Episode 3

1783 Kata
  Saat ini Leon sedang bermain basket di lapangan komplek rumahnya. Ia berusaha menghilangkan bayangan gadis itu dari ingatannya dengan bermain basket. Dug Dug Brak Ia memainkan bola dengan lihat dan keras, hingga suaranya begitu terdengar nyaring saat melakukan dribbling. Ia juga melakukan Slam Dunk dengan memukulkan bola ke dalam ring hingga begitu kencang seakan ingin meluapkan segala emosinya. Leonna sesekali meringis melihat permainan Leon yang menurutnya begitu kasar dan keras. Ia terpaksa harus menemani kembarannya itu bermain basket, karena Papanya yang masih menghukum Leon untuk tidak pulang malam, Leon terpaksa latihan sendiri di lapangan komplek. "Ona, lemparkan air!" teriak Leon, sedangkan Leonna hanya melamun saja memikirkan jawaban lamarannya untuk Verrel.  "Aishhh nih anak, udah koslet otaknya." Leon berjalan menghampiri Leonna. Pletak "Aduhhh!" Leonna mengusap keningnnya yang di sentil Leon. "Apaan sih loe, Es Batu? Sakit tau!" gerutu Leonna. "Udah ganggu acara santai gue di kamar, sekarang malah di jidak. Dasar Kakak durhaka loe!" ceroscos Leonna membuat Leon terkekeh. Leon tadi memang menyeret Leonna yang sedang merenung di dalam kamarnya untuk menemaninya bermain basket.  "Ya masa gue main basket sendirian. Kan gak lucu," ujar Leon meneguk minuman dalam botol, keringat bercucuran membasahi dahi dan mengalir ke lehernya. "Makanya nyari pacar, jangan jones mulu. Jadi gue kan yang jadi korban, seret sini seret sana. Di pikir gue trolly," keluh Leonna membuat Leon semakin terkekeh. Leonna kadang memang menggemaskan, selain menyebalkan tentunya. “Pacar?” seketika bayangan wanita kemarin terlintas di benak Leon. Ia hanya tersenyum kecil membayangkannya. “Lah malah mesem-mesem,” ucap Leonna tetapi seketika ia terpekik dan berdiri di hadapan Leon. “Eh apa jangann-jangan gadis yang kemarin itu cewek loe? Serius? Loe gak jones lagi, kan?” tanya Leonna bertubi-tubi membuat Leon mengernyitkan dahinya bingung. “Kalau begitu gue harus kasih tau Mama, Papa, Oma, dan Opa supaya syukuran, ternyata anaknya yang tampan ini bukan gay!” “Awww!” Leonna semakin meringis saat Leon menjitak kepalanya. “Kalau ngomong jangan asal nyablak,” keluh Leon memilih duduk di salah satu kursi seraya mengusap keringatnya dengan handuk. “Gadis itu bukan cewek gue, dan gue tidak berminat untuk mencari pacar,” ucap Leon membuat Leonna mencibir dan kembali duduk di samping Leon. “Masih belum ada hidayah juga ternyata,” keluh Leonna.  "Loe sampai kapan mau sendiri sih Es Batu? Gue malah jadi khawatir sama loe. Kalau gue nikah nanti, loe sama siapa?" tanya Leonna dengan ekspresi sedih membuat Leon terkekeh kecil. “Gue malah gak tega liat loe nanti makin ngenes, kemana-mana sendirian.” “Astaga, apa jomblo itu menyedihkan? Gue bahagia dengan gue saat ini, Ona. Single happy,” ucap Leon. "Gue bukan berarti mau jomblo terus. Gue hanya sedang menunggu seseorang." Leon tersenyum mendengar ucapannya sendiri dan seketika wajah wanita itu seakan ada di depan matanya. "Menunggu siapa, kenapa gak sama Michella saja?" tanya Leonna. "Tidak Ona, gue menyayangi dia seperti gue menyayangi loe," ujar Leon. "Tapi kenapa loe gak pernah bersikap baik padanya? kalau loe menyayangi dia, " tanya Leonna semakin heran.. "Karena gue gak mau dia terluka, dan gue gak mau memberi harapan apapun padanya," jelas Leon. "Loe harus tau kenapa gue bersikap dingin di kampus terutama pada perempuan. Gue sebenarnya bisa saja seperti si Kunyuk Datan menebar pesona dan memacari para wanita itu. Gue yakin akan banyak cewek yang menyerahkan dirinya secara cuma-cuma sama gue." Leonna menatap Leon dengan seksama. "Tapi gue gak mau, karena gue punya loe. Adik wanita yang harus gue jaga.” Leon mengusap kepala Leonna dengan lembut. “Gue gak mau ada yang nyakitin loe. Makanya gue menjaga sikap untuk tidak menyakiti wanita lain. Gue bersikap dingin, bukan berarti gue songong ataupun so misterius. Gue hanya gak mau memberi harapan apapun pada setiap wanita yang jelas-jelas gue gak suka, gue gak mau bersikap baik dan ramah pada mereka yang akhirnya akan membuat mereka menyimpan harapan sama gue, termasuk Chella. Gue pasti akan bersikap baik padanya setelah Chella menemukan pria pujaannya yang bisa mencintai dia dengan tulus," ujar Leon membuat Leonna Speechless. "Jadi loe lakuin ini semua hanya untuk melindungi gue?" "Iyalah, kalau adik gue cuma si Rian, gak bakalan gue so jaim sama cewek. Tampang gue kan di atas rata-rata, jadi gue bisa ngalahin si buaya Kunyuk model Datan,” kekehnya. “Tapi karena gue punya loe, dan gue juga begitu menyayangi loe dan Mama. Jadi gue gak akan pernah menyakiti hati seorang wanita sedikitpun," ujar Leon membuat Leonna tersentuh. "Ah, so sweetnya kembaranku yang ganteng ini." Leonna mencubit kedua pipi Leon membuatnya terkekeh. “Gue sayang banget sama loe.” “Gue tau itu,” kekeh Leon mengusap kepala Leonna.  "Tapi sebentar lagi loe mau married, gue bakalan sendirian deh.” "Siapa yang married? Gue masih belum nerima lamarannya," ujar Leonna. "Terima saja, kak Verrel pria yang baik," ujar Leon membuat Leonna tersenyum kecil. "Gue penasaran, loe banyak nolak cewek. Bahkan perawat dan dokter yang magang di rumah sakit juga. Model terkenal bahkan ada yang terang-terangan nembak loe, temennya kak Randa kan cantik-cantik,” ucap Leonna. “Loe nyari yang kayak gimana sih?" "Entahlah," jawab Leon tersenyum kecil tetapi bayangan wanita itu kembali hadir dalam ingatannya. "Gue nyari sosok yang bisa membuat hati gue bergetar saat pandangan pertama. Gadis yang membuat gue penasaran," ujar Leon, dan sepertinya dia sudah menemukannya. "Loe percaya sama cinta pada pandangan pertama?" Leon hanya mengedikkan bahunya. “Menurut loe gadis yang kemarin itu bagaimana?” “Gadis yang kemarin yah, dia cantik dan natural. Dia juga memiliki mata yang indah, tetapi kayaknya dia mirip preman,” kekeh Leonna. “Eh apa jangan-jangan loe menyukainya?” Leonna menatap Leon dengan memicingkan matanya. “Entahlah,” kekeh Leon. “Wah kayaknya beneran loe udah menyukai gadis itu. Dia itu gadis yang energic.” “Loe benar, dia gadis yang menurut gue berbeda dari gadis-gadis yang selama ini gue temui. Entahlah tetapi gue penasaran padanya.” “Ciee jatuh cinta,” kekeh Leonna menggoda Leon. “Belum tentu Ona,” ucap Leon. “Terus selanjutnya loe mau bagaimana?” tanya Leonna. “Gue berharap bisa bertemu dengannya kembali,” ucap Leon menatap nyalang ke depan. “Ahiww, kembaran gue lagi kasmaran,” goda Leonna. “Berhentilah menggoda gue,” ucap Leon yang merasa malu. “Gue seneng akhirnya loe mau sama cewek, biar gak fokus sama si kunyuk Datan terus,” kekeh Leonna membuat Leon mencibir. "Gue hanya ingin cinta yang di miliki Mama dan Papa. Loe udah dengar cerita mereka dulu?" tanya Leon. "Belum, gue cuma tau kalau mereka sempat terpisah selama 10 tahun," ujar Leonna. “Belum update loe, makanya beli novel Stay With Me. Biar tau ceritanya,” ucap Leon. "Oma juga menceritakannya sama gue, perjuangan Mama dan Papa begitu besar hingga akhirnya mereka menikah. Gue salut sama cinta mereka, endless love." "Endless love? tapi itu seperti kisah yang sad ending," ujar Leonna. "Tidak semuanya sad ending, Ona. Contohnya Mama dan Papa, cinta yang tak berujung. Bukan berarti tak bersama kan, tetapi cinta mereka tidak pernah menemukan ujungnya. Cinta mereka abadi, itu yang saat ini gue cari," ujar Leon. "Loe bener, Le. Gue juga berharap love story gue happy ending," ujar Leonna membuat Leon mengusap kepala Leonna dengan sayang. "Pasti," ujar Leon. “Makanya baca dan beli novel A Second Chance biar tau kisah loe happy ending atau nggak.” “Loe di bayar berapa buat promosiin cerita author ketje ini?” tanya Leonna. “Kagak di bayar, gue sih ikhlas. Supaya kisah gue di buat kagak menyedihkan,” kekeh Leon. "Sudah ah, balik yuk, udah mau magrib," ujar Leon  yang di angguki Leonna. "Gendong," ujar Leonna dengan manja. "Dih udah gede juga, berat ah." tolak Leon. "Itung-itung imbalan gue udah nemenin loe di sini," ujar Leonna dan Leonpun berjongkok di depannya membuat Leonna langsung naik ke punggung Leon. Keduanya berjalan menuju rumah mereka. ♠♠♠ Leon sudah bersiap untuk melakukan turnamen, ia tengah briefing bersama teman-teman satu teamnya. Tetapi seketika tatapannya mengarah ke seorang wanita yang ada di kursi penonton. Dia... Leon berjalan keluar pintu ruang meeting mereka, tatapannya mengarah ke arah wanita yang terlihat memakai jaket kulit hitam tengah duduk di salah satu kursi penonton. Tanpa sadar bibirnya tertarik ke atas melihat sosok itu.  “Leon,” teguran itu menyadarkannya. Ia beranjak ke teman-temannya dengan kembali melirik ke wanita itu. Bagaimana wanita itu bisa ada di sini? Pikirnya. Datan bersama Chella menonton Leon yang sedang bertanding, kebetulan di adakan di lapangan indoor kampus. Leonna yang memakai pakaian cheerleaders duduk di pinggir lapangan dengan beberapa teman-temannya, Datan dan Chella duduk tepat di belakang Leonna. Banyak mahasiswi dan mahasiswa dari kampus lain yang ikut menonton. Leonna, Leon, Datan dan Chella memang sangat populer di kampus. Leon terkenal karena dia adalah seorang ketua senat di kampus, dan juga seorang kapten basket. Para pemain basket berlarian keluar private room menuju lapangan. "LEONARD...LEONARD...." sorak para perempuan. Leon menatap ke arah wanita itu yang seakan kaget melihat keberadaan Leon. Entah kenapa Leon seketika melambaikan tangannya ke arah wanita itu diiringi senyumannya. Dan seketika sorak perempuan mengisi area indoor itu karena baru saja melihat senyuman dari seorang Ice King. Chella dan Datan bahkan melongo melihat Leon yang bersikap seperti itu. Bahkan para perempuan masih berteriak seakan baru melihat diskonan di mall atau baru bertemu idola boy band mereka. Leonna malah sibuk mencari siapa yang menjadi fokus Leon. Dan tatapannya langsung tertuju pada wanita jutek yang memakai jaket kulit hitam duduk tak jauh dari tempatnya. “Wanita itu lagi,”gumamnya tersenyum kecil, dan kembali melihat ke arah Leon yang sudah mulai bermain. "Kalian biang gossip, berhenti ngoceh kenapa," celetuk Leonna saat mendengar obrolan kedua sahabatnya. "Leonn,, ayo Leonnn!" teriak Chella. "Berisik! Mau gue sumpel tuh congor pake kaos kaki gue," celetuk Datan. "Dih sensi bener loe, Kunyuk lagi dapet," kekeh Chella. "Leonard...Leonard....Leonard..." teriak para penonton. Leon kembali menoleh dan tatapannya langsung bertemu dengan wanita itu yang juga melihat ke arahnya. "Berisik bener tuh cewek-cewek bar bar," keluh Chella. "Loe juga berisik, Lonceng Gereja." celetuk Datan. Pletak "Dasar Kunyuk!" Chella menyentil Datan. Leon terlihat sangat bersemangat bermain basket, entah apa yang membuatnya ingin sekali mengeluarkan seluruh kemampuannya. Baru kali ini, ia ingin terlihat benar-benar sempurna. Setelah melakukan beberapa permainan, akhirnya kampus Leon menang karena kemampuan sang Kapten team dan juga kerjasama yang baik. Leonna berlari ke arah kembarannya dan memeluknya, karena senang. Kegiatan itu tak luput dari tatapan wanita itu. Leon memang memeluk Leonna, tetapi matanya tak lepas dari wanita itu yang kini menuruni tangga menuju lapangan basket. Deg Leon membeku saat melihat wanita itu memeluk pria yang menjadi lawannya di permainan basket. Ia melihat wanita itu berbicara dan mengusap pundak pria itu. Merasa ada yang aneh, Leonna melepas pelukannya dan menoleh ke belakangnya. Tepatnya apa yang tengah di lihat Leon.  Ia melihat wanita itu bersama pria lain. ♠♠♠
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN