ATDK BAB 2

866 Kata
"Ramdan ?" Beo Sinta  "Ya ini saya Ramdan, Sinta" Ucap Ramdan, Sinta gelagapan karena ketahuan membeokan nama Ramdan  "Oh, anda mendapatkan nomor saya dari mana ya kalau saya boleh tahu ?" Tanya Sinta  "Biasa saja bicaranya Sinta ini sudah bukan jam kantor, saya dapet nomor kamu dari sekretaris saya, mungkin dia dapet dari sekretaris kamu"  "Oh okey, ada perlu apa lo sama gue ?" Ucapan Sinta berubah seratus delapan puluh derajat.          Diseberang sana Ramdan tersenyum "Sudah saya duga, kamu masih kamu yang dulu"  "Maksud lo ?"  "Engga maksud saya, kamu masih seperti kamu yang dulu. Kalo liat saya perasaan kamu tidak suka kepada saya"  "Emang kalo iya kenapa ? Aduh apaan banget si lo, gue ini lagi kerja ganggu aja deh." Sewot Sinta  "Kamu masih dikantor ? Kamu lembur Sinta ?" Tanya Ramdan  "Ya iyalah orang kerjaan gue banyak ga kaya lo Sukanya males-malesan"  "Lebih baik sekarang kamu pulang Sinta"  "Apaan sih, siapa juga elo ? seenaknya merintah gue. Tau ah"  PIP panggilan Sinta putus secara sepihak.  Kemudian Sinta melanjutkan pekerjaannya, beberapa menit berlalu namun Sinta tetap tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Dengan keadaan pikiran yang Sinta rasa sudah tidak baik, Sinta memilih untuk pulang kerumahnya.  Sinta membereskan meja kerjanya dan menuju tempat parkir.  "Baru pulang bu ?" Tanya pak satpam kepada Sinta  Mendengar itu Sinta terlonjak kaget, "Eh bapak ngagetin aja, iya nih pa baru beres" Jawab Sinta         "Ya sudah bu, hati-hati dijalan bu ini sudah malam" Ucap pak satpam  Sintapun mengangguk dan menjalankan mobilnya,  Selama 15 menit Sinta membelah jalanan kota Jakarta malam menuju kediamannya.  "Sinta kamu baru pulang" Ucap Reyno Sunjaya ayah Sinta ketika Sinta hendak melanjutkan langkahnya kelantai dua.  "Iya pa" Kemudian Sinta kembali berbalik menuju kamarnya  "Sinta tunggu, papa mau bicara" Ucap Reyno kepada anaknya.  Mendengar ayahnya memanggil dan menyuruhnya berhenti Sintapun membalikan kembali tubuhnya dan menghampiri sang ayah.  "Iya ada apa papaku yang tersayaaaaaang"  Reyno tersenyum melihat tingkah anaknya yang manis namun terlihat dengan jelas bahwa itu dibuat-buat.  "Gimana udah ketemu sama mitra kerja yang papa bilangin ke kamu ?" Tanya Reyno.  Mendengar kata mitra kerja secara spontan Sinta menegakkan tubuhnya dan menatap ayahnya tajam  "Papaaaa, papa tau ga. Orang yang jadi mitra kerja kita itu orangnya Sinta gasuka ya" Rengek Sinta.  "Lah emangnya kenapa dia baik, sopan dan berwibawa juga orangnya kan ?"  "Ya iya sih, tapi tetep Sinta gasuka. Kalo bukan demi papa, Sinta gamau ketemu sama dia lagi" Sinta berkata dengan mengerucutkan bibirnya layaknya seorang anak kecil.  "Ya harus dibiasain biar suka kan sekarang udah jadi mitra kerjakan" Goda Reyno pada anaknya  Sinta mendelik dan kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya  SINTA POV  Ah kesel lagikan gue, papa malah ngungkit mitra kerja so itu.  Gue ini meskipun suka emosian, tapi gue realistis. Gue mikir dari pada terus-terusan emosi diem aja, mending gue redain emosi gue sama tidur  Ah, tapi harus mandi dulu. s**l badan gue lengket padahal mata juga udah lengket banget ini -_-         Setelah beres mandi gue pun pergi ke alam mimpi hehe.  AUTHOR POV  Keesokan harinya, seperti biasa Sinta turun dari kamarnya dengan pakaian kantor yang sudah siap dan rapi.  Sinta berjalan menuju meja makan yang hanya diisi oleh ayahnya serta satu asisten rumah tangga. Kalau kalian bertanya-tanya mengapa ibu Sinta selalu tidak terlihat disekitar rumah, itu karena beliau sudah pergi kehadapan yang Maha Kuasa satu tahun yang lalu akibat kecelakaan.  "Selamat pagi pa" Ucap Sinta kepada ayahnya yang tengah meneguk kopi seraya membaca koran.  "Pagi kembali anak papa tercinta" Jawab Reyno menutup koran dan menatap anaknya.  "Bagaimana malam kemarin ? Apakah tidurmu nyenyak ?" Tanya Reyno pada anaknya  Sinta tersenyum seraya mengangguk, Reyno tersenyum melihatnya.  "Sinta, papa mau bicarakan sesuatu yang penting kepada kamu"  Sinta yang tengah mengoleskan selai kacang ke rotinya pun berhenti dan fokus menatap ayahnya.  "Ada apa pa ? Ini masih pagi loh, jarang-jarang papa bicara hal penting pagi-pagi" Tanya Sinta "Ya gapapa, dari pada tidak kesampaian kan?"  "Ish apaan sih pa. Iya papa mau bilang apa ?"  "Sinta, papa tau kamu sudah besar, kamu sudah dewasa bahkan sekarang kamu sudah menjadi seorang pimpinan. Tapi satu yang harus kamu ingat, kamu itu perempuan. Sedari kamu lahir sampe sekarang, bahkan ketika mama kamu meninggal, papa selalu pengen jagain kamu dan bakalan susah buat ninggalin kamu kalo belum ada yang bisa gantiin papa buat jagain kamu." Ucap Reyno membuat Sinta mengangkat sebelah alisnya  "Maksud papa apaan sih ?"  Reyno menatap anaknya lekat-lekat  "Maksud papa, papa sangat sayang sama kamu." Ujar Reyno kemudian mengusap pucuk kepala anaknya dengan lembut.  "Yaudah beresin makannya terus pergi kerja yang semangat ya. Inget pesen papa, kamu harus semangat apapun keadaanya. Kamu kuat, papa yakin. Tapi awas kalo makan dijaga jangan terlalu semangat, badan kamu kan udah gendut ini" Ejek Reyno  "Aaaaah papa apaan banget deh" Cemberut Sinta  Sinta dan Reyno – ayahnya pun melanjutkan makannya.  Setelah selesai Sinta pamit pergi ke kantor kepada ayahnya.  Sesampainya di kantor Sinta melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda kemarin malam. SINTA POV  Aduh hari ini gue kesel pas inget tugas kemarin ketunda gegara si Ramdan,  "Bu, maaf menggangu tapi tadi saya menerima telepon dari sekretarisnya bapa Ramdan mitra kerja kita yang baru bahwa bapak Ramdan meminta jadwal bertemu siang ini setelah jam istirahat untuk membahas beberapa hal penting bu."  Ah s****n, baru juga dipikirin. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN