Prolog; Sang Provokator Malice

1561 Kata
Hallo.... Sebelum aku memulai cerita kehidupanku ini, terlebih dahulu aku akan memperkenalkan diriku ini kepada kalian. Namaku adalah Malice bhagaskara perdana, atau biasa dipanggil dengan sebutan... 'Malice Sang Provokator.' Entah apa alasannya, dan bagaimana awalnya julukan ini bisa mereka sematkan kepada diriku. Apa mungkin, semua ini dikarenakan diriku yang selalu saja memproteskan apapun hal, yang menurutku itu adalah hal yang sungguh penuh ketidak-adilan? 'Pembangkang, tak taat akan aturan, dan bahkan keras kepala.' Kata-kata seperti itulah, yang selalu saja mereka sebutkan sebagai sebuah penggambaran tentang diriku ini. Lantas, apakah aku bangga atas semua ini? Jawabku adalah Tidak!!! Karena untuk alasan apapun juga, 'Peraturan tetaplah peraturan.' Dan seperti yang telah kita ketahui selama ini, bahwa; Peraturan itu dibuat untuk dipatuhi, bukan untuk dikekang!!! Lantas, apakah aku bangga atas semua ini? Jawabku adalah Tidak!!! Karena untuk alasan apapun juga, 'Peraturan tetaplah peraturan.' Dan seperti yang telah kita ketahui selama ini, bahwa; Peraturan itu dibuat untuk dipatuhi, bukan untuk dikekang!!! Namun... 'Bagaimana bila peraturan yang telah berlaku selama ini, ternyata penuh ketidak-adilan? Apakah kalian akan terus menaati peraturan tersebut?' Jika kalian menjawab -Iya?!! Maka hanya ada satu kata yang pas untuk menggambarkan kalian, dari sudut pandangku... 'Bodoh.' 'Tapi aku takut sama atasanku, aku takut sama seniorku. Dan aku pun juga takut, jika harus terkena hukuman, bila aku melanggar peraturan tersebut...' Jika hanya karena hal-hal tersebut, lalu sudah bisa membuat kalian menjadi taat akan peraturan yang sudah ada. Maka, akan ada dua kata dariku untuk menggambarkan bagaimanakah sosok kalian, dari sudut pandangku... 'Teramat Bodoh.' Jika kalian sadari, kita ini hidup disebuah negara yang menganut sistem Demokrasi sebagai bentuk kepemerintahannya. Apa mungkin, sebenarnya kalian itu tidak memahami maksud dari sistem Demokrasi? Atau, jutru lebih parah dari itu? Seperti; Kalian sama sekali tidak tahu-menahu, apa itu sistem Demokrasi? ... Hahaha *** Oke... oke... Baiklah, aku akan menjelaskan secara perinci untuk kalian. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan, dimana semua warga negaranya memiliki hak yang setara, dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi pun mengizinkan untuk warga negaranya dapat berpartisipasi (Baik secara langsung, atau melalui perwakilan) dalam sebuah perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Bahkan, Demokrasi itu sendiri mencakup luas kedalam aspek-aspek dikehidupan kita. Seperti; Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang bisa saja memungkinkan adanya sebuah praktik Kebebasan politik, secara bebas dan setara. Kesimpulannya adalah; Kita yang saat ini tinggal disebuah negara yang menganut sistem Demokrasi sebagai bentuk kepemerintahannya. Maka, kita dibebaskan untuk berpendapat, dan dibebaskan juga untuk bertindak sesuai keinginan kita. Karena semua itu sudah diatur kedalam sebuah perundang-undangan, tentang; Hak Asasi Manusia (HAM). Jadi, pesan dariku untuk kalian adalah: 'Suarakan! Suara (Protes) kalian, untuk segala hal yang menurut kalian itu, penuh ketidak-adilan. Lakukanlah semua hal yang ingin kalian lakukan, tanpa pernah melupakan, apa yang telah menjadi hak dan kewajiban bagi kalian. Go a head, menuju sebuah perubahan.' Memanglah sangat sulit untuk membawa sebuah perubahan didalam kehidupan kalian. Karena untuk membawa sebuah perubahan tersebut, harus membuat kalian menjadi sosok yang berbeda dari yang lain. Dikucilkan, dicampakkan, dan bahkan sampai-sampai kalian itu akan diasingkan dari sebuah Ekosistem, dikehidupan kalian pada saat ini. Namun percayalah; Bila suatu saat nanti, mereka akan membenarkan apa yang telah kalian perbuat, untuk membawa sebuah perubahan. Karena, jika mereka tetap tidak menyadarinya juga. Maka, mereka akan sangat menyesalinya kelak. *** Sekarang izinkan diriku ini, untuk memperkenalkan diri lebih lanjut. Di usiaku yang saat ini sudah menginjak angka 23 tahun, aku memiliki sebuah hobby yang cukup menarik. Semenjak aku telah lulus dari Smk dulu, aku pun mulai mencintai sebuah seni Fotographi. Karena bagiku; Seni fotographi bisa membuat hatiku menjadi merasa sangat damai. Dan aku pun berharap; Bila suatu hari nanti aku bisa menjadi seorang fotografer yang hebat. Hmm... Kalau urusan bersosialisasi. Waduh, gak usah diragukan lagi. Hehehehe... Sebenarnya, aku kurang terlalu tertarik untuk bersosialisasi, dengan manusia lainnya. Eits... Bukan berarti aku ini paranormal, atau sejenisnya yang berteman dengan makhluk lain. Hanya saja, aku lebih tertarik untuk berteman dengan alam semesta. Hmm... Bisa dibilang kalau aku ini adalah salah satu manusia yang lebih mencintai kesendiriannya, dan kurang perduli atas nasib sesama manusia lainnya. 'Kebodohan ataukah menakjubkan? ...Entahlah apapun itu. Yang terpenting adalah; Aku mengetahui segala sebab-akibatnya atas apa yang aku lakukan selama ini. Dan, aku pun punya alasanku tersendiri. Alasan kenapa aku bisa melakukannya?' Aku sungguh tak perduli, kalau mereka membenciku, atau bahkan mencintaiku. Bagiku; Kepuasan, dan kebahagiaan diri sendirilah yang selalu menjadi tujuan utama dalam kehidupanku. Ya, setidaknya itulah yang diajarkan oleh keluargaku. Ngomong-ngomong soal keluarga, membuat diriku ini menjadi teringat akan betapa sempurnanya keadaan keluargaku. Tak akan ada kata lain, selain kata 'Bangga' untuk menggambarkan keadaan keluargaku, terutama kepada Ayahku. Aku terlahir dari sebuah keluarga yang cukup terpandang, dan sangatlah kaya raya. Bahkan, keluargaku termasuk kedalam 10 besar keluarga terkaya se-Indonesia ini. *** Aku adalah anak kedua, dari empat bersaudara. Kakakku bernama William bhagaskara perdana. Dirinya adalah seorang Kakak laki-laki yang sangatlah pemberani, tegas, dan penuh ambisi. Hampir seluruh sifat dari Ayahku telah diturunkan kepada dirinya. Di usia 25 Tahun, Kakakku itu sudah bekerja sebagai kepala bagian, disalah satu perusahaan yang dimiliki oleh Ayahku. Ayahku pun sudah sangat menaruh kepercayaannya kepada kakakku itu. Bahkan, Ayahku pun sudah mewariskan salah satu perusahaannya tersebut kepada Kakakku itu --Hebat bukan?!!! Lalu, selanjutnya adalah kedua Adikku, Riska dan Riski bhagaskara Perdana. Mereka adalah dua gadis kembar yang berparas cantik. Sejak usia mereka berdua 12 tahun, mereka berdua sudah diterbangkan oleh Ayah menuju Amerika, untuk melanjutkan pendidikannya disana. Inilah yang membuat aku kurang begitu mengenal sosok Adik-adikku ini. Dan, yang terakhir adalah Ayah dan Ibuku. Dimulai dari Ibuku dulu ya...! Ibuku adalah Diplomat ulung yang pernah dimilki bangsa ini. Beliau fasih beberapa bahasa asing, dan pandai berpidato. Otodidak, beliau selalu belajar banyak hal sendiri, tanpa perlu adanya seorang guru. Beliau memiliki perawakan yang sangat tegas, dan beliau pun sangat membenci kepada seseorang yang berani melanggar sebuah hukum. Sifat inilah yang Ibuku turunkan kepada diriku ini. Konon, dalam suatu pertemuan disebuah negara di Asia tenggara. Ketika Ibuku naik ke atas podium, beberapa hadirin dengan riuh mencibirnya --Tanda tidak senang, mengejek parasnya yang kejam layaknya putri Sang Iblis dari neraka terbawah. Dengan tenang, Ibuku pun membuka pidatonya. "Hadirin sekalian, barang siapa diantara hadirin merasa bila perawakan lembut hadirin tersebut bisa menyelesaikan konflik yang terjadi saat ini. Kami persilakan keluar ruangan!! Dikarenakan, pertemuan ini hanya disediakan untuk manusia-manusia tegas, dan serius demi membawa sebuah perubahan. Bukan untuk malaikat-malaikat berparas cengeng, yang tidak bisa melakukan apa-apa, selain banyak berbicara!" Maka, malulah antek kolonial yang menghinanya tersebut. *** Konon kabarnya pula. Ketika Ibuku sedang makan malam bersama seorang ratu, dari sebuah negara di Eropa. Ada seorang diplomat setengah menghinanya, bertanya; "Saya dengar; Kebanyakan bangsa Nyonya, kalau makan masih menggunakan jari tangan untuk memasukan makanannya kedalam mulutnya. Kedengarannya jorok sekali..." "Tidak seperti bangsa Eropa yang menggunakan sendok, dan garpu, atau bahkan sumpit yang digunakan oleh orang-orang Cina. Lalu, manakah yang paling bersih diantara ketiganya?" Seraya melihat kesekelilingnya, Ibuku pun menjawab pertanyaan tersebut. "Tuan betul. Sendok, garpu memang bersih, apalagi jika dibuat dari perak. Sebelum dipakai, dicuci terlebih dahulu oleh pelayan. Sumpit juga bersih, dan amat praktis. Sekali pakai bisa langsung dibuang, atau bisa juga dicuci untuk kemudian dipakai kembali." Setelah batuk sedikit, Ibuku melanjutkan ucapannya tersebut. "Tetapi yakinkah Tuan, bahwa; Sendok yang tuan pakai itu benar-benar suci?!! Karena, sewaktu mencucinya pun tuan tidak melihatnya. Bagaimana cara mencucinya, dan air apa yang dipakai. Atau mungkin; Kalau sebelumnya sudah diludahi, atau dikencingi oleh seorang pelayan. Tuan pun tidak mengetahuinya, bukan? Sumpit pun juga begitu, Tuan juga tidak mengetahuinya. Kalau kayu, atau bambu yang dipakai ternyata beratus tahun tumbuh diatas bangkai. Atau bahkan, kayu yang tumbuh dari pupuknya t**i sapi." "Tuan tidak akan mengetahui, kalau garpu atau sumpit itu sebelum dicuci, sudah dipakai oleh pelayan tuan untuk menggaruk punggung, mengaduk comberan, membunuh kecoa, dan atau mungkin untuk menindas belatung sekalipun. Kalau Sang Pelayan sedang marah, semua yang buruk-buruk bisa saja terjadi terhadap peralatan makan Tuan, dan tanpa harus sepenglihatan Tuan!" *** Semua yang hadir pada saat itu, sudah menjadi merah padam mukanya. Tapi, Ibuku tetap saja melanjutkan ucapannya tersebut; "Dan, siapakah yang meragukan kesucian dan kebersihan jari tangan kita sendiri? Kita yang paling tahu, apa yang sudah kita pegang sebelum kita makan. Kita juga yang paling tahu, kalau jari tangan kita sudah dipergunakan untuk mencolek lubang hidung, lubang telinga, lubang p****t, atau bahkan mencolek lubang-lubang lainnya!" --Luar biasa bukan Ibuku itu? Ibuku sering sekali mempesona pendengarnya pada saat ia sudah berbicara. Seorang Indonesianis, Mc Turnan Kahin, pernah dibuat takjub melihatnya. Lalu Ngo Dinh Diem, yang belakangan ini menjadi seorang perdana menteri Vietnam Selatan pun pernah dibuat terpana oleh kepiawaian Ibuku itu. Layaknya seorang Agus salim. Ibuku pun juga mendapatkan julukan yang teramat hebat, yaitu; 'Suka berbicara, pandai berbicara, dan enak dalam berbicara, namun tidak sekalipun pernah menggurui.' Dan masih banyak lagi, hal-hal hebat dari Ibuku tersebut. Namun sudah 5 tahun belakangan ini, aku tidak bertemu dengannya. Dirinya sedang berada disebuah kota di negara Afrika Selatan, untuk membahas sebuah konflik yang sedang terjadi di negara tersebut. Inilah hal yang membuat diriku ini, menjadi sangat merindukan cerita hebat baru dari dirinya. ( 1 ) ****************************** Suara Author: Teman-teman pembaca, maaf bila cerita saya kali ini akan sedikit serius (Bertopik berat), dan sedikit ngandung kata-k********r didalam ceritanya. Oiya untuk part-part awal sengaja saya buat se-deskripsi ini, tapi pada part 4 selanjutnya kita mulai kisah yang sesungguhnya. Pesan saya untuk kalian; "Ambik yang penting-pentingnya saja, ingat dalam-dalam, dan yang tidak penting lupakan saja, dan buang sejauh-jauhnya." Happy reading, and see you again... @Latifabesaria
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN