JALAN TERBAIK 4

1366 Kata
#Prisil . . . Kenapa aku mengalami kejadian seperti ini? Baru kali ini aku melakukan kesalahan padahal sebelumnya aku selalu teliti jika mengerjakan sesuatu. Dan lebih parahnya aku membuat Bu Luna marah-marah. Bisa nggak di perpanjang masa kontrakku nanti. "Huuuft...!" Aku menarik nafas berat dan menghembuskannya dengan cepat. Aku memegang kalung berliontin salib yang tersembunyi di balik baju kerjaku dan berdoa .Semoga hariku lebih baik dari yang kemarin. Amin. Aku memulai bekerja seperti biasanya. Membersihkan meja dan lainnya. Yang terakhir aku membenahi dandananku. Kerja di toko di tuntut tidak hanya ramah dan cekatan tapi juga penampilan. Kulirik ke arah Fita. Rekan kerjaku yang hari ini 1 shift sama aku. Fita berkali-kali membenarkan hijabnya. Berusaha menutupi area dadanya. Aku tersenyum ke arahnya saat ia berbalik menatapku. "Hai Sil. Kita 1 shift lagi ya!" Sapanya. "Ia Fit. Kangen sama candaan lo!" Balasku. Fita malah terkekeh. Fita anaknya sedikit usil. Tapi sebenarnya dia kalem. Apalagi di tambah hijabnya yang selalu ia kenakan. "Prisil. Tingkatkan ketelitian kamu ya. Jangan sampai kejadian kemarin terulang kembali!" Pesan Bu Luna lalu masuk ke dalam gudang. "Iya Bu. Pasti!" Jawabku yakin. Fita menoleh ke arahku dengan kening mengkerut. Oke. Sahabatku yang satu ini belum mengerti soal kejadian kemarin. "Ada apa Sil? Apa ada masalah?" Tanyanya setengah berbisik. Aku yang mengelap meja kasirku menghentikan sejenak aktifitasku. Menatap sebentar ke arah Fita lalu kembali melanjutkan mengelap mejaku. Aku diam-diam menghitung seberapa besar uang yang aku keluarkan untuk mengganti uang Pak Alif. Ya kemarin aku melihat namanya. Muhammad Alifi. Seorang CEO dari Perusahaan besar di Surabaya. Jika aku harus mengganti kerugian itu berarti hampir separuh dari gajiku akan hilang. Hampir satu juta lebih total yang harus aku bayarkan. Apa sebulan cukup memegang uang 1juta lima ratus? Ah...aku mendesah. Kenapa hidup ini begitu sulit? "Sil...!" Fita menepuk pelan pundakku membuatku sedikit terlonjak dan menatap ke arahnya. "Eh..i-iya Fit. Ada apa?" Tanyaku gugup. Aku meletakkan lap yang dari tadi ku pegang. "Kamu ada masalah? Kemarin ada apa?" Aku menghela nafas berat sebelum menceritakan kejadian kemarin. "Gitu Fit ceritanya..!" Aku mengakhiri ceritaku dengan nada melas. Sambil sesekali melayani customer yang datang. Hampir setengah jam aku baru bisa menyelesaikan ceritaku. Di karenakan banyaknya pembeli yang datang. "Cakep nggak orangnya?" Hah? Aku langsung menoleh ke arah Fita. "Apaan sih lo. Gue lagi pusing malahan di bikin pusing!" Elakku. Aku tak menyangkal soal kadar ketampanannya. Dia bisa di bilang cakepnya kebangetan kalau anak alay bilang. Makhluk itu benar-benar sempurna. Aku tersenyum mengingat wajahnya yang di hiasi dengan alis hitam tebal dan bulu mata lentiknya. "Hayooo...lagi mikirin dia kan?" Goda Fita lagi. Aku tersenyum kikuk lalu menggaruk tengkukku. "Tuh mukanya sampe merah gitu!" Aku langsung mendelik ke arahnya. Kuraba wajahku yang terasa panas. Apa aku blushing? Apa benar aku menyukainya? Tapi kan aku belum mengenal orangnya. "Kayaknya kamu suka ya sama dia...!" Pertanyaan Fita membuatku menggeleng dengan cepat. "Enggaklah Fit. Lagian kayaknya dia udah menikah...!" "Kok jadi bawa-bawa pernikahan? Jadi kamu berharap bisa nikah sama dia ya...!" Ejekan Fita malah membuatku salah tingkah. Ya Tuhan aku ini kenapa? Masa bisa suka sama seseorang yang belum aku kenal? Yaa walaupun aku sering melihatnya belanja kesini. "Andai saja aku tau orangnya...jadi penasaran aku siapa sih yang bisa bikin sahabat aku jadi salting gini..!" "Lo pernah liat orangnya kok!" Selaku. Mendadak Fita mendelikkan matanya ke arahku. "Ya Allah beneran Sil? Aku udah pernah liat? Yang mana sih? Kayak apa sih orangnya? Mirip JB gak?" Aku tertawa kecil mendengar celotehan Fita. "Kok lo yang kepo sih?" "Hehehe...cuman pengen tau aja sih. Lagian aku nggak bakalan nikung kamu kok. Tenang aja!" Goda Fita sambil menaikkan alisnya sebelah. "Apaan sih!" Ucapku sambil menyenggol bahunya pelan. "Sil..aku duluan ya!" Pamit Fita saat akan pulang. Setiap harinya dia pulang pergi kerja dengan membawa sepeda motor maticnya. Sementara aku kadang naik sepeda mini kadang juga jalan kaki. Jarak toko dan rumah tak seberapa jauh. Kali ini aku memilih mengayuh sepeda miniku. Jam 5 sore aku baru pulang. Aku mengayuh pelan sepedaku melewati jalanan yang tak seberapa besar. Hanya bisa di lewati 1 mobil saja. Aku tinggal dengan Papiku. Sementara Mamiku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. "Aku pulang!" Kataku sambil memarkir sepedaku di teras rumah. Keadaan rumah sepi. Biasanya jam segini Papi masih ada di tokonya. Papi memilih usaha dagang sendiri di rumah. Kecil-kecilan dan hasilnya lumayan untuk makan kami berdua. "Sudah pulang kamu Sil?" Suara Papi terdengar saat aku masuk ke dalam toko. Letaknya bersebalahan dengan rumahku. "Iya Pi!" Sahutku lalu merangkul Papi dari belakang. "Papi istirahat aja ya. Biar Prisil yang jaga toko!" "Kamu bersih-bersih dulu sana. Papi masih mau di sini. Kamu kan capek. Harusnya langsung istirahat!" Jelas Papi. Aku melepaskan tanganku dari leher Papi. "Papi udah minum obat?" Papi mengangguk pelan. Aku tersenyum mendengarnya. Sudah 2tahun ini Papi menderita diabetes. Kadar gulanya sangat tinggi dan setiap bulan harus kontrol ke Dokter. Bagiku tak masalah asalkan Papi bisa sembuh dan sehat seperti dulu lagi. Selesai mandi dan beristirahat sebentar aku menyuruh Papi untuk istirahat. Aku yang akan menggantikannya menjaga toko. Aku duduk termangu. Memikirkan masalah yang menimpaku kemarin. Gajian bulan ini kalau aku harus mengganti uang Pak Alif. Aku tidak akan bisa membawa Papi ke Dokter. Kalaupun bisa itu artinya aku harus makan nasi dan krupuk selama sebulan. Apa aku cicil saja ya? Aku mengambil kartu nama Pak Alif yang ada di kantong celanaku. Aku menyalin nomernya ke dalam hpku dan memulai menulis pesan. Kira-kira dia setuju tidak ya dengan rencanaku? Ah..biarlah. Aku coba dulu. Sepertinya dia orang baik. To : Pak Alif Malem Pak. Maaf mengganggu waktunya sebentar. Sepertinya saya perlu bertemu dengan Anda. Kira2 kapam Bapak ada waktu? Prisil. Ku tekan tombol send. Aku mendesah pelan. Jam segini biasanya belum tidur. Masih jam 7 malam. Sesekali aku melirik ke arah hpku yang tampak tenang. Tak ada tanda-tanda sebuah pesan ataupun panggilan masuk. Apa aku mengganggunya? Jangan-jangan dia lagi di kamar sama istrinya? Atau mungkin istrinya membaca pesanku? Tubuhku sedikit terlonjak saat hpku berdering dan nama Pak Alif tertera di layar hpku. Aku ragu menjawabnya. Dia Pak Alif atau istrinya? Jangan-jangan itu istrinya. Istrinya marah-marah ke aku dan... Aaaaargh! Aku menggelengkan kepalaku berkali-kali. Baru saja aku mau menekan tombol hijau tapi panggilan sudah berakhir. Yaaah...aku terlambat. Terlalu banyak mikir. Terlalu takut. Sesaat aku terdiam dan hpku kembali menyala. Ada sebuah pesan masuk. From : Pak Alif Prisil kasir ya? Kenapa telpon saya tidak di angkat? Prisil kasir? Jadi dia ingat sama aku? Senyumku mengembang tapi langsung sirna. Gimana nggak ingat? Aku kan punya kesalahan sama dia? Bodoh kamu Prisil. Aku menoyor kepalaku sendiri. To : Pak Alif Maaf..ini benran Pak Alif kan? Atau istrinya? Maaf saya tidak bermaksud mengganggu. Aku kirim dan beberapa detik kemudian hpku kembali berdering. Aku melongo menatapnya. Pak Alif atau istrinya? Oke. Aku harus bisa. Ini resiko karena sudah menganggu suami orang. Tapi sumpah aku sama sekali tak ada niatan merusak rumah tangga orang. Perlahan aku menekan tombol hijau hpku dan menyapanya. "Ha-halo...!" "Prisil ya?" Tanya seseorang dari seberang sana. Oh syukurlah. Aku menghembuskan nafasku dengan cepat. Suara Pak Alif. "Iya saya Pak. Maaf saya mengganggu--!" "Enggak. Soal sms kamu tadi. Memangnya ada apa? Apa ada hal penting?" Aku berpikir sejenak sebelum mengutarakan maksudku. "Em..maaf Pak Alif kalo saya tidak sopan. Saya ingin membicarakan soal masalah kemarin. Kalau Pak Alif tidak keberatan saya bermaksud....saya ingin bertemu dengan Anda!" Jelasku. Pak Alif terdengar tertawa. Memangnya apa ada yang lucu? Aku mati-matian mengatakan hal ini tapi malah di tertawakan? "Ooh Bisa. Kamu langsung datang aja ke kantor. Saya stay jam 9 sampe jam 4 sore!" Lega akhirnya aku bisa mengajaknya ketemuan. "Oke Pak. Tapi apa istri Anda tidak marah kalau saya ke kantor Bapak?" Aku sedikit cemas makanya aku menanyakan hal ini. Tapi lagi-lagi Pak Alif tertawa. Bahkan cukup keras dan agak lama. "Kamu ini ada-ada aja!" Aku mengernyit heran mendengar jawabannya. Oke. Mungkin istrinya Pak Alif orang yang sangat baik dan cantik. "Kamu sms dulu ya kalau mau datang!" "Iya Pak. Besok pagi saya datang. Kebetulan saya masuk siang!" "Oke saya tunggu!" "Terima kasih Pak. Selamat malam!" "Iya malem Prisil..!" Aku menutup sambungan telpon. Rasanya ada yang sedikit aneh saat dia menyebut namaku. Damai. Tapi aku segera menepis perasaan itu. Bagaimanapun juga Pak Alif sudah beristri dan aku tidak mungkin menjadi perusak rumah tangga orang lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN