Bab 4 Pingsan dan Mimisan tanpa Henti

1047 Kata
Dua bulan berlalu semenjak Kaitama Dastan berhasil menemukannya, Reika hanya bisa berada di sebuah mansion baru milik pria itu. Semenjak menjejakkan kakinya di sana, Reika sudah mirip burung kenari dalam sangkar emas. Tidak boleh dibiarkan keluar tanpa izin dari pria itu. Di sekitar mansion juga ada banyak pengawal yang membuat gerakannya menjadi terbatas. “Apa dia pikir aku ini akan membuat masalah kepada cinta sejatinya? Aku sudah bilang kalau aku mempersiapkan kematianku agar dia bisa hidup bahagia! Salah sendiri malah berpikir aneh-aneh dan mencurigaiku! Dasar menyebalkan!” omelnya sambil menikmati keripik kentang di ruang tamu. Di depannya, ada layar TV besar yang menampilkan drama Cina tentang kisah percintaan pria kaya dan wanita miskin. Untuk sesaat, Reika melihat adegan di depannya sebagai dirinya dan pria dingin itu. “Astaga! Mataku pasti sudah rabun! Bisa-bisanya aku melihat drama itu sebagai aku dan pria tak punya hati itu?! Sialan!” umpatnya kepada diri sendiri, lalu mengucek matanya berkali-kali agar segera sadar dari halusinasinya yang sungguh liar. Reika tidak tahu apa rencana Kaitama dengan menawannya seperti sekarang. Walaupun dia sangat menyukai tubuhnya, setidaknya dia masih bisa punya kebebasan sebagai seorang manusia, kan? Ketika dia sempat menghubunginya minggu lalu dan meminta penjelasan terkait keamanan yang terlalu mirip penjara, Kaitama hanya berkata dengan dingin: “Kalau kamu meminta kebebasanmu, maka kembalikan dulu 100 triliun rupiah itu dan buktikan dirimu benar-benar tidak bersalah dengan kecelakaan di gunung. Aku tahu kamu sudah mengatur rencana agar membuat hidupku tidak bisa tenang. Bermain susah didapat dan ingin membuatku menyesal karena kematianmu? Itu tidak akan pernah terjadi. Aku mengabulkan keinginanmu untuk hidup enak untuk sementara waktu. Kita saling menguntungkan. Jadi, sebaiknya kamu tahu diri.” Kalimat itu berputar di benaknya, membuat Reika langsung melempar remot ke lantai dengan sangat marah! “Dasar pria gila! Kamu yang berpikir tidak waras! CEO macam apa dia itu?! Pewaris macam apa?! Bisa-bisanya berpikir aku akan mengusik rumah tangganya?!” omelnya marah luar biasa. Kaitama Dastan tahu kalau dia tidak bisa mengembalikan uang 100 triliun yang pernah diberikan olehnya. Makanya, dia bisa mengendalikannya sesuka hati. Terlebih lagi dengan mobil sport yang terbakar dalam kecelakaan yang senilai 1 triliun rupiah, membuat Reika hanya bisa bungkam dan tidak bisa melakukan apa-apa. Oh! Jangan lupa dengan ancamannya kepada keluarganya! Ketika Reika sibuk mengomel sendirian, tanpa sengaja, siaran TV berganti ke acara gosip. “Katanya, pernikahan yang akan dilakukan tahun depan akan lebih megah dan meriah dibandingkan pertunangan yang telah berlangsung sebelumnya. Kaitama Dastan sangat memanjakan Meita Jayadi sampai membelikan sebuah superyacht sebagai hadiah ulang tahun pertunangan bulan ini.” Pembawa acara di TV adalah seorang wanita dengan pakaian anggun dan senyum lebar menghiasi wajahnya. Seolah-olah yang mendapat hadiah itu adalah dirinya sendiri. Reika tertegun dalam diam. Baru juga bertunangan, tapi sudah merayakan hari jadi setiap bulan? Wuah! Kaitama Dastan benar-benar sangat murah hati! Sadar dari rasa terkejutnya, pemikiran lain segera menusuknya sangat dalam. “Tunggu! Bukankah Kai setuju kalau kami berhubungan kembali selama dia belum menikah?! Aku tidak mau menjadi pelakor sungguhan!” ujar Reika dengan wajah panik dan pucat. Di dalam kontrak baru mereka, hubungan 3 tahun itu berlangsung selama masa pertunangan Kai dan Meita. Jadi, itu artinya, Reika tidak bisa dikatakan sebagai pelakor dari suami orang, kan? Dia setuju dengan situasi itu, tapi apa yang barusan dia dengar? Tahun depan? Pasangan itu akan menikah tahun depan? Seperti ada yang menekan dadanya, rasa sakit menghantamnya luar biasa. Reika seketika pusing dengan rasa sakit menusuk otaknya. Cairan merah hangat seketika menuruni salah satu luang hidungnya, membuatnya langsung linglung luar biasa. “Aneh, kenapa kepalaku sakit sekali? Kenapa bisa begini? Tidak ada gejala seperti ini pada penderita penyakit langka sepertiku, kan? Jangan bilang aku kena kanker otak juga?” gumamnya sembari menatap kosong darah yang ada di tangannya. Pandangan Reika mulai mengabur dan kesadarannya perlahan-lahan menghilang. Dia menaikkan pandangan dan menatap layar TV besar di depannya. Di sana, Kaitama Dastan tampak bersama Meita Jayadi di sebuah kapal pesiar mewah, menghadiri sebuah acara elit yang tidak bisa dihadiri olehnya sebagai seorang simpanan. Reika tiba-tiba tertawa pahit, menatap putus asa ketika Kaitama Dastan mengecup sebelah pipi wanita di sebelahnya. Lalu, dia memeluknya erat dengan wajah penuh cinta. “Wuah, dia benar-benar sangat lembut kepada wanita yang dicintainya, ya? Berbeda sekali denganku?” kekehnya pahit. Sudut-sudut matanya mulai panas dan menyakitinya. Selama mereka bergumul di atas kasur sepanjang waktu, Kaitama selalu kasar dan memuaskannya dengan caranya sendiri. Meskipun dia kadang-kadang lembut dan mesra, tapi sikap kasarnya lebih banyak. Namun, meski begitu, bukan berarti dia membencinya. Sebaliknya, Kai mampu memuaskannya berkali-kali. Dulu, dia pikir bahwa dirinya adalah wanita satu-satunya yang bisa membuatnya senang seperti itu, tidak peduli meski harga dirinya sebagai wanita sedikit terluka karena dianggap sebagai alat pemuas semata. Sekarang, melihat senyumnya yang sangat lebar dan bahagia, rasa sakit menyengat hatinya dan dia merasa sangat bodoh. Kaitama posesif pada hal-hal yang menjadi miliknya. Meski dia sudah membuang dan tidak peduli lagi, dia tidak sudi membiarkan orang lain memungutnya. Buktinya, dia pernah bertengkar dengan salah satu sepupunya. Kaitama kalah telak melawannya di pengadilan dalam mempertahankan sebuah tanah untuk pembangunan apartemen mewah. Karena dendam dan benci, akhirnya Kaitama melakukan hal buruk agar membuat sepupunya masuk penjara. Pada akhirnya, sepupunya terpaksa menjual tanah tersebut ke tangan orang lain dengan harga murah Siapa yang menduga setelah pihak yang membelinya datang dan mengklaim tanah itu, malah Kaitama yang berhasil memilikinya dan membangun sebuah pusat perbelanjaan yang sangat terkenal? Reika semakin pusing dan sakit hati mendengar berita Kaitama dengan wanita tercintanya, karena tidak tahan, dia akhirnya pingsan dengan wajah berlumuran darah di sofa mewah itu. Keadaannya baru ketahuan ketika salah satu pelayan hendak bertanya mengenai makan malam. Pelayan itu menjerit ketakutan dan segera memanggil salah satu penjaga di sana. Ketika sadar, Reika menatap linglung di sekitarnya. “A-anda akhirnya terbangun, Nona!” kata pelayan muda itu dengan wajah sangat cemas dan pucat. Reika mencoba bangun dengan wajah lelah. “Aku kenapa?” “A-anda tiba-tiba pingsan dan mimisan tanpa henti! Saya takut sekalI! Saya sudah menghubungi Tuan Dastan, tapi teleponnya sibuk terus!” Reika membeku sesaat, lalu bertanya dengan tenang, “Siapa saja yang mengetahui hal ini?” Pelayan muda itu bernama Miko. Dia segera menceritakan apa yang dialaminya dengan mata berkaca-kaca, seperti ingin menangis. “Miko, tolong jangan beritahukan hal ini kepada siapapun. Khususnya kepada Tuan Dastan. Aku tidak ingin membuatnya berpikiran buruk, Mengerti?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN