Satu kali bunyi klakson dari mobil BMW i8 coupe milik Alvin langsung dibukakan pintu oleh security rumahnya, sedangkan Tania yang tadi telah memencet bel rumahnya tak ada tanggapan sama sekali.
"Rese!" batin Tania kesal sembari mendorong motor maticnya masuk kedalam area halaman rumah tante Yunita.
"Tunggu dulu. Kenapa momennya sangat pas? Aku bertemu kembali dengan guru baru yang tadi menegurku dikelas lalu baru saja dia muncul pula dihadapanku dengan mengendarai mobilnya. Lalu apa hubungan pak Alvin dengan tante Yunita?"
Tania menggelengkan kepalanya, kenapa dia malah sibuk memikirkan hal yang jelas tidak penting sekali dan tidak ada untungnya dia memikirkan hal tersebut.
"Apa gue salah rumah kali ya?" batin Tania sekali lagi.
Mama is calling..
Mama : Kenapa belum masuk juga sayang? Kamu udah ditunggu sama tante Yunita loh..
Tania : Mam, kayaknya Tania salah masuk rumah orang deh. Barusan guru sekolah Tania yang masuk ke rumah ini..
Tak ada jawaban dari mama, namun tak butuh waktu yang lama Tania melihat mamanya yang berjalan keluar dari pintu utama kediaman tante Yunita sambil celingukan mencari dirinya.
"Mam!" pekik Tania. Mamanya langsung melambaikan tangannya dan memberi gestur agar putrinya datang menghampirinya.
"Okay, outfit kamu hari ini mama kasih nilai 3. bisa-bisanya keluar cuma pakai baby doll gambar beruang begini buat keluar rumah dan bertamu kerumah orang." oceh mama. memang benar mama Tania paling tidak suka kalau siapa pun anggota keluarganya yang berpenampilan sesuai dengan suasana.
"Ya kan Tania gak tahu kalau bakal masuk kedalam rumahnya tante Yunita buat bertamu bentar. Mama kan cuma minta jemput doang bukan minta Tania buat fashion show di rumahnya." mendengar ocehan putrinya yang tak mau kalah darinya mama tania hanya bisa mengelus d**a sambil merangkul putrinya untuk masuk kedalam.
"Wah Tania udah besar, dulu kan masih segini ya." sapa tante Yunita sambil menggesturkan tangannya seukuran botol aqua sedang.
"Dikira gue bayi ajaib apa, lahir sebotol." batin Tania.
"Ah iya, tante.. Tante apa kabar? Maaf ya Tania datang pake daster begini." jawab Tania ikut berbasa-basi.
"Tante baik kok, wait ya.." ujar tante Yunita, Tania yang rasanya ingin memberontak dan segera pergi tak bisa berkutik karena teringat ancaman kejam dari mamanya.
"ALVIN!" panggil tante Yunita.
"Alvin yang dimaksud, jangan-jangan guru sekolahnya itu kan?" Tania kembali bermonolog didalam hatinya.
"Iya ma.." jawab Alvin, dia datang dengan kaus hitam polos dan celana bahan selutut berwarna krem. Tak memakai baju dinas dan hanya memakai baju santainya menambah ketampanan Alvin berkali-kali lipat.
"Ini anak tante Dewi, yang namanya Tania itu, mama kan udah pernah cerita kekamu waktu itu." tutur Tante Yunita kepada Alvin.
Alvin mengangguk sejenak lalu memperhatikannya. "Iya, Alvin tahu ma. Dia salah satu murid Alvin di sekolah." jawabnya sambil mengutas senyuman kecil manisnya.
Tania yang risih karena diperhatikan oleh guru barunya yang menyebalkan itu, dia merasa kesal sendiri.
"Oh berarti kalian sudah saling kenal ya?" tanya mama Tania. Sorot mata tajam Tania langsung tertuju kearah mamanya, ia langsung menoel pelan lengan mamanya lalu berbisik.
"Mam dia guru aku, saling kenal gimana sih." bisik Tania.
"Ah, enggak kok tan, Tania cuma sekedar tahu kalau pak Alvin guru Tania hehe." jawab Tania canggung. Alvin tersenyum smirk melihat kearah tania.
Pandangannya ke Tania sama sekali tak bisa dijelaskan, "Kalau gitu kalian harus saling kenal lebih dekat lagi ya.. Tante tinggal sebentar." kata tante Yunita sambil tersenyum seperti tengah usai memberi kode ke mama Tania, kedua wanita paruh baya itu pergi meninggalkan Tania dengan Alvin berdua di ruang tamu.
"Huft.." Tania mendengus kesal, ia tak tahu apa yang ada dipikiran mama sekaligus teman mamanya yang membiarkan dirinya berduaan dengan guru yang telah julid kepadanya.
"Bocah, kalau diluar sekolah lo panggil gue kak Alvin, gue gak mau dipanggil pak." ujar Alvin. Tania memutar bola matanya kelain arah semakin kesal.
Dia tak suka cara Alvin memanggilnya bocah, rasanya seolah dia masih anak kecil yang baru masuk usia 5 tahun. "Nama gue Tania ya bapak Alvin. Bukan bocah!" kata Tania bernada kesal, ia sengaja menekan kata bapak Alvin untuk membuat Alvin ikut kesal dibuatnya.
Tania hanya tidak terima saja kalau ia dipanggil seperti itu.
"Okay, Tania." ujar Alvin mengalah. Tania sangat senang karena berhasil membuat kesal gurunya tersebut.
"Gue kesini buat jemput mama, kenapa malah berakhir ngobrol sama lo." ujar Tania.
"Mana gue tahu." jawab Alvin.
"Btw lo mau minum apaan? Gak usah minta yang aneh-aneh, gue gak mau lo ngerepotin gue." kata Alvin, dia masih sopan juga, meskipum terlihat ogah-ogahan untuk duduk bersama dan mengobrol dengan bocah tengil yang memakai baby doll beruang di depannya.
"Ice lemon tea, tapi pake ekstra lemon ya, es batunya banyakin kak, itu aja gak usah repot-repot." jawab Tania dengan penuh semangat.
"Lo bisanya bikin repot aja, kalau gitu air putih aja." ujar Alvin.
"Ice lemon tea aja kak, gak usah repot." kata Tania keukeuh.
"Air putih."
"Ice lemon tea aja." Alvin menarik pergelangan tangan Tania sambil memasang raut wajah kesalnya.
"Ikut gue!" kata Alvin tegas. Tania bukannya menolak saat pergelangan tangannya di tarik paksa oleh guru tampannya itu.
Mereka berdua sekarang tengah berada di dapur yang bernuansa putih yang ada tak jauh dari ruang tengah.
Tania menatap Alvin heran. "Ngapain lo bawa gue kesini kak?" Tania mulai kesal.
"Lo bikin sendiri minumannya." jawab Alvin.
Dimana-mana yang namanya tamu itu pasti seperti raja, seharusnya kan pemilik rumah yang menyediakan hal tersebut untuk tamunya, tapi disini kesannya Alvin malah tengah mengerjainya.
"Kak lo ya bener-bener.." Tania yang hendak memaki Alvin ia urungkan karena pak gurunya itu memotong perkataannya.
"Mau minum gak lo. Gak usah ribet gitu." jawab Alvin ia berjalan sambil membawa 2 gelas dan satu lagi ditangannya ada buah lemon.
"Ya tapi kan masa tamunya yang bikin minuman." Tania terus mengomel.
"Udah gak usah bawel, Lemon tea sachetnya ada di rak kedua di deket lo." ujar Alvin.
Tania masih menggerutu, tapi dia membuka rak tersebut lalu mengambil lemon tea sachet tersebut
"Sekalian gue bikinin ya hehe." imbuh Alvin. makin kesal dengan tingkah Alvin, Tania hendak melemparkan lemon tea itu ke arah Alvin, namun ia tak benar-benar untuk melemparkannya kepada Alvin. Tania hanya menggertaknya saja.
"Ampun bos." jawab Alvin santai.
Tania membuang nafasnya kasar sambil masih melekatkan pandangannya kepada guru rese nya itu. "Gue gak nyangka, ada guru yang rese banget kayak lo."
"Gue lebih gak nyangka lagi, kalau calon istri gue adalah murid dekil ingusan dan bandel kayak lo." Alvin membalas cemoohan dari Tania, namun perkataan yang baru saja dikatakan oleh seorang guru matematika baru disekolah barunya itu sukses membuat Tania tercengang dan shock.
"Calon istri mak lo kiper? Gak usah halu." maki Tania.