Arjuna tahu Kirana belum menyerah ketika ia melihat penampilan pengawalnya yang malang malam itu. Ditambah lagi, tadi siang ia tiba-tiba mendapat kiriman bunga. Bunga! Itu pun, dengan nama pengirimnya Marcel. Apa sebenarnya yang ada dalam pikiran wanita itu?
Arjuna menutup mata ketika Marcel duduk di hadapannya, mengenakan stelan merah menyala dan rambut ditata rapi.
“Ada apa? Apakah penampilannya terlalu menyilaukan?” tanya Kirana antusias sembari duduk di sebelah Arjuna. “Terlalu memesona?”
Arjuna membuka mata dan menatap wanita itu kesal.
“Baiklah, baiklah. Aku akan pergi dan membiarkan kalian berdua menghabiskan waktu bersama tanpa gangguanku.” Wanita itu berdiri, tapi Arjuna kembali menariknya untuk duduk.
“Berani-beraninya kau membawa orang ini kemari,” desis Arjuna.
Kirana menatap Marcel, lalu kembali menatap Arjuna. “Memangnya ada apa dengannya? Dia tampan, kan? Pastinya … sesuai dengan seleramu, kan?” Kirana melempar senyum penuh arti menyebalkan itu.
Arjuna menatap Marcel yang hanya diam saja diperlakukan seperti itu oleh si Tuan Putri. Arjuna mendengus.
“Maaf, dia bukan tipeku. Dia punya seseorang yang dia suka.”
Untuk kedua kalinya, Arjuna melihat ekspresi di wajah Marcel setelah ia mengucapkan kalimat itu. Sementara di sebelahnya, Kirana menjerit,
“APA?!”
Arjuna mengusap telinganya yang seketika berdenging karena teriakan wanita itu.
“Siapa? Siapa?! Dia tidak mungkin menyukai seseorang. Marcel menyukai seseorang? Haha. Itu lucu.” Si Tuan Putri masih tak bisa menerima kenyataan.
Arjuna menatap wanita itu, hendak mengungkapkan, tapi tiba-tiba sebuah serbet putih disumpalkan ke mulutnya. Arjuna seketika melotot dan menoleh pada pelakunya. Marcel.
“Um … ini adegan romantis yang seharusnya aku tidak lihat, kan?” Kirana perlahan berdri. Ia masih sempat menepuk bahu Arjuna ketika berkata, “Marcel tidak punya orang seperti itu. Jadi, selamat bersenang-senang.”
Arjuna mendesiskan u*****n kesal ketika Kirana lagi-lagi meninggalkan Arjuna berdua dengan Marcel. Arjuna menarik serbet di mulutnya dan membantingnya ke meja. Marcel berdehem.
“Maaf, saya …”
“Jadi, benar kan, kau menyukai nonamu itu?” tembak Arjuna.
“Tidak. Jadi, tolong jangan sampai membuat Nona salah paham.”
Arjuna mendengus. “Dengar, kalau kau begitu menyukainya, bawa nonamu itu kabur sekarang. Bulan depan, dia akan menikah denganku. Jadi …”
“Jadi, saya akan selalu menjadi orang yang melindungi Nona, apa pun yang terjadi.”
Arjuna menyipitkan mata. “Kau akan diam saja meskipun wanita yang kau suka menikah dengan pria lain?”
“Saya tidak pernah berkata jika saya menyukai Nona.”
“Kau juga tidak mendebatnya,” balas Arjuna.
Marcel diam, ekspresinya datar. Sial. Apa boleh buat ….
Arjuna bangkit dari duduknya dan bergegas menyusul Kirana yang sudah hampir keluar restoran. Arjuna berhasil menahan wanita itu di depan pintu. Jika Kirana tak mau mundur dari perjodohan ini, dan Arjuna juga tak bisa memutuskan perjodohan ini, bagaimanapun caranya, ia harus membuat wanita itu pergi. Atau, dibawa pergi.
Kirana tampak terkejut ketika melihat Arjuna. “Apa …”
Arjuna memutar tubuh Kirana. Ia menoleh pada Marcel, memastikan pria itu melihat dengan jelas. Lalu, tanpa ragu ia menunduk dan menempelkan bibirnya pada bibir wanita itu. Terdengar pekikan dan bisik-bisik di sekitar mereka, tapi dalam satu detik, semua suara itu seolah lenyap. Arjuna mengernyit kecil merasakan bibir Kirana di bibirnya.
Dengan cepat, Arjuna menarik diri. Di depannya, Kirana mematung, tatapannya kosong. Wanita itu tampak shock. Lalu, tanpa mengatakan apa pun, Arjuna pergi dan meninggalkan restoran.
***
“b******k! Pria itu menciumku! Apa maksudnya itu, hah?! Apa yang kalian bicarakan tadi?!” Amarah Kirana tak tertahan begitu ia sudah berada di mobil. “Argh!!!” Kirana berteriak frustrasi.
Marcel yang duduk di kursi kemudi hanya berdehem, tanpa menjawab.
“Jawab aku! Apa yang kalian bicarakan tadi?!” Kirana menendang kursi Marcel.
“Tidak ada, Nona.”
“Kau mau mati?” ancam Kirana.
“Nona …”
“Tunggu!” Kirana memotong, berusaha berpikir. Ia menarik napas dalam, lalu menatap Marcel. “Dia tadi menyebutkan tentang kau menyukai seseorang.”
“Saya juga tidak tahu kenapa Pak Arjuna mengatakan hal seperti itu,” sahut Marcel.
“Atau jangan-jangan, dia hanya sok jual mahal?” Kirana menyipitkan mata. “Jangan bilang, dia mencoba membuatmu cemburu untuk memancingmu, atau sebagainya?”
“Nona …”
“Sstt!” potong Kirana. “Aku sedang berpikir. Jangan menggangguku.”
“Nona …”
“Atau jangan-jangan,” Kirana memotong lagi, “dia berpikir kau menyukaiku.”
“Nona …”
“Benar, kan? Atau, kau sengaja mengatakan itu untuk mengusirnya? Karena kau tidak mau berkencan dengannya?!” bentak Kirana.
Marcel menghela napas. “Nona akan langsung pulang atau …”
“Shoping! Aku sedang stres, jadi aku akan pergi shoping. Dan itu salahmu!” Kirana mendesiskan u*****n. “Apa susahnya berpura-pura berkencan dengan pria itu? Kalian toh tidak akan menikah!”
Kirana masih terus mengomel kesal ketika Marcel mulai melajukan mobil menuju mall.
***
“No way! No way!” Niall tampak tak percaya dan siap tertawa. “Dia benar-benar menyuruhmu berkencan dengan pria?”
“Shut up!” desis Arjuna kesal, seketika meledakkan tawa Niall.
“Men, I’m so sorry. Aku tak menyangka, aku akan mengubah image-mu jadi seperti itu juga,” Niall berkata, tapi ia tak sedikit pun tampak menyesal.
“Apa yang ada dalam pikiran wanita itu sebenarnya?” gusar Arjuna.
“Apa lagi? Dia berpikir kau tertarik pada pengawalnya. Apa yang kau lakukan pada pengawalnya hingga membuatnya berpikir seperti itu?” Niall tampak menahan tawa.
“Sekali lagi kau tertawa, aku akan menghajarmu,” ancam Arjuna.
Niall menelan tawanya dan mengangguk. “Tapi, apa pengawalnya tampan?”
Arjuna melempar tatapan membunuh.
“Baiklah, baiklah, maaf. Kurasa sebaiknya kau mulai menyelidiki tentang calon istrimu. Melihat dia berpikir seperti itu, pasti dia sudah menyelidiki tentangmu. Itu pun, dia memercayai rumor yang beredar tentangmu. Apa kau tidak ingin tahu tentangnya? Misalnya … prianya?” singgung Niall.
Arjuna menatap Niall. “Prianya?”
Niall mengangguk. “Dia pasti punya orang yang dia suka. Atau, ada pria yang dia hubungi. Ayolah, dia wanita dewasa. Dan dia Andhita Kirana Ramawijaya, putri tunggal Ramawijaya. Sepertinya, dia suka bersenang-senang. Kau harus bisa menemukan kelemahannya jika ingin membuatnya mundur duluan.”
Arjuna memikirkan saran Niall, perlahan mengangguk-angguk setuju. “Kudengar, dia lama di luar negeri dengan pengawalnya itu. Apa mungkin mereka berkencan? Meski mungkin pengawalnya menyukainya, tapi … melihat reaksi wanita itu pada pengawalnya, aku bisa yakin dia tidak menyukai pengawalnya. Mana mungkin dia menyuruh pria yang dia suka berkencan dengan pria lain, benar kan?”
Niall lagi-lagi tergelak, membuat Arjuna memakinya kesal.
“Sorry, Dude, aku hanya … memikirkan itu benar-benar lucu. Harus aku akui, calon istrimu itu bukan wanita biasa.” Niall mengedik kecil. “Aku akan membantumu mencari tahu. Akan kutanyakan di grup chat, pasti ada yang tahu tentang calon istrimu itu.”
Arjuna mendecak, terpaksa setuju.
Niall lalu mengambil ponselnya, sebelum tiba-tiba heboh, “Men, you kissed her?”
Arjuna mengernyit menatap Niall. Bagaimana bisa Niall tahu?
Jawabannya didapat Arjuna ketika Niall menunjukkan layar ponselnya, menampilkan gambar Arjuna yang mencium Kirana di depan pintu restoran. Arjuna terbelalak. Ia sudah akan merebut ponsel Niall, tapi sahabatnya itu sudah menarik ponselnya.
“And you know what? Sahammu meroket! Selamat, Calon Pewaris Grup Atmajaya dan Grup Ramawijaya.” Niall memamerkan chat dari grup chat yang berisi anak-anak konglomerat lainnya.
Arjuna tak bisa lantas senang melihat banyak ucapan selamat di sana. Meski ia tak mengenal Kirana dan hanya tahu wanita itu dari foto, tapi di antara orang-orang itu, pasti ada yang mengenal Kirana. Ada yang menyebut Kirana tidak bisa bekerja di perusahaan, jadi Grup Ramawijaya otomatis akan jatuh ke Grup Atmajaya. Tepat seperti yang dikatakan papanya. Namun, bukan itu yang Arjuna ingin tahu.
Arjuna juga ada di grup itu, hanya saja ia tidak seaktif Niall. Ia bahkan membisukan notifikasinya. Namun, di grup itu, Arjuna tak menemukan keberadaan Kirana. Kenapa … wanita itu tak ada di grup chat itu?
***