Enggak bermaksud ngatain, tapi berujung nyokelat bareng

872 Kata
"Gawat, Gi! Gawat!" ucap Mira yang baru saja mendatangi meja kerjaku. Aku menutup bukuku lantas menatapnya dengan kedua alis yang mengerut. "Kenapa, sih?" tanyaku tidak sabar. "Pak Kastara lihat grafik penjualan produk. Ketahuan kalau selama sebulan ini penjualan kita menurun," jawab Mira dengan paniknya. Aku mengangguk pelan."Terus kenapa? Kita mengalami penurunan baru sebulan terakhir. Biasanya kan grafik penjualan kita selalu naik," ucapku dengan tenang. Mira tuh kalau apa-apa suka panik. Aku lah yang biasanya memenangkan kepanikan kepala divisiku. "Masalahnya bukan gitu," Mira menarik kursi lalu duduk tepat di hadapanku, "karena dia baru menjabat di sini. Dia mau penjualan kita naik drastis. Itu misi dia yang pertama. Makanya, divisi pemasaran khusus dia yang megang," ucap Mira dengan terengah-engah. Aku melotot seketika. Direktur utama itu maksudnya apa sih. Masa dia langsung meloncati jabatan-jabatan yang lain. Seharusnya divisi pemasaran ke manajer pemasaran, setelah itu ke direktur. Masa ini dari divisi langsung ke direktur utama. "Dia enggak tahu struktur jabatan perusahaan atau gimana, Mir? Masa langsung loncat begitu," ucapku dengan kesal. "Saya paham strukturnya, Gia," ucap seseorang di belakangku. Duh, suaranya bariton sudah pasti itu pria. Mira melirik ke arah belakangku lalu seketika matanya membulat, wanita itu menundukkan kepalanya. Dia seperti ketakutan. Aku juga jadi takut. Rasanya kepanikan Mira mengalir ke diriku. Sebelum aku menoleh ke belakang pria yang berada di belakangku berjalan tepat di hadapanku. Sial. Ternyata pria itu Pak Kastara. Aku menatapnya sambil memberikan senyuman termanisku. "Kamu Gia kan?" tanyanya dengan pandangan mata yang lekat. Seolah terhipnotis aku langsung mengangguk, "Gia Anggita?" Aku mengangguk lagi. "Ke ruangan saya, sekarang." Eh? Mau ngapain? "Pak, saya minta maaf. Saya enggak bermaksud mau ngatain, Bapak. Maafin kata-kata saya yang tadi," Pak Kastara yang baru saja melangkah berbalik menatapku, "sekali lagi saya minta maaf." Pak Kastara terdiam beberapa saat. "Ke ruangan saya," ucapnya lalu kembali melangkah. Aku menoleh ke arah Mira. Perempuan itu masih menunduk. "Mir, bantuin gue dong. Lo kan kepala divisi gue." "Jangan bawa-bawa jabatan, Gi. Itu tadi kan kesalahan lo. Gue enggak ikut campur," jawab Mira masih dengan kepala yang tertunduk Keringat dingin membanjiri tubuhku. Aku mengambil beberapa helai tissue lalu segera berjalan menuju ruangan Bapak Direktur Utama. Di perjalanan, aku terus berdoa agar permasalahan tadi tidak lagi dibahas. Aku takut pria itu baperan karena aku katain. Sejujurnya aku emang enggak berniat ngatain, hanya saja tingkahnya membuat mulutku gatal dan seketika hinaan pun keluar. Ketika berada di depan ruangannya. Aku mengelap keringatku dengan tissue lalu membuangnya. Aku mengambil napas lalu mengembuskannya. Setelah itu aku menekan bel lantas pintu pun terbuka, berarti Pak Kastara telah mengizinkan aku masuk. "Gia Anggita," panggilnya. Kenapa harus pakai nama panjang sih, mentang-mentang dia tahu nama panjangku. Jadi disebut-sebut terus. Aku mencoba kembali tersenyum. "Iya, Pak?" tanyaku seramah mungkin. "Bawa hardcopy tentang strategi marketing yang telah kamu buat?" Jadi dia mau bahas tentang pekerjaanku. Selamat. Berarti dia enggak mempermasalahkan masalah keceplosan tadi. "Hm, maaf, Pak. Saya baru punya softcopy-nya. Soalnya tadi Bapak enggak minta dan kepala divisi saya enggak minta saya untuk membuat hardcopy-nya, Pak." "Seharusnya kamu inisiatif." Aku tersenyum miris. Dia yang enggan bilang jadi aku yang dicap enggak inisiatif. "Lain kali saya akan bawa hardcopy-nya." "Enggak ada lain kali. Sekarang," dia menegakkan tubuhnya, "saya mau bahas strategi marketing sekarang juga." Aku mengedipkan mata beberapa kali. Baru pertama kalinya aku bertemu dengan atasan seribet dan sekekeuh ini. "Baik, Pak. Saya buatkan dulu hardcopy-nya." "Iya." "Izin pamit, Pak." "Mau ke mana kamu? Pulang? Pamit-pamit, ini masih jam kerja." Aku yang baru saja berbalik langsung kembali berhadapan dengannya. Aku mencoba kembali tersenyum. "Pamit ke bawah, Pak. Nanti saya ke sini lagi." "Ya sudah. Jangan lama." "Baik, Pak. Kalau gitu saya permisi." "Satu lagi," ucapnya kembali menginterupsi, "tolong buatkan saya cokelat panas." "Baik, Pak. Nanti saya sampaikan ke Mbak Laras agar membawakan pesanan, Bapak." "Kamu yang buatkan." Aku tersentak seketika. Selain menjadi anggota divisi ternyata aku merangkap sebagai pembuat minuman untuk Bapak Direktur Utama. "Saya, Pak?" tanyaku mengulang. "Iya, kamu." "Baik, Pak. Nanti saya kan buatkan dan bawakan ke sini. Beserta hardcopy strategi marketing yang telah saya buat." "Iya," ada jeda sebentar, "cokelat panasnya dua gelas ya." "Dua, Pak?" tanyaku mengulang lagi. "Kamu mau ga? Masa saya minum sendirian." "Mau, Pak." "Yaudah buat dua gelas. Buat kamu satu dan buat saya satu." Jarang-jarang banget nih nyokelat bareng sama direktur utama sambil membahas pekerjaan. Emang Pak Kastara Abian Putra doang yang begini. Cerita ini sudah tersedia versi lengkap di k********a! Bagi yang ingin baca cepat, bisa diakses di sana ya, Luv! Terdiri dari: - Full e-book Mr. Controller and Me (54 Part ; 181 Halaman) - Bagian Tambahan versi podcast/audio [Eksklusif di k********a] Hanya dengan Rp29.000 kalian bisa akses semuanya tanpa menunggu Cara belinya: 1. Masuk ke aplikasi k********a bisa melalui web. 2. Cari nama kreator (TheDarkNight_) dan cari judul karya (Full _ E-book _ Mr. Controller and Me _ TheDarkNight_) 3. Ubah harga jika kamu ingin memberi apresiasi lebih. 4. Pilih metode pembayaran: GoPay, OVO, s****e Pay, Indomart, Alfamart, atau transfer bank. 5. Ikuti petunjuk pembayaran (lihat bagian-bagian yang menerangkan pembayaran dengan Gopay, OVO, Virtual Account BNI, dan Pembayaran QR). 6. Kembali ke laman k********a dan ke karya tadi. Pastikan kamu sudah login, ya. Kalau transaksi sudah berhasil, Karya yang sebelumnya bertuliskan "terkunci" akan ganti jadi "terbuka".
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN