Kelvin berjalan menyusuri lorong sepi dengan pikiran yang melayang ke beberapa jam lalu saat bertemu dengan ayahnya. Entah mengapa hatinya masih berdenyut sakit saat kembali mengingat pembicaraanya dengan Sang Ayah. Rasanya dia ingin berteriak dan melompat dari atas apartemen ini guna menghilangkan sesak yang dia rasa.
Untuk sebuah beban yang harus Kelvin terima. Kenapa rasanya begitu berat?
Flashback...
Seperti biasanya, sang ayah memberi kejutan kecil yang menggembirakan untuk Kelvin. Kejutan sederhana yang mampu membuat Kelvin begitu gembira. Apa lagi kalau bukan ayahnya datang ke sekolah guna menjemput dan mengajak Kelvin makan siang bersama.
Mungkin hal itu adalah hal biasa untuk anak lain, tapi itu adalah hal spesial bagi Kelvin yang memiliki keluarga Broken Home. Karena Setelah perceraian kedua orangtuanya, Kelvin dilarang keras oleh Sang Bunda untuk bertemu ayahnya. Entah apa alasan bundanya melakukan hal itu pada Kelvin, Kelvin tidak begitu mengerti. Karena bagi Kelvin ayahnya adalah ayah terbaik. Dia tidak pernah meyakiti Kelvin dan begitu memanjakan Kelvin. Tidak seperti pria itu memperlakukan Bian dengan buruk, jadi bukankah seharusnya tidak ada masalah. Karena walau bagaimanapun Kelvin tetap lah anak Rangga. Dan darah Rangga mengalir di dalam tubuh Kelvin.
Kemudian sebulan yang lalu, lebih tepatnya saat ulang tahun Kelvin yang ke 17 tahun. Untuk kali pertamanya setelah perceraian dan menghilang, Rangga menghubungi putra kesayanganya dan mengajak Kelvin bertemua.
Betapa senangnya Kelvin saat itu. Dan hingga kini, Kelvin pun masih berhububgan dengan Rangga, berhubungan secara sembunyi-sembunyi tanpa di ketahui Aini dan Bian.
Lalu tadi ayahnya memberi kejutan, menjemput Kelvin di sekolah dan mengajaknya makan siang bersama. Awalnya semua baik-baik saja. Rangga menanyakan bagaimana kegiatan Kelvin di sekolah, lalu Kelvin pun menceritakan semua yang dia lakukan di sekolah termasuk soal tawuran itu.
Rangga tidak marah, dia tak pernah marah pada Kelvin. Karena pria itu sangat menyayangi Kelvin. Setiap kali Kelvin berbuat nakal pria itu akan menasehati Kelvin secara lembut. Karena itu, Kelvin selalu jujur pada Rangga tentang apapun kenakalan yang telah dia lakukan. Andai saja yang mengatakan hal itu adalah Bian, pasti Bian langsung di hajar habis-habisa oleh Rangga. Hingga Rangga pun mulai mengungkit tentang perceraiannya dengan Sang Bunda yang membuat Kelvin kembali merasa hancur.
"Ayah tau ini sulit tapi apa kamu tidak bisa tinggal dengan ayah? Ayah sangt ingin tinggal dengan kamu." Ucap Rangga penuh harapan, namun Kelvin hanya tertunduk dalam. Anak itu bingung tentang apa yang harus dia pilih. Dia sangat ingin tinggal dengan ayahnya. Namun Sang Bunda pasti tidak akan menyetujui hal itu dan lagi Bian.. Kejadian setahun yang lalu masih membuat trauma bagi Kelvin. Jadi dia tak mungkin bisa meninggalkan adiknya begitu saja.
"Maaf.. Aku gak bisa Ayah... Bian..." Kelvin menghentikan kalimatnya. Lidahnya tiba-tiba terasa keluh saat ingin melanjutkan kalimatnya.
Sedangkan Rangga yang mendengar nama anak yang telah menghancurkan kelurganya di sebut pun mulai emosi. Pria itu mengepalkan tangannya erat dan menghela nafas kasar.
"Bian.. Bian..dan Bian... Kenapa selalu anak sialan itu?" Tanya Rangga kesal. Rangga benar-benar tak bisa menahan emosi bila sudah berhubungan dengan Bian.
"Aku gak bisa, Yah.. Aku gak bisa ninggalin Bian. Aku tau ayah benci banget sama Bian, karena penyebab ayah bercerai sama bunda adalah Bian, tapi walau bagaimana pun Bian adalah adik aku, aku..."
"Dia bukan adik kamu.. "
"Maksud ayah?" Meski Kelvin tau maksud ayahnya namun dia tetap bertanya. Karena kenyataan pahit yang dia ketahui itu bukan dari mulut kedua orangtuanya langsung.
"Kalau ayah mengatakan yang sebenarnya apa kamu akan percaya.. Karena samapi kapan pun ayah tak akan mau mengakui dia sebagai anak ayah." Jedah sesaat, "kamu yang paling tau ayah seperti apa, ayah masih mencintai ibu kamu dan ayah tak ingin bercerai." Rangga mengusap wajahnya dengan kedua telapak tanganya. Sedikit merasa bersalah karena telah mengatakan yang tak seharusnnya dia katakan. Kemudian Rangga pun kembali menegakkan tubuhnya dengan mata yang menatap lekat pada Kelvin. "Ayah benar-benar ingin kamu tingga dengan ayah. Karena sebentar lagi ayah akan pindah ke Inggris."
flashback selesai
Brak!!
Kelvin menendang tong sampah yang berada tidak jauh dari kakinya kemudian mengacak rambutnya kasar. Saat ini anak itu betul-betul membutuhkan pelampiasan guna mengenyahkan gejolak emosi di dalam hatinya.
Sebenarnya Kelvin sudah mengetahui kenyataan itu sejak awal, sebelum kedua orangtuanya bercerai. Sebuah rahasia yang ada dalam keluarganya yang sangat dijaga baik oleh kedua orangtuanya. karena itu, setelah bundanya dan ayah nya bercerai Kelvin sngat marah pada Bian. Dia terus menyudutkan Bian, dia langsung memperlakukan Bian dengan buruk. Memaki Bian setiap hari, bahkan tak jarang Kelvin memukul Bian. Padahal saat itu Bian tidak tau apa-apa. Hingga malam itu Bian pun melakukan tindakan bodoh dengan melakukan percobaan bunuh diri. Sebuah tindakan yang mampu membuat Kelvin tersadar bahwa apa yang telah dia lakukan itu salah. Bahwa walau bagaimana pun Bian tetaplah adiknya, adik yang selalu ingin dia lindungi. Terlebih lagi perasaan bersalah itu semakin menghancurka setelah melihat begitu depresinya Bian saat dia terbangun dari koma.
Anak itu tampak begitu menyedihkan. Dia terus menangis sepanjang hari dan meminta maaf pada bunda juga Kelvin. Bahkan setelah dia keluar dari rumah sakit pun dia berubah menjadi anak yang begitu pendiam. Wajahnya terus murung tanpa mau tersenyum sama sekali. Dan yang lebih menyakitkan lagi setelah keluar dari rumah sakit, Bian hanya mengurung diri di dalam kamar tanpa mau ke luar sedikitpun. Bahkan saat Kelvin mengajaknya bicara, seperti ketakutan, bian tak mau menatap wajah Kelvin. Terkadang Kelvin juga menemukan bian menangis sedirian di balkon kamar.
Hal itu terus berlangsung selama sebulan, dan setelah kejadian itu Bian pun berubah. Berubah menjadi seperti seseorang yang sedang mengenakan topeng. Dia tersenyum tapi tidak benar-benar tetsenyum, dia tertawa tapi tidak benar-benar tertawa, Dan dia tak pernah berkata jujur atas kesakitan yang sedang dia rasakan. Dia terus mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja dan berusaha membuat orang lain tidak kawatir.
******
Krek!
Kelvin membuka pintu rumahnya secara hati-hati, dan kegelapan pun menjadi pemandangan utama ruang tamu rumahnya. Karena benar saja, malam ini Sang Bunda tak ada di rumah. Jadi tak ada yang datang untuk menyambut Kelvin atau mengomeli Kelvin saat anak itu datang terlalu malam.
Untuk sejenak, Kelvin melirik jam tanganya yang sudah menunjukan pukul 9 malam, lalu melirik plastik berisi bubur yang tadi dia beli di depan. Dia sangsi kalau adiknya masih terjaga. Karena biasanya kalau Bian sakit, anak itu akan tidur seharian. Tapi setidaknya Kelvin sudah memiliki persiapan kalau-kalau adiknya bangun nanti malam dan merasa lapar.
Setelah tadi Kelvin berdebat dengan hati dan fikiranya akirnya anak itu pun memutuskan untuk tidak menginap di rumah Rangga. Padahal kalau di pikir, saat ini adalah kesempatan bagus untuk bisa menghabiskan waktunya dengan Sang Ayah. Karena setidaknya tak ada Sang Bunda yang akan mencurigainya karena dia tidak pulang. Tapi tiba-tiba tadi hatinya menjadi ragu saat Kelvin mengingat chat dari Raka yang memberitau bahwa Bian terkena demam dan terus muntah-muntah di rumah. Dan akhirnya Kelvin pun memutuskan untuk mengikuti kata hatinya yang menyuruhnya untuk pulang.
Helayan nafas berat Kelvin keluarkan saat mendapati pintu balkon kamar Bian terbuka. Bian tak ada di dalam kamarnya, pasti saat ini anak itu sedang tidur di balkon. Dan benar saja, Kelvin pun menemukan sosok Bian yang berbalut selimut tebal, yang sedang meringkuk di atas kursi panjang di balkon kamar.
Dengan wajah pucat dan bulir-bulir keringat yang membasahi keningnya anak itu terlihat begitu sakit. Tapi kenapa dia begitu bodoh nekat tidur di luar dengan keadaan seperti itu. Benar-benar anak yang bodoh.
Kelvin berjalan mendekati adiknya lalu duduk di samping adiknya. Untuk sejenak dia memandangi wajah adiknya. seulas senyum sendu pun terhias di bibir Kelvin. Ini lah hal yang selalu membuat kelvin tak pernah bisa meninggalkan Bian. Kepolosan Bian, kebodohan Bian dan kebaikan hatinya itulah yang selalu membuat Kelvin selalu ingin melindungi adik kecilnya. Meski terkadang Kelvin marah dan merasa kesal pada Bian, tapi karena tiga sifat adiknya tadi Kelvin tak mampu membenci bian yang telah membuat bunda dan ayahnya bercerai.
"Dek.. Bangun dulu kita pindah ke dalem, yuk.. "Ucap Kelvin lembut sembari menggoyang-goyangkan pelan tangan Bian, namun tak ada respon dari bian. Anak itu masih tertidur tanpa terlihat terusuk sedikit pun. "Dek.. "Kelvin mulai bersuara lagi. Tapi karena masih tidak ada respon dari adiknya dia pun memutuskan untuk tidak membangunkan adiknya.
Demam Bian tinggi, dapat Kelvin rasakan saat dia menyentuh lengan adiknya. Jadi langsung menggendong adiknya ke dalam kamar mungkin adalah cara terbaik tanpa membangunkannya.
Dengan gerakan lembut dan hati-hati kelvin mengubah posisi adiknya yang semula tidur menjadi duduk. Kemudian dengan satu tangan Bian yang masih digenggam, Kelvin pun berjongkok di hadapan Bian lalu menumpukan tubuh Bian dengan punggungnya. Setelah Kelvin merasa sudah aman dia pun dengan perlahan bangkit dari posisinya jongkok.
Tubuh Bian memang lebih kurus dari tubuh Kelvin. Jadi Kelvin tak begitu kesulitan mengangkat tubuh adiknya. Mungkin juga hal itu disebapkan karena Kelvin sering sakit-sakitan dari kecil. Itu yang membuat tubuh Bian tak seberisi tubuh Kelvin.
Kelvin mulai melangkah kan kakinya berjalan menujuh tempat tidur Bian. Namun baru lima langkah gerakan kaki Kelvin terhenti saat dia merasakan bahu yang menjadi tumpuan kepala Bian terasa basah.
"Ma..af.. "Sebuah kata yang lolos dari mulut Bian berhasil meremukan hati Kelvin. Meski Kelvin tau kalau Bian sedang mengigau. Tapi tetap saja hal itu terasa menyakitkan. Terlebih lagi anak itu samapi menangis dalam tidurnya. Kelvin jadi merasa semakin bersalah. Hal ini pasti terjadi karena Kelvin terlalu keras pada Bian.
Kelvin memutar bola matanya. Perih, matanya terasa perih. Tapi sebisa mungkin dia menahan kristal bening yang ingin lolos dari matanya. Kemudian setelah selesai menghirup dan menghembuskan nafas guna menghilangkan rasa sesak di dadanya, cowo itu pun kembali melangkah kan kakinya menujuh tempat tidur Bian dan menidurkan Bian di ranjang empuknya.
Untuk sejenak, Kelvin kembali terpaku memandangi wajah bian. Air mata itu masih terus mengalir dari sudut mata bian. Membuat perasaan bersalah itu tak juga hilang.
Kenapa jadi seperti ini? kelvin benar-benar tak berniat membuat Bian menjadi seperti ini.
Kelvin menghapus air mata yang mengalir dari sudut mata adiknya, mengelus sekilas rambut adiknya lalu menyelimuti tubuh Bian dengan selimut yang lebih tebal dari yang tadi Bian pakai.
Saat ini Bukanlah waktu yang tepat untuk menyesali apa yang telah Kelvin lakukan. Yang harus Kelvin lakukan saat ini adalah menurunkan demam Bian. Karena tadi dalam chat-nya, Raka mengatakan bahwa dia sudah memberi Bian obat, namun demam Bian tak kunjung turun. Kelvin takut kalau demam adiknya tidak juga turun, adiknya itu akan drop lagi seperti sebulan yang lalu dan harus melakukan perawatan di rumah sakit.
Hari itu Bian memaksakan diri masuk sekolah. Badannya masih demam, wajahnya tampak begitu pucat, dia masih sangat sakit namun dia terus merengek pada Aini untuk di izinkan masuk sekolah. Awalnya Aini tidak setujuh, namun setelah melihat wajah sedih Bian, aini pun menjadi luluh dan tak tega yang kemudian mengizinkan Bian pergi ke sekolah. Namun dengan sebuah syarat bahwa Bian tak di izinkan mengikuti pelajaran olahraga serta mengikuti upacara bendera.
Tapi karena sifat Bian yang batu. Saat di sekolah, hari itu dia melanggar janjinya dengan sang bunda. Dia memaksakan diri mengikuti upacara bendera dan mengikuti pelajaran olahraga. Padahal Kelvin sudah melarangnya. Tapi Bian terus mengaku bahwa dirinya baik-baik saja.
Hingga setelah pelajaran olah raga selesai. Lebih tepatnya saat jam istirahat berlangsung. Ketika Bian, Kelvin, Ozil, dan Bagas sedang makan di kantin. Tiba-tiba Bian mengeluh bahwa dadanya sakit dan sulit bernafas. Saat itu Kelvin pun langsung mengajak Bian ke UKS, saat itu Kelvin masih terlihat tenang. Namun saat Bian berdiri dan tiba-tiba dia mimisan lalu pingsan. Saat itu lah Kevin pun mulai panik. Begitu pula dengan orang-orang yang ada di sekitanya. Dan seperti kerasukan sesuatu Kelvin pun tanpa banyak berfikir langsung menggendong adiknya dan membawa adiknya ke rumah sakit tanpa meminta izin pihak sekolah.
Setelah itu, Bian pun di opname selama 2 minggu di rumah sakit. Entah apa penyakit yang sedang Bian derita, Kelvin tidak tau pasti, karena bundanya tak mau memberi tau Kelvin dan hanya mengatakan Bian itu sakit akibat kelelahan. Namun ada yang janggal di sana, selain saat di rumah sakit Bian di suruh melakukan berbagai macam tes pada tubuhnya, setelah bian keluar dari rumah sakit, fisiknya jadi semakin lemah. Dia jadi mudah lelah, sering minisan, dan demam.
Kelvin bangkit dari duduknya lalu keluar dari kamar Bian dan berjalan menujuh dapur. Dia harus mengompres tubuh Bian supaya demamnya turun.
******