10. Masa lalu Daisy 2

2119 Kata
Author PoV “Mama!!!” Daisy mendekati tubuh mamanya. “Ma, bangun—ini Daisy.” Mama Seruni dengan mata sedikit terpejam, mengusap lembut pipi putri semata wayangnya yang sudah dipenuhi air mata. “Daisy ... jaga dirimu baik-baik ya, Nak. Pergi dari kehidupan Baron. Mama ... sayang kamu.” Itulah ucapan terakhir dari Mama Seruni sebelum ia menutup mata. Ambulans datang, lalu Mama dibawa ke rumah sakit. Namun, itu terlambat sesampainya di sana beliau dinyatakan meninggal. Daisy merasa dunianya telah hancur. Siapa lagi yang akan bersamanya dan menyayanginya di tengah masa-masa sulit seperti sekarang ini. Tangisan Daisy bahkan tidak bisa berhenti melihat dan merasakan tubuh sang mama sudah mulai mendingin. Mengapa mamanya menyelamatkan dirinya kalau akhirnya dia harus ditinggalkan untuk selamanya? Susah untuk Daisy menerima ini semua. Setelah Mama Seruni dimakamkan, Daisy tahu pengawal Baron selalu mengikuti ke mana pun dia pergi. Mereka selalu mencegahnya jika ingin mengunjungi Pengacara Ibram. Laptop dan ponselnya yang ada di dalam tas waktu itu, dihancurkan oleh Baron padahal di sana ada rekaman dan juga nomor ponsel pengacara Ibram. Daisy sekarang fokus mengurus papanya, dia tidak mau kehilangan orang yang menyayanginya lagi. Namun, itu juga tidak berlangsung lama, kondisi Papa Chandra mengalami penurunan dan akhirnya menutup mata untuk selamanya. Sebelum Papa Chandra meninggal, beliau sempat tersadar sebentar, lalu meminta maaf kepada Daisy karena tidak bisa melindungi putrinya itu. Daisy merasa tidak ada gunanya dia hidup saat ini. Papa dan mamanya telah tiada dan ini berawal dari kesalahannya mencintai lelaki busuk seperti Baron. Rasanya Daisy ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Namun, jika begitu, dia juga akan membunuh janin dalam kandungannya. Ya, Daisy memang sedang hamil. Sebelumnya tanpa diketahui pengawal Baron, dia meminta bantuan suster di rumah sakit tempat papanya dirawat untuk memberikannya alat tes kehamilan, saat dia merasa gejala kehamilan mulai muncul kepadanya. Daisy belum sempat memeriksa ke dokter usia kehamilannya. Dia benar-benar tidak mau pengawal Baron sampai tahu dan memberitahu Baron tentang hal ini. Sementara Baron dan keluarganya sendiri sedang berpesta pora mendengar kabar kematian Papa Chandra. Sebentar lagi perusahaan, rumah, dan segala aset Papa Chandra akan menjadi milik mereka. Tugas mereka sekarang hanya satu, menyuruh Daisy untuk menandatangani surat persetujuan dibuat oleh pengacara Baron yaitu Jeffrey, sepupunya sendiri. Di surat itu tentu saja menyatakan kepemilikan aset dari keluarga Chandra akan jatuh ke tangannya karena Papa Chandra berhutang banyak kepada keluarga Ducan. Sebenarnya tidak ada hutang Papa Chandra di sini karena semua adalah rekayasa Baron dan keluarganya. Daisy sudah tahu rencana Baron dan keluarganya. Dia kembali ke rumahnya, tapi diseret oleh pengawal Baron untuk tinggal di rumah Baron. Kalau begini bagaimana dia bisa kabur. Pengawasan di rumah Baron terlalu ketat untuk bisa menyelinap kabur. Namun, Daisy tidak hilang akal, dia berhasil mengecoh para pengawal dan bisa kabur dari sana. Itu juga atas bantuan diam-diam ART di kediaman Baron. Awalnya Daisy ingin pergi ke tempat paman dan bibinya yang ada di Lampung. Memang kerabatnya kebanyakan tinggal di pulau Sumatera. Namun, Daisy teringat ancaman Baron. Jika ada salah satu anggota keluarga Daisy yang menolong maka mereka akan bernasib sama seperti Papa Chandra. Daisy akhirnya memutuskan untuk pergi ke Jogja. Dia memang tidak ada keluarga di sana maka dari itu, tidak ada yang akan curiga dia pergi ke sana. Daisy juga membawa uang tunai berserta perhiasannya untuk bertahan hidup sebelum mendapatkan pekerjaan. “Berengsek!” Baron geram dia sudah tahu Daisy kabur. Baron mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari Daisy. *** Tidak terasa 6 bulan telah berlalu sekarang kehamilan Daisy sudah memasuki 8 bulan. Anaknya diprediksi adalah perempuan dan Daisy sangat senang dia sudah memberi panggilan kepada sang anak yaitu Jasmine. “Jasmine sayang, kamu harus kuat ya, Nak. Ini hari terakhir Mama kerja jadi jangan rewel,” ucap Daisy sambil mengusap perutnya. Dengan kepintarannya Daisy bisa bekerja di sebuah wedding organizer menjadi salah satu desainer interior pernikahan di sana. Hari ini Daisy akan mengambil cuti melahirkan. Tentu awalnya tidak gampang mendapatkan pekerjaan ini karena dia juga sedang dalam keadaan hamil. Namun, karena Bos di tempat kerjanya sangat baik sehingga dia dapat diterima kerja dan juga banyak para klien yang menyukai desainnya. Semua karyawan di kantor itu mendoakan Daisy agar proses melahirkannya lancar. Daisy amat senang seperti mendapat keluarga baru. Meskipun hidup sendiri, teman kantornya sangat perhatian. Padahal baru sekitar 5 bulan mereka saling mengenal. Namun, kebahagiaan Daisy yang menunggu kelahiran Jasmine harus sirna. Ketika suatu malam ada yang menggedor pintu kontrakannya. Daisy sudah tahu bahwa itu anak buah Baron, dia berusaha tidak membukanya. Lalu, ia berusaha menghubungi polisi, tapi ... Pintu didobrak, beberapa pria berbadan kekar menyeret Daisy dan mereka pun membawa wanita hamil itu pergi. *** Daisy membuka matanya, merasakan siraman air di wajahnya. “Wow! Siapa ini? Daisy Azkia istriku tercinta yang ternyata sedang hamil.” Itulah ucapan pertama dari Baron yang melihat Daisy membuka matanya. Satu tamparan dilayangkan Baron kepada Daisy. “Beraninya kamu kabur Daisy!!!” “Cih, dasar laki-laki berengsek! Lepaskan aku!” Daisy mencoba memberontak. Namun, jelas tidak akan berhasil karena sekarang tangan, badan, dan kakinya di rantai. “Saya akan lepaskan kamu, tapi tandatangani semua dokumen ini dan beritahu di mana sertifikat rumah dan perusahaan ayah kamu?!” “Aku tidak mau!” ­­­­ “Oh, jadi kamu tidak mau. Baiklah, tapi jangan harap anakmu bisa selamat. Tendang perutnya!!!” perintah Baron pada para pengawalnya. Pengawal Baron pun terdiam karena berpikir bukankah itu anak sang bos. “Kenapa diam?! Tendang perut wanita itu!” Para pengawal pun akhirnya mendekati Daisy dan wanita itu mulai panik. Dia tidak mau anaknya kenapa-kenapa. “Kamu tega! Ini anak kamu juga!” “Aku tidak peduli!” Sebelum pengawal akan menendang perut Daisy, wanita itu pun bersuara. “Tunggu—oke akan aku tanda tangani dan beri tahu. Namun, setelah ini jangan pernah menggangguku dan anakku. Setelah anak ini lahir kita cerai!” Baron menyuruh pengawalnya untuk mundur. “Deal, ini baru istriku,” ucap Baron sambil menyeringai. Setelah selesai menandatangani semua berkas. Mereka pergi ke rumah keluarga Chandra. Memang Daisy telah dibawa langsung ke Jakarta saat kemarin diculik oleh pengawal Baron. Sertifikat rumah dan juga perusahaan ternyata ada di kamar Daisy. Setelah sampai di kamarnya Daisy meminta pengawal Baron untuk memindahkan tempat tidur, semua sertifikat ada di bawah tempat tidur Daisy tepatnya di dalam sebuah kotak yang tersimpan di sana. Pantas saja Baron dan pengawalnya tidak bisa menemukan itu setelah 6 bulan mencari. Daisy masih berada di dalam kamarnya, sedangkan Baron dan pengawalnya sudah meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba perut Daisy terasa sakit. Tidak mungkin dia akan melahirkan, usia kandungannya baru menginjak 33 minggu. Apa ini karena stres? Dia harus turun ke bawah dan meminta bantuan, pikirnya. “Tunggu!” Daisy memanggil Baron dan pengawal pria itu untuk menunggunya. Namun, saat dia menuruni tangga, mengapa terasa lantai tangga sangat licin. Daisy dengan perutnya yang sakit kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh. “Tolong ...,” lirih Daisy yang sudah tergeletak di lantai bawah. Wanita itu, memegangi perutnya berusaha meminta tolong kepada Baron dan pengawalnya yang masih berada di sana. Namun, Baron memilih terus berjalan menuju pintu luar bersama para pengawalnya. Sebenarnya para pengawal merasa kasihan kepada nyonyanya itu, tetapi mereka tidak bisa melawan perintah sang bos. Baronlah yang menyuruh pengawalnya untuk mengolesi minyak di lantai tangga agar Daisy terjatuh dan keguguran setelahnya. Baron tidak mau jika anaknya kelak menuntut dan meminta pertanggung jawabannya. “Baron ... tolong ... ini anak kamu juga ...,” lirih Daisy di tengah kesakitannya. Bahkan, darah sudah merembes dan mengalir di kakinya. Baron berhenti karena mendengar ucapan lirih dari Daisy. Namun, hanya sebentar, dia tidak akan mengubah keputusannya. “Bos, apa tidak sebaiknya kita membawa Nyonya Daisy ke rumah sakit?” tanya salah satu pengawal yang memberanikan diri karena melihat Daisy yang merintih kesakitan. “Berani kamu menentang saya!” bentak Baron. “Tidak, Bos. Maaf.” “Ya sudah cepat semua pergi dari sini!” Kemudian Baron pun bersama anak buahnya pergi dari rumah itu meninggalkan Daisy yang kesakitan sendirian hingga akhirnya tak sadarkan diri. *** Daisy membuka matanya perlahan, mencoba mengatur pencahayaan. Ketika sudah jelas, dia melihat sekeliling sepertinya dia berada di rumah sakit. Daisy memegang perutnya. “Jasmine ...,” lirihnya setelah mendapati perutnya sudah tak besar lagi. Daisy terus melihat ke sekelilingnya tidak ada orang di ruangannya. Dia berusaha menggapai lalu menekan tombol pemanggil dokter dan suster. Dokter dan suster pun masuk ke ruangan itu. “Dokter, Suster, putri saya mana?” tanya Daisy. “Mohon maaf Nyonya Daisy, putri Anda tidak selamat,” ungkap Dokter penuh sesal. “Tidak mungkin! Putri saya itu sehat dan kuat. Dokter jangan bercanda! Tolong katakan di mana putri saya?!” bentak Daisy, tapi air matanya sudah menggenang. “Maaf sekali lagi Nyonya, tapi Nyonya mengalami pendarahan hebat dan terlambat dibawa ke rumah sakit, sehingga janin tidak bisa diselamatkan,” jelas Dokter. “Tidak, Dok! Jasmine pasti masih hidup. Saya sangat menantikan kelahirannya ....” Tangisan pilu Daisy tidak dapat tertahankan. Jasmine adalah semangat hidupnya selama delapan bulan ini. Jika Jasmine tidak ada, bagaimana dia bisa menjalani hidup? *** Ternyata yang membawa Daisy ke rumah sakit adalah Bi Mirna dan Pak Surya, ART dan tukang kebun di rumah Daisy. Mereka memang sering memeriksa keadaan rumah Daisy, walau sudah lama tidak ditempati. Tentu hari itu mereka kaget mendapati Daisy yang sedang hamil besar tergeletak di bawah tangga dengan darah yang sudah mulai mengering. Mereka buru-buru membawa Daisy ke rumah sakit. Mereka juga yang menguburkan Jasmine saat Daisy tidak sadarkan diri selama tiga hari. Begitulah yang Daisy ketahui. Daisy mengunjungi makam sang putri. Hari ini dia akan meninggalkan Jakarta. Wanita itu memutuskan akan kembali ke Jogja setelah dua bulan terpuruk. Dia juga sudah bercerai dengan Baron. Rasanya Daisy ingin sekali balas dendam pada Baron. Namun, sekarang dia tidak punya apa-apa. Dia bertekad untuk memulai lagi kehidupan barunya di Jogja. Sesampainya di Jogja, tepatnya di kontrakannya, Daisy kembali menangis, melihat barang-barang yang sudah ia persiapkan untuk kelahiran putri kecilnya. Namun, harapan melihat dan memeluk bayi mungil itu harus kandas. Mengapa dia diberikan cobaan yang bertubi-tubi seperti ini? Mama, Papa, dan putri kecil yang sangat ia nantikan, semua meninggalkannya. Daisy kembali bekerja setelahnya. Teman-temannya di kantor turut prihatin pada kondisi Daisy. Beberapa dari mereka juga tahu perjuangan hidup Daisy yang tidak mudah. Mereka bahkan membuat acara makan kecil-kecilan untuk Daisy agar tidak terus dirundung kesedihan. Daisy sangat bersyukur memiliki teman kantor yang baik seperti mereka. Dia mulai melupakan kesedihannya dan membuka lembaran baru hidupnya. Ternyata kebahagiaan Daisy yang memulai lagi hidup di Jogja tidak berlangsung lama. Dia dituduh sebagai selingkuhan bosnya oleh istri bosnya sendiri. Padahal dia sama sekali tidak mendekati bosnya. Daisy tahu bosnya memberi perhatian kepadanya karena bersimpati dengan kisah hidupnya. Daisy tidak melihat ada yang berlebihan di sini. Namun, dia dituduh dan dipecat secara tidak hormat. Di akhir bosnya sempat meminta maaf kepadanya, terpaksa memecatnya karena tidak ingin sang istri menjadi semakin marah. Tidak sampai di situ, Daisy juga mendapat rumor jelek di lingkungan rumahnya. Dituduh sebagai perempuan yang suka merayu suami orang. Setelah Daisy selidiki rumor itu juga dibuat oleh istri bosnya. Wanita itu menyuruh orang untuk menyebarkan rumor di lingkungan rumahnya. Benar-benar keterlaluan! Padahal Daisy tidak pernah berhubungan lagi dengan bos maupun teman se-kantornya. Semakin lama Daisy tidak tahan menjadi seperti orang yang dipandang menjijikkan di lingkungan itu. Dia memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta, tentu rumahnya telah dijual oleh Baron. Dia akhirnya pergi mencari kontrakan dan dapatlah kontrakan kecil yang tidak mahal sama sekali. Itu adalah tempat tinggalnya sekarang. Tentu tidak mahal karena daerah itu dipenuhi oleh perempuan yang bekerja di dunia malam. Bagi Daisy tidak apa karena dia juga mau mencoba melamar kerja di klub atas usulan seorang tetangga. Bukan untuk menjadi wanita penghibur, tapi untuk menjadi pelayan. Daisy sudah malas bekerja kantoran yang membuatnya trauma. Namun, hanya beberapa hari bekerja di klub, Daisy sudah tidak betah, apalagi selalu diganggu prià hidung belang. Akhirnya Daisy mengundurkan diri. Daisy yang merasa citra dirinya memang sudah jelek dan karena keahliannya, dia beralih menjadi seorang pencuri. Targetnya adalah pria-pria mabuk di klub malam. Tidak banyak yang ia ambil, hanya jam tangan mahal atau uang tunai. Tentu dia tidak pernah ketahuan sama sekali. Beberapa bulan kemudian Daisy bertemu dengan Reynald, temannya sewaktu SMA. Mereka mengobrol banyak hal. Termasuk Reynald yang bekerja di laboratorium klinik dan hobi menciptakan benda-benda seperti jarum bius kecil yang fungsinya untuk melindungi diri. Ya, awalnya Reynald ingin menguji coba jarum itu dan Daisy yang dari dulu terkenal lincah menawarkan agar dia mencobanya kepada beberapa pengunjung klub. Ternyata pengunjung itu langsung pingsan. Setelah beberapa hari melakukan research, pengunjung yang ditusukkan jarum obat bius tidak akan mengingat kejadian sebelumnya. Daisy membeli jarum-jarum itu, sepertinya dia dapat memanfaatkan itu untuk melancarkan aksinya dalam mencuri. Begitulah semua berlanjut sampai dua tahun kemudian dia bertemu Aster dan Lily. Mereka menjadi komplotan dalam aksi pencurian pria-pria di klub malam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN