereka pupus sudah, ketika sang pria lebih memilih wanita lain daripada Liona sendiri. Liona harus menguatkan hatinya dan tidak boleh menangis hanya karena melihat pernikahan mantan kekasihnya sekarang.             Padahal dia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Untuk tidak sedih dan menangis saat datang ke sini. Riva yang katanya akan menemani dirinya ternyata gadis itu akan datang terlambat. Riva harus ke tempat saudaranya dahulu baru ke sini. Liona memaklumi itu. Riva punya acara keluarga hari ini dan tidak bisa ditinggalkan begitu saja.             “Dek, kamu mantannnya Raka?”             Liona melihat pada pria yang bertanya padanya. Liona mengerutkan kening, memangnya dia kenal pria ini? Pria yang terlihat kaya, tampan, dan tentunya sok akrab padanya.             “Maaf?”             Pria itu tersenyum. “Kamu mantannya Raka? Kamu udah berapa lama pacara sama Raka?” tanya pria itu.             Liona mendengkus. “Sepuluh tahun.” Jawab Liona kesal.             Pria itu menutup mulutnya. Terkejut mendengar jawaban gadis di sampingnya ini. Itu pacaran atau kredit rumah? Lama banget. Dan ujung-ujungnya malah nikah sama yang lain. Kasihan sekali nasib gadis ini. Padahal dia cantik. Tapi, ditinggal nikah.             “Kamu serius pacaran selama itu? Itu kalau kamu kredit rumah udah lunas rumahnya. Sia-sia banget pacaran selama itu sama laki-laki yang akhirnya menikah dengan wanita lain.”             Liona mendelik pada pria yang mengomentari tentang kehidupan percintaannya. Dia tidak mengenal pria ini. Kenapa dia seolah akrab dan mengatakan hal yang memuakkan di dengar oleh Liona.             “Saya tidak minta pendapat anda. Memangnya anda siapa?” tanya Liona tidak suka kehidupannya dikomentari oleh orang lain.             Pria itu melebarkan senyumannya. “Nama saya Arka Gajendra. Tamu di sini. Nama kamu siapa?” tanya Arka.             “Liona.” Liona menjawab malas.             Arka tersenyum lebar mendengar nama Liona. “Nama kamu cantik seperti dirimu yang cantik. Kamu mau tissue buat hapus air mata kamu yang berharga itu. Jangan menangisi lelaki yang tidak bisa memperjuangkan dirimu. Kamu harus kuat dan tunjukkan kalau kamu itu bisa hidup dan bisa melupakan laki-laki seperti dia,” kata Arka tersenyum.             Liona mendengkus. “Maaf, yang menangis siapa? Saya tidak menangis sama sekali. Ya kali saya harus menangis dan meraung di sini supaya pernikahan mereka hancur. Itu bukan saya sekali. Saya datang ke sini mau kasih selamat bukan kasih air mata untuk mantan saya,” ucap Liona kesal.             Arka tertawa. “Tadi aku lihat kamu mau nangis. Kamu jujur aja, di dalam hati kamu pasti kamu masih cinta sama dia. Kamu jangan sok kuat. Aku tahu kamu mau nangis.”             Liona mengentakkan kakinya. Dia sudah dibatas kekesalannya sekarang. Dia tidak mengerti kenapa pria ini menganggu dirinya dan tidak mau pergi dari sini. Masih banyak tempat lain untuk berdiri dan kenapa harus berdiri di sampingnya.             “Maaf, anda tidak bisa pergi? Saya terganggu dengan kehadiran anda,” ucap Liona mengusir pria itu.             Arka menggeleng. “Saya tidak bisa pergi. Kamu lihat?” Arka menunjuk pada anak kecil yang sedang memakan kue.             Liona melihat pada anak kecil itu dan tidak mengerti apa hubungannya anak kecil itu dengan laki-laki yang berdiri di sampingnya sekarang. “Memangnya kenapa sama dia?” tanya Liona.             Arka tersenyum mendengar pertanyaan Liona. “Saya sedang mencarikan Mama baru untuk putra saya. Kamu mau menjadi Mamanya?” tanya Arka.             Liona terlihat shock dan menggeleng.             “Anda sudah tidak waras? Saya tidak mau. Memangnya saya terlihat tertarik pada anda?” tanya Liona kesal.             Arka mengibaskan rambutnya ke belakang dan mengedip pada Liona. “Kamu tahu? Tidak ada yang berani menolak pesona saya. Saya saja yang tidak mau menikah dengan mereka semua. Mereka itu hanya mau harta saya dan tidak mau menerima anak saya. Saya kaya loh dan juga tampan. Yakin nggak mau? Hidupmu akan terjamin kalau menikah dengan saya.”             Liona membelalakkan matanya. Mimpi apa dirinya semalam bisa bertemu dengan duda yang percaya diri seperti ini. Liona tidak pernah berharap akan menikah dengan seorang duda. Dia masih menyukai pria yang perjaka dan belum menikah sebelumnya.             “Saya tidak mau. Anda sebaiknya mencari yang lain. Saya tidak tertarik pada duda!” ucap Liona.             “Yakin nggak mau sama duda? Duda lebih berpengalaman daripada bujangan.” Ujar Arka menaik turunkan alisnya.             Liona mengidik ngeri dan memeluk dirinya sendiri. Dia tidak pernah membayangkan di hari pernikahan mantannya dia akan bertemu dengan seorang duda yang menganggu dirinya. Apalagi duda ini mengajak dia menikah.             Mama tolong Liona!             “Saya tidak tertarik sama sekali. Saya ingin pulang sekarang. Lama-lama di sini saya bisa terkena serangan jantung,” ucap Liona yang ingin pulang.             Arka menahan tangan Liona membuat Liona menghentikan langkahnya dan menatap Arka dengan tatapan bingungnya.             “Apa?”             Dek, daripada galauin dia, mending nikah sama Mas. Dijamin hidupmu terjamin sampai tua,” ucap Arka Gajendra—duda satu anak yang berbicara pada Liona sambil mengedipkan sebelah matanya.             Liona bergidik ngeri dan tertawa pelan. “Najis Om!” ucap Liona dan pergi dari hadapan Arka.             Arka yang melihat kepergian Liona tertawa pelan dan berjalan mendekati putranya yang sedang memakan kue. Putranya ini dari tadi makan kue dan tidak berhenti sama sekali.             “Delvin sayang, kamu akan segera punya Mama baru,” bisik Arka di telinga putranya yang berumur lima tahun.             Delvin menatap ayahnya dengan tatapan sumringah. “Mama baru Pa? Siapa? Di mana?” tanya Delvin melihat sekitar ayahnya untuk melihat calon ibunya.             “Kamu yang sabar dulu. Nanti kamu bakalan ketemu sama Mama barunya. Kamu jangan lupa paksa dia untuk terima Papa nanti ya, kalau kita ketemu sama calon Mama barunya lagi.” Arka membujuk putranya untuk melakukan apa yang diinginkan olehnya.             Delvin mengangguk patuh dan memperlihatkan giginya yang sudah hitam karena coklat. Arka yang melihat itu berdecak dan menggendong Delvin. Dia harus pulang sekarang melihat keadaan Delvin yang sudah kotor oleh coklat.             Pipi Delvin yang kotor oleh coklat. Bukan hanya pipinya saja tapi baju Delvin juga. Arka tidak pernah membiarkan putranya untuk makan coklat terlalu banyak. Tapi, kali ini dia membiarkannya melihat Delvin beberapa hari yang lalu sedih menanyakan ke mana ibunya?             Arka tidak bisa menjawab pertanyaan putranya. Mantan istrinya pergi saat Delvin masih bayi dan tidak mau merawat Delvin sama sekali. Dia tidak menampakkan dirinya sampai sekarang semenjak pergi bersama dengan laki-laki lain.             Dulu Arka memang tidak semapan ini. Hidup mereka pas-pasan membuat mantan istrinya tidak betah bersama dengan Arka lagi dan memilih untuk pergi.             “Delvin harus membersihkan diri. Jangan makan coklat lagi, Papa tidak mau Delvin sakit gigi,”  ucap Arka memperingati putranya.             Delving mengangguk. “Siap. Delvin tidak akan makan coklat lagi. Janji.” Delvin berjanji tidak akan makan coklat.             Arka yang mendengar itu tertawa dan mencium pipi putranya gemas. “Anak Papa memang pintar. Papa sayang sama Delvin.”             Delvin memeluk leher ayahnya dan mencium rahang ayahnya. “Delvin juga sayang sama Papa.”             Keduanya tertawa sambil berjalan menuju mobil mereka yang terparkir tidak terlalu jauh. Mereka berdua selalu pergi kemanapun dan tidak pernah terpisahkan. Arka selalu membawa putranya ke kantor maupun ke perjalanan bisnis yang dia lakukan.             ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN