CHAPTER 2

1336 Kata
CHAPTER 2 Jam baru menujukan pukul 04.00 bahkan pelayan di rumah itu pun belum bangun, tapi Natasha sudah terbangun dia mengendap-endap memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya, lalu setelah itu dia pun bersiap, setelah selesai bersiap dia pun menuju dapur hari ini adalah hari pertama Natasha berada dirumah keluarga barunya, tanpa menunda Natasha pun langsung bergelut di dapur untuk menyiapkan sarapan, tanpa Merasa lelah dia menyiapkan banyak makanan untuk sarapan keluarga Rahardian, meski badan terasa ngilu karena tidur di sofa, namun itu tidak membuat Natasha jadi malas-malasan, karena saat ibunya masih hidup Natasha selalu diajarkan disiplin dan bertanggung jawaban pada tugas dan pekerjaannya. Kini makanan pun telah tersaji di meja makan, berbagai makanan telah Natasha sajikan, kini dia pun membersihkan peralatan memasak dan membersihkan dapur. Jam menunjukan pukul 06.00,Tasya dan Mauren pun baru saja bangun, namun mereka terkejut saat melihat meja makan sudah penuh dengan makanan, dan lebih terkejutnya lagi, saat mereka melihat Natasha tertidur dengan bersandar di meja yang berada di dapur. "Sayang, Nata bangun, Nak. Kenapa kamu tidur disini?” Tanya Tasya yang terkejut melihat menantunya tertidur di dapur dihari pertama dia berada dirumah mertuanya. "Eh, Ibu, Kak Mauren, kalian sudah bangun ternyata? Aku menunggu kalian bangun eh malah ketiduran disini, maaf ya Bun," Ucap Natasha merasa tidak enak, sambil memijit keningnya yang sedikit penat. "Kenapa, kamu sakit kepala, Nat?” Tanya Mauren yang khawatir pada adiknya, karena melihat wajah adiknya sedikit pucat. "Tidak kak, hanya sedikit penat mungkin belum terbiasa bangun terlalu pagi jadi seperti ini,” elak Natasha karena tidak ingin kakaknya merasa khawatir. "Memang kamu bangun jam berapa, Nak?” Tanya Tasya yang juga khawatir dengan keadaan menantunya yang memang wajahnya terlihat sedikit pucat. "Jam 04.00 Bun. Aku sengaja ingin membuat kejutan, dengan memasak sarapan untuk kalian semua. Kan hari ini, hari pertama aku berada dirumah ini,” Ucap Natasha dengan senyuman tipisnya. "Astaga Nata sayang. Kenapa bangun pagi sekali, jangan diulangi lagi ya, tidak baik untuk kesehatanmu sayang, ya sudah nanti setelah para suami pergi ke kantor kau istirahatlah, Nak,” Ucap Tasya yang kini membuat memberikan teh hangat pada Natasha, setelah itu Mauren pun membawa adiknya itu ke ruang makan. Meninggalkan sang ibu mertua yang sedang membuatkan kopi untuk suami dan putranya. "Keenan tidak menyakitimu kan Nat? Katakan pada Kakak yang sejujurnya,” Ucap Mauren yang memang merasa khawatir pada Natasha. Kini Natasha pun terdiam seakan berpikir untuk memberi alasan pada Mauren. "Tidak kok Kak. Mas Ken bersikap baik padaku.” Natasha terpaksa berbohong pada kakaknya, agar Keenan tidak berbuat nekat pada kakaknya seperti yang di Katakannya tadi malam, kalau sampai dia berkata jujur pada Mauren. "Kamu tidak bohong kan Nat? Ayo katakan biar kakak beri peringatan pada suamimu, dia tidak boleh berbuat yang macam-macam padamu, apalagi sampai menyakitimu,” Ucap Mauren. Namun, Natasha sebisa mungkin menyembunyikan kesedihannya pada kakaknya itu. "Tidak Kak. dia baik kok sama aku, jadi kakak tidak usah khawatir ya,” Sahut Natasha dengan tersenyum meski terpaksa. Agar sang kakak percaya dengan ucapannya. “Maafkan Nata, kak. Karena telah membohongi kakak, ini juga aku lakukan demi kakak, aku tidak mau kau di sakiti gara-gara aku," Batin Natasha. Mauren pun percaya apa yang dikatakan Natasha meski masih sedikit ragu, tapi dia berusaha percaya pada adiknya itu. Kini Natasha dan Mauren pun menyiapkan untuk sarapan dan juga teh yang dibantu oleh ibu mertuanya. ***** Kini semua pun sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan, sementara Keenan dia menuju dapur untuk mengambil air putih, dan meneguknya seperti orang kehausan. "Nak, sarapan dulu sayang, kau harus mencicipi masakan istrimu, ini sangat lezat.” Tasya memuji masakan menantunya, sambil tersenyum pada sang menantu. Keenan menatap Natasha dengan malas. "Tidak Bun, aku sarapan dikantor saja, ada beberapa berkas yang belum aku urus dengan baik," Ucap Keenan sambil berlalu tanpa berpamitan pada keluarga terutama Natasha istrinya, dan itu membuat Mauren curiga dengan Natasha yang bilang kalau dia dan Keenan baik-baik saja. "Ada apa dengan anak itu? Tidak seperti biasanya dia berangkat sepagi ini, baru juga jam tujuh. Dan bukankah dia masih dalam cuti,” Ucap Reyhan sambil memakan sarapannya. "Entahlah, mungkin memang sedang ada kerajaan penting, Yah. Biarkan saja Bun, semenjak dia mempunyai perusahaan sendiri dia selalu sibuk sendiri," Jawab Alex, lalu melanjutkan sarapannya. Karena memang saat ini Keenan mempunyai perusahaan yang dia bangun sendiri setelah lulus kuliah Keenan memilih membuka usaha properti yang sudah sukses. "Nata sebaiknya kau istirahat, Nak. Lihatlah wajahmu pucat pasti kamu kelelahan, soal dapur biar ibu dan Kakakmu yang mengerjakannya,” Ucap Tasya yang khawatir dengan keadaan Natasha. "Iya Nat, istirahatlah. Biar kamu kembali segar lagi jangan pikirkan pekerjaan rumah dulu, biar Kakak yang membantu ibu," sambung Mauren. Setelah dibujuk oleh Ibu mertua dan juga kakaknya, akhirnya Natasha pun menurut, dia pun pergi untuk beristirahat karena badannya memang sedang tidak sehat. ***** Natasha masih belum bangun dari tidurnya. Keenan baru saja pulang dari kantor, saat dia masuk ke kamarnya. Keenan melihat Natasha yang tertidur di sofa membuatnya kesal. "Hey Gadis bodoh bangun! Kenapa malah malas-malasan di sini bukannya memasak di dapur dan menyiapkan makanan untukku. Malah enak-enakkan tidur disini, dasar pemalas!" Bentak Keenan, membuat Natasha tersentak dan langsung terduduk di sofa. "Tapi aku sedang tidak enak badan Mas, jadi aku ingin istirahat sebentar.” "Bagus, manja sekali kau. Tadi apa kau bilang, kau sakit?” Tanya Keenan dengan lembut. Natasha pun mengangguk karena mengira Keenan mulai peduli padanya, makanya dia bertanya lembut seperti itu. “Kenapa tidak mati saja sekalian! Biar aku bisa melihat kakakmu itu menderita, karena kehilangan gadis bodoh sepertimu!” Bentak Keenan Yang kini pergi meninggalkan Natasha yang syok atas ucapan Keenan, yang tidak ada rasa belas kasihan sedikit pun padanya. Kini Natasha hanya bisa menangis, air matanya terus mengalir di pipi mulusnya. Kini dia hanya bisa meratapi takdir yang membawanya pada penderitaan, tidak ada kebahagiaan yang seperti dia bayangkan. Semuanya hanyalah bayangan semu saja. Hari pun berlalu begitu cepat, namun tidak ada perubahan pada Keenan, dia malah semakin menjadi, membuat Natasha semakin menderita. Karena memang niatnya menikahi Natasha hanya untuk membuat adik dari Mauren wanita yang dia masih cintai itu menderita. "Sakit Mas, aku mohon jangan seperti ini.” Isak Natasha dengan air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya. Keenan pun melepaskan cengkeraman tangannya pada Natasha. Namun, tiba-tiba plak sebuah tamparan mendarat di pipi Natasha dan seketika membuat Natasha memegang pipinya yang perih dan menatap lirih wajah Keenan. "Ini akibatnya kalau kau selalu ikut campur urusanku, jangan sekali-kali kau menanyakan apa pun tentangku, kau tahu aku benci pada Mauren dan aku juga benci pada apa yang berhubungan dengannya!” bentak Keenan yang kini mencengkeram Rahang Natasha dengan kasar dan menghempaskannya. "Tapi kenapa Mas? Kenapa Mas seperti ini padaku, apa salahku Mas? Aku tidak tahu tahu apa-apa tentang penderitaan yang kau Rasakan, apa salah kakakku padamu?” Tanya Natasha yang kini terduduk dilantai. "Kau tanya apa salahmu kan? Kau dengar baik-baik bodoh. Salahmu adalah kau adik dari Mauren, dan Mauren sangat menyayangimu, makan dari itu aku akan melimpahkan kemarahanku padamu dasar bodoh, salahmu terbuai oleh ucapan manisku, kau tahu aku mengajakmu tinggal di sini, itu agar aku bisa menyiksamu tanpa ada yang tahu. Dan aku muak melihat Mauren bahagia bersama kakakku diatas penderitaanku, jadi salahkan kakakmu yang sudah membuat dirimu menderita, kau harusnya berpikir sebelum menerimaku. Mana ada pria tampan dan kaya sepertiku mau pada gadis desa yang bodoh sepertimu, benar-benar sangat bodoh." "Kalo kau memang mencintai kakakku. Seharusnya kau bahagia melihatnya bahagia Ken, bukan malah seperti ini, aku yakin kau tidak pernah mencintai kakakku, tapi kau hanya terobsesi padanya,” Ucap Natasha dengan terus menangis. "Kau! Berani sekali bicara seperti itu padaku sialan!” Teriak Keenan dengan mengangkat tangannya yang akan dilayangkan pada Natasha. "Tampar Ken! Tampar aku jika dengan menamparku kau bisa bahagia!” Tantang Natasha tanpa rasa takut sedikit pun. "Kau! Aargghh..., aku benar-benar bisa gila kalau masih disini!" Keenan berteriak dengan meremas rambutnya dengan kasar, lalu bergegas pergi meninggalkan Natasha di Apartemennya. Ya kini Keenan memutuskan tinggal di Apartemen bersama Natasha, karena dia tak tahan melihat kemesraan yang ditunjukkan Mauren dan Alex. Jadi dia memutuskan untuk membeli sebuah apartemen untuk dia tempati bersama Natasha. "Ya Tuhan, apa salahku? Aku hanya ingin mendapatkan hak sebagai istri, dan itu hanya dengan bertanya saat dia pulang larut malam, karena aku juga merasa khawatir pada suamiku. Tapi kenapa dia begitu tega melakukan kekerasan padaku. Bunda, Nata ingin ikut bunda saja." Isak Natasha dengan air mata yang terus setia mengalir di pipinya. Natasha merasa sangat lelah menghadapi takdirnya yang penuh dengan penderitaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN