BAB 2 (FLASH BACK #1)

1259 Kata
Setelah kejadian dengan cewek mungil bersuara besar tadi, Geo memutuskan untuk menyendiri di bangku taman dekat parkiran mobil. Setelah bertemu dengan cewek tadi, pikirannya langsung melayang ke Renna – adik kesayangannya. Setelah mengeluarkan HP, ia menekan speed dial “3” – orang penting ketiga baginya setelah Papa dan Mama   “Nana lagi dimana? MD-nya gimana? Menang ga?” tanya Geo tepat setelah telpon tersambung.   “Menang, dong!!!” serunya. ”Tapi cuma juara dua nih. Sayang banget, deh… ‘Ga tau dimana salahnya. Padahal Nana dan yang lain narinya udah bagus banget, lho! Kenapa ngga bisa jadi juara satu ya? Apa jurinya sentimen sama kelompok Nana, ya?”   “Hush! Mikirnya kok jelek begitu, sih?” Geo tidak tahan untuk tidak tersenyum mendengar candaan Nana. Seperti biasa mengobrol dengan adiknya itu selalu bisa mengobati perasaan muramnya.   “Tadi Nana pergi ke sana sama siapa aja?”   “Mmm…”   “’Mmm…’ itu siapa?”   “Sama Anya, Stannie, Dinda. Terus ada Rio dan teman-temannya. Terusss… Argi.”   Mendengar nama terakhir disebut, kemarahan Geo mulai tersulut lagi. Tapi mengingat sifat Renna yang juga keras kepala sepertinya, Geo mulai mencoba menenangkan dirinya sebelum Kembali berbicara. Setelah beberapa kali mengatur nafasnya, Geo melanjutkan, “Nana kok masih dekat sama Argi? Aku ‘kan udah bilang, Nana jangan dekat-dekat sama dia. Dia itu playboy.”   “Tapi, Ge, dia sendiri yang datang ke situ. Ngga mungkin dong, begitu lihat dia, Nana langsung usir?”    “Iya, iya. Aku cuma mau ngingetin Nana aja. Soalnya aku tahu. Nana itu suka lupaan.”   “Nana ngga pikun Geo. Nana ingat kok, perkataan Geo dari A sampai Z tentang Argi. Argi yang playboy, ngga pernah serius, ngga pernah bisa ngertiin perasaan cewek. Tapi, Nana ‘kan udah dewasa. Nana mau buat masalah yang satu iniii aja… Biar Nana yang mutusin. Geo bisa ngerti ‘kan?”   Lagi-lagi mereka nyaris bertengkar karena seseorang yang tidak ingin lagi Geo lihat seumur hidupnya. Kembali Geo mengatur nafas sekaligus amarahnya. Ia tidak ingin mengulang pertengkaran hebat mereka beberapa bulan lalu.   Sebelum ia sempat berbicara lagi, Renna sudah mengalihkan pembicaraan. “Cukup ngomongin tentang Nana. Sekarang tentang Geo aja. Tadi di chat katanya nemenin Mama ke undangan? Ketemu cewek cakep ngga?”   “Hmmm... Cakep sih ngga terlalu. Cuma…” Geo segera menghentikan perkataannya. Sebenarnya ia tidak ingin Renna mengetahui pertemuannya dengan cewek menyebalkan itu.   Disaat orang tua lain berharap anaknya konsentrasi sekolah dan cari kerja, Papa dan Mama selalu berharap Geo punya pacar sejak ia masih SMP. Sejak Geo dekat dengan Nana, Mama akhirnya berhenti menerornya. Tapi setelah tiga tahun berlalu dan menyadari bahwa Nana hanya akan menjadi adik kecil kesayangan Geo, Mama memulai kembali aksinya kini dengan Nana sebagai kaki tangannya.   “Cuma apa?”   “Ah, bukan apa-apa kok!”    “Lho? Kok, Geo jadi main rahasia-rahasiaan gini? Ngga percaya sama Nana ya?”   “Siapa yang main rahasia-rahasian? Beneran kok, ngga ada apa-apa, Na.”   “Terus, maksud Geo ngomong kayak tadi apa?”   “Ngga ada apa-apa, Sayang. Udah dulu, ya! Mama udah keluar. Aku mau jalan pulang, nih!”   “Lho? Geo masih belum di rumah?”   “Belum. Dari tadi nungguin Mama. Biasalah, Na. Kamu ‘kan tahu gimana Mama kalau udah ngobrol sama teman-temannya. Nah, daripada BT dan ngga tau mau ngapain, makanya nelepon Nana.”   “Oh…OK. Kalau gitu salam aja buat Mama. Bye Geo. Hati-hati nyetirnya, ya.”   Geo tertawa. “Iya, Bawel. Bye!”   Setelah memutus sambungan telpon, Geo memutuskan untuk menikmati waktu sendirinya. Benar, ia berbohong dengan mengatakan Mama sudah keluar untuk mengakhiri investigasi Renna. Bisa gawat kalau adiknya sampai tahu Geo bertemu dengan seorang cewek. Tanpa sadar, ia melamun ke pertemuan pertamanya dengan sang adik.   Tiga Tahun Lalu. Siang hari, lapangan sekolah SMU Parindra   Karena hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, banyak terlihat kumpulan cowok-cowok senior yang sedang sibuk meneliti anak baru yang bisa digebet di pinggir lapangan basket yang ada di tengah-tengah komplek sekolah SMU Parindra.   “Wah... junior tahun ini banyak banget yang oke ya,” kata Leo dengan mata berbinar-binar. Ia merasa super happy dengan tambahan stock cewek yang bisa digebet.   “Yoi... tahun ini lebih sukses daripada tahun lalu. Jadi udah ada yang loe lirik belom, Ge?” Dwiky bertanya pada sahabat terdekatnya. Diantara ketiga sahabatnya yang lain, ia dan Geoferry memang bersahabat paling lama.   Namun sepertinya orang yang diajaknya mengobrol sedang dalam mode melamun. Wajahnya terlihat bosan dan pandangannya terlihat menerawang entah kemana.   “Geo.... GEO!” Panggilan Dwiky sepertinya berhasil mengembalikan sahabatnya ke alam nyata. “Loe kenapa sih? Sakit? Kok ngelamun aja? Loe gak happy sama kumpulan cewek-cewek junior sebanyak ini?”   “Gue ke toilet dulu ya,” ujar Geo tanpa mempedulikan kekhawatiran sahabatnya.   === * * * * * ===   ‘2 tahun. Tepat 2 tahun yang lalu gue dikhianatin sama orang yang paling gue sayang dan percaya.’   Geo tanpa sadar telah berjalan ke bagian belakang sekolah. Di seberang gedung sekolah, terdapat taman bunga kecil tapi asri. Dulu, tempat itu pernah menjadi tempat yang paling membahagiakan untuk Geo, dimana ia sukses jadian dengan cewek popular yang amat ia sayangi, Frilly.   Namun sejak dua tahun lalu, yang Geo rasakan hanyalah sakit hati. Rasa sakit itu sampai hari ini masih terasa sama barunya. Kalo ada orang yang bilang dihadapannya waktu bisa menyembuhkan segalanya, akan ia tonjok sampai bonyok. ‘Apanya yang sembuh? Sedikit pun gak berkurang gini!’ Geo kesal dengan dirinya sendiri. Kenapa lagi-lagi ia mendatangi tempat ini?   “Aduhhh!!!!”   Seruan seorang cewek mengembalikan Geo ke masa sekarang, mencegahnya travelling time ke masa yang paling menyakitkan itu.   Ngga jauh dari hadapannya, di pinggir taman bunga, terlihat seorang cewek mungil dengan rambut hitam Panjang menutupi punggungnya - sedang berusaha bangkit dari posisinya yang tertelungkup. ‘Hmmm....ada ya orang yang bisa kesandung di sekitar situ?’ pikir Geo heran. Karena sepanjang ingatannya, daerah situ sudah di-aspal rapi. ‘Berarti cewek ini lumayan ceroboh ya?’   Belum sempat Geo menghampiri, cewek itu sudah berhasil bangkit sendiri. Awalnya Geo pikir ia akan menangis, karena dilihat dari seragamnya, cewek tersebut termasuk dari Junior yang baru masuk hari ini. Tapi ternyata ia hanya menundukkan kepala sebentar, dan kemudian sambil tersenyum ia mengangkat kepalanya lebih tegak.   Tanpa Geo sadari, ada seulas senyum di bibirnya karena melihat ketegaran dari cewek Junior tersebut. Dan tanpa ia sadari juga berkat cewek mungil itu, selama sisa hari itu Geo tidak lagi mengingat sakit hatinya untuk pertama kalinya setelah sekalian lama.   === * * * * * ===   Sejak hari itu, Geo berusaha mencari informasi lebih lengkap tentang anak baru tersebut. Tapi karena ia tidak menjadi panitia orientasi siswa baru, dan juga karena ia tidak ingin sahabatnya tahu, maka tidak banyak yang bisa ia dapatkan.   Selama ini ia hanya tahu bahwa cewek itu dipanggil Nana oleh teman-temannya. Dan dari yang Geo perhatikan, Nana selalu berjalan bersama seorang cowok yang berkulit agak gelap. Beberapa kali Geo berpikir apa jangan-jangan cowok itu pacar Nana   Siang itu, seperti biasa, Geo dan ketiga sahabatnya berkumpul di kantin untuk makan siang. Dan seperti yang telah ia lakukan selama beberapa hari belakangan ini, matanya mulai mencari Nana.   “Ky, loe ada contact Renna gak?”   “Renna? Maksud loe Renna Diandra anak baru itu? Buat apa emang?”   “Iya, betul, betul! Loe punya contactnya? Bagi dong! By the way loe tau ngga sih cowok dekil yang selalu bareng Renna itu siapa sih? Pacarnya?”   “Hahahaha. Rio maksud loe? Kalo dari sumber yang gue dapet sih mereka berdua itu sahabatan doang.”   Awalnya Geo tidak peduli dengan percakapan antara Leo dan Dwiky karena seperti biasa mereka hanya membahas tentang target cewek. Namun pembahasan tentang cowok dekil membuat Geo curiga, jangan-jangan…   “Renna Diandra? Maksud loe cewek imut yang ada disitu?” Geo terdengar antusias sambil menunjuk ke tempat Nana dan teman-temannya yang sedang menghabiskan makan siang.   “Loh? Loe juga naksir dia?” tanya Leo heran. Ia sama sekali tidak menyangka seorang Geoferry Revanka yang cuek sama cewek selama lebih dari dua tahun, tiba-tiba menaruh perhatian pada seorang cewek Junior.   ‘Ya udah deh, udah terlanjur. Lagian kalo gue ngga ngomong, yang ada Leo malah nyosor duluan lagi!’ pikir Geo dalam hati. Ia pun mengakui kalau selama beberapa hari ini ia menaruh perhatian dan berusaha mencari informasi mengenai Renna/Nana ini. Leo pun akhirnya memutuskan untuk mundur berharap Geo akhirnya bisa move-on setelah kisah pilu-nya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN