Bab 12: Di PHP in dua kali

1042 Kata
Pagi ini keadaan kampus sangat sepi, Nadia yang mendapatkan jam ganti pada hari Sabtu seperti ini tentunya merasa dongkol setengah mati. Bayangkan saja, dirinya yang bersiap untuk bangun sampai siang, harus dikejutkan dengan pengumuman di grup yang sialnya ia arsipkan tadi malam. Beruntung dirinya mahir dalam membawa motor kesayangannya itu, sehingga bisa sampai di kampus tepat waktu. "Mana ibu itu?" Tanya Kemala yang heran melihat keadaan kelas beluk diisi dosen yang meminta jam ganti secara mendadak. Relator atau ketua kelas nya langsung menggeleng pelan. "Udah ku telpon ibu itu tapi gak aktif." "Ciri-ciri mau di PHP in ini mah, kalau sempet gak datang ibu itu awas aja. Coba hubungi lagi." Sembari menunggu udin yang menghubungi dosen, Kemala menghampiri Rizqi yang sedang asyik menonton di sudut ruangan bersama dengan beberapa teman sekelasnya. Karena rasa penasaran nya, dengan cepat Kemala langsung menarik ponsel yang sedari tadi dalam keadaan bisu itu, alhasil ia terkejut setengah mati melihat sebuah film yang terpampang di hadapannya. Film dewasa dengan genre action yang sedang viral, Nadia kemarin akan menonton nya, akan tetapi setelah melihat potongan adegan per adegan, entah kenapa ia langsung mengurungkan niat tersebut. "MASYAALLAH, PANTES DARI TADI DIEM MULU, LAGI NONTON BLUE FILM TERNYATA." Sontak teriakan Kemala mengundang perhatian teman sekelasnya yang lain, terlebih para kaum hawa yang sudah bergidik ngeri melihat bertapa m***m nya para jantan di kelas Meraka, sedangkan Rizqi dan kawan-kawan yang terciduk itu sudah meringis malu, terlebih Rizqi yang memiliki ponsel tersebut. "Nad, jangan gitulah, malu gue ini njir..." Bisik Rizqi namun tidak dihiraukan Nadia. Gadis itu tampak mengotak-atik ponsel milik Rizqi hingga beberapa saat ia kembali memekik kaget. "ASTAGHFIRULLAH... RIZQI INI FILE NYA KOK BLUE FILM SEMUA NJIR..." "Ya Allah bang Iki, gak nyangka loh kami. Kami pikir Abang polos, ternyata bulus." "Bang ini gak nyangka aku, m***m juga Abang yah." Tak tahan mendengar celetukan teman sekelasnya, ia langsung berdiri menatap Nadia dengan kesal. "Itu tandanya aku normal woy, kalau aku gak nonton berarti aku gak normal. Wajarlah kami udah dewasa." Nadia mengangguk mencoba percaya, setelah menghapus semua file film itu, Nadia kembali ke kursinya dengan tenang, tidak menghiraukan Rizqi yang sedang mencak-mencak tidak karuan di belakangnya. Bodo amat, yang penting temannya itu terbebas dari virus film yang merusak otak itu. Siang harinya, Kemala yang sedang emosi karena dosen yang tadinya mereka tunggu selama berjam-jam tanpa merasa bersalah membatalkan kelas begitu saja. Ia yang sangat kesal bahkan tidak mampu menahan emosinya sampai menendang meja dosen sampai meja itu bergeser jauh. "Dosen b*****t emang, dikira waktu gue buat nunggu dia doang, liat aja besok pas jam kuliah dia, lu pada jangan ada yang masuk. Sempat ada yang masuk liat apa yang bakal gue lakuin," ujar Nadia dengan menatap tajam teman sekelasnya yang juga sama-sama sedang gondok. "Anjir emang dosen tua kayak gitu, bagus cepat mati deh akh! Nunggu hampir 3 jam, tiba-tiba nelpon gak bisa datang lagi ada urusan, dikira dia aja yang punya urusan, tau gitu gue ikut emak bapak aja tadi ke rumah saudara. Mayan bisa jumpa sepupu yang glowing." Nadia menyereput teh manis dingin miliknya hingga hampir tandas, kepalanya terasa sangat berasap, jadi segelas es ini tidak mampu memadamkan api yang berkobar di otaknya. "Besok kata dia Jam ganti kan? Senin?" Tanya Nadia memastikan. Udin yang sedang asyik Mabar bersama temannya langsung melirik Nadia dan mengangguk. "Oke, Senin begitu siap pelajaran pak Irham langsung pulang. Kagak ada jam ganti lagi, gue liat dosen pada semena-mena sama mahasiswa. Dikira mahasiswa bakal diem aja kali yah? " "Bener tuh, dah lah yok pulang, atau mau nongkrong dulu?" Usul Rifa yang merupakan bendahara kelas. Nadia menggeleng pelan. "Gue pulang dulu dah, mau tidur dinginkan otak. Mikirkan hari libur gue terganggu karena dosen tua itu bikin darah tinggi dan pengen ngobrak-ngabrik ini kampus." Beberapa teman Nadia terkekeh geli melihat wajah penuh dengan kekesalan gadis itu. Hingga ketika gadis itu menuju motornya ia masih tetap mendengar suara tawa dari teman-teman nya yang memang memeliki selerah humor aneh. Sepanjang jalan pulang, ia sibuk mengumpati dosennya yang tidak punya akhlak lantaran membatalkan begitu saja kelas yang sedari awal ia sendiri yang memintanya. Lihat saja apa yang bakal Nadia lakukan hari Senin nanti, mungkin ia akan trauma masuk ke dalam kelasnya. Segala pemikiran Nadia harus berhenti begitu matanya menatap seorang polisi yang tengah tersenyum ke arahnya dengan sangat manis, sangking manisnya Nadia langsung memalingkan pandangannya enggan melihat manusia jadi-jadian di depan sana. Entah kesialan atau gimana, Nadia merutuki pos polisi yang sejak sebulan lalu berdiri tak jauh dari tempatnya berhenti, ia yang tidak menyukai tilang menilang berulang kali harus memutar otak agar lolos dari kejaran polisi kurang kerjaan ini. "Halo Nadia... Rindu aku gak?" Tanya Sule begitu sampai di hadapan pujaan hatinya ini. Nadia memutar matanya dengan malas, hell! Tanpa bertemu dengan Sule mungkin hidupnya lebih tentram. "Gak boleh gitu matanya sama calon suami, Nad. Dosa besar." "Nyenyenyenye... Bacot bener dah." Sule terkekeh melihat respon Nadia yang sesuai dengan dugaannya. "Biar nanti masuk neraka kalau kayak gitu sama calon suami, neraka itu panas loh." Celetuk Sule dengan tangah yang lincah mencatat BK milik Nadia. Yah, hari ini ia harus menilang pujaannya hatinya ini sebab tidak mengenakan helm dan tentunya tidak membawa SIM apalagi STNK. Kenapa dirinya tahu? Semua itu terlihat dari raut wajah Nadia yang tampak ogah-ogahan ketika ia datang, kalau gadis ini membawa surat-surat dengan lengkap, pasti responnya gak begitu. Dengan pelan Sule mengusap kepala Nadia yang sedang memakai hijab berwarna cream dan tidak mengenakan helm, sontak kegiatan Sule ini mengundang rasa tidak menentu di dalam hati Nadia, gadis itu bahkan sampai terpaku menatap Sule dengan wajah memerah. "Aku gak mau kepala ini sampai terbentur kalau misalnya kamu kenapa-kenapa." Sule menatap Nadia dengan lembut, jujur ucapannya ini dari hari yang paling dalam, ia tidak mau gadis pujaannya mengalami hal yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan misalnya. Karena kita tidak tahu bagaimana nanti kedepannya kan. "Kamu dengerin aku kan, Sayang?" Tanya Sule yang menatap Nadia dalam seolah berharap gadis itu mengiyakan dan menuruti ucapannya, dan sialnya tanpa sadar Nadia mengangguk pelan masih dengan keadaan bersemu malu. Sule sendiri sudah menahan tawa sedari tadi, ternyata gadis ini seperti gadis normal lainnya yang malu-malu jika digombali lawan jenis. "Yang, kamu gak Kesambet kan?" Anjim. Nadia langsung tersadar dan menatap Sule dengan tajam. Ia kenapa PHP in dua kali dalam sehari. b*****t.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN