Rasya tersenyum saat melihat Audy menepati janjinya untuk menjemputnya di tempat janji temu klien. Rasya yang memang sengaja tidak membawa mobil sesuai kesepakatan bersama Audy, langsung masuk ke kursi penumpang di samping kursi supir yang di tempati Audy, sembari mengusap kepala kekasihnya itu. Audy tersenyum tipis, lantas kembali melajukan mobilnya menuju jalan raya.
Sikap diam Audy yang tidak seperti biasanya, membuat Rasya bingung bukan main. Sejak tadi dia berusaha mengajak Audy bercerita, sekedar membahas pertemuannya dengan klien yang tidak lain adalah sahabat ayahnya sendiri, yang ingin mengajak bekerja sama. Rasya menarik tatapannya ke Audy yang sejak tadi, menatap lurus ke jalan di hadapannya, memanggilnya sekali, namun Audy sama sekali tidak menggubrisnya yang membuat Rasya, kaget saat menyadari Audy menyetir dalam keadaan melamun.
“Sayang!” panggil Rasya lebih kuat yang membuat Audy tersadar dari lamunannya. Rasya menatapnya tak percaya. “Kamu ngelamun?”
“Agh, enggak kok,” jawab Audy gugup, mencoba menyembunyikan perasaan kalutnya yang sejak tadi terus saja mengganggu pikirannya. Berita terbaru tentang Jordi yang disampaikan Ameliya, benar-benar membuatnya kehilangan semangat hari ini. Dia tidak menyangka, hukuman Jordi yang seharusnya masih cukup lama, malah sudah bebas dengan sikapnya yang katanya sangat baik di penjara, ditambah dengan jaminan dari orang tuanya. Jordi dinyatakan bebas bersyarat, dengan salah satu syaratnya tidak boleh ke luar negeri. Audy benar-benar tidak habis pikir mendengarnya.
“Tuh kan, ngelamun lagi!” ucap Rasya lagi saat menyadari Audy kembali diam. “Pinggirin dulu deh mobilnya, bahaya kalau kamu kayak gini terus. biar aku aja yang nyetir!”
Audy menurut, dia menepikan mobil, namun enggan ke luar dari mobil untuk bergantian posisi. Rasya yang berniat ke luar, langsung dia cegah dengan menggenggam tangannya. Rasya menatapnya yang kini mencoba menenangkan perasaannya dengan menarik napas panjang, lantas mengembuskannya perlahan.
“Ada apa, Sayang? Kalau ada apa-apa tuh cerita, jangan diam aja kayak gini,” ucap Rasya cemas. Aku gak suka kalau kamu mendam masalah sendirian. Ntar kamu sakit lagi.” Rasya kembali mengusap kepala Audy yang sesaat menarik senyuman di bibirnya. Audy kembali menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan.
“Aku boleh tanya sesuatu?” tanya Audy yang langsung dijawab Rasya dengan anggukan kepala. “Kamu serius sama aku?”
Pertanyaan Audy bukan kali pertama didengar Rasya. Ini bahkan jika dihitung, sudah hampir ratusan kali. Rasya memang tidak menyalahkan Audy yang selalu ragu padanya. Sikapnyalah yang pastinya selalu membuat Audy bingung bukan main. Seharusnya keduanya sudah menikah bertahun-tahun lalu, sesuai keinginan Rasya mau pun Audynya sendiri. Namun ketakutannya akan hidup Audy yang tidak akan bahagia bersamanya, membuat Rasya urung menjalankan niat baiknya itu. Dan Audy, selalu merasa bahwa hubungan yang keduanya jalin, bukan lagi hubungan yang patut diyakini. Hal itulah yang selalu membuat Rasya khawatir, jika Audy beralih ke lelaki lain karena sudah tidak lagi mempercayainya.
“Kamu ragu lagi?” tanya Rasya yang langsung dijawab Audy dengan gelengan kepala serta decakan kesal yang ke luar dari bibirnya.
“Ini bukan soal ragu, Sya, tapi ini soal hubungan kita yang aku sendiri gak ngerti, mau dibawa ke mana?” tanya Audy gemas bukan main melihat sikap Rasya. “Apa sih yang kamu takutkan sebenarnya? Soal uang, kita bisa cari bareng-bareng, bahkan sudah lebih daari cukup. Kalau kamu masih merasa kurang, toh aku bekerja juga di hotel Adit, dan selama kita pacaran, kamu lihat sendiri kan, kalau aku gak pernah sekali pun minta yang aneh-aneh sama kamu. Minta inilah, minta itulah, pernah gak? Enggak, kan?” tanya Audy yang membuat Rasya menundukkan kepala. “Apa kamu ragu menikah denganku?” Rasya langsung menggelengkan kepala cepat. “Kalau iya, ya udah tinggal bilang. Aku mundur!”
“Enggak gitu, Dy,” ucap Rasya yang membuat Audy memukul kemudi mobil. Dia benar-benar tidak bisa lagi menahan gejolak emosinya yang selama ini dia tahankan dalam diam. Audy sungguh-sungguh mencintainya. Kemarahanya kali ini bukan karena cinta itu sudah memudar dalam hatinya. Melainkan karena kabar Jordi yang akan ke luar dari penjara, yang membuat Audy takut jika hatinya akan kembali goyah saat melihatnya hadir. Dan Audy, tidak ingin hal itu sampai terjadi.
“Jadi karena apa?” tanya Audy lagi.
Rasya menunduk. Rahasia besar yang selama ini dia pendam begitu lama, sebenarnya masih belum ingin dia katakan pada Audy. Dia takut jika Audy sampai mengetahui situasi yang sebenarnya, Audy malah meninggalkannya begitu saja karena tak ingin menanggung aib keluarganya yang sampai saat ini, selalu ditutup rapi oleh Rasya mau pun kedua orang tuanya. Audy menarik tatapannya ke Rasya yang masi belum memberikan jawaban. Audy menghela napas panjang.
“Jordi bakalan ke luar dari penjara minggu depan,” ucap Audy sembari menoleh ke jendela. Dia tahu, Rasya pasti akan kaget mendengarnya da menancapkan tatapan ke arahnya. Dan tebakan Audy tepat sasaran. Rasya melakukannya dengan ekspresi tidak percaya.
“Kamu serius?” tanya Rasya yang langsung dijawab Audy dengan anggukan kepala. “Kamu dengar dari mana?” tanya Rasya lagi yang benar-benar tidak percaya, salah satu hal yang dia khawatirkan selama ini, akhirnya terjadi juga.
“Ameliya, dan ternyata Nisa juga sudah tau kabar ini, tapi baik Adit mau pun Dimas sepakat untuk gak ngasih tau kita,” jawab Audy yang masih belum mau menatap Rasya di sampingnya. “Sejujurnya, ini yang aku takutkan selama ini. Aku takut Jordi kembali dan merusak hubungan kita yang belum punya ikatan kuat. Tapi selama ini aku yakin, kamu hanya menganggapku mendesakmu untuk menikah denganku. Padahal sebenarnya itu gak sepenuhnya benar.” Audy meneteskan air mata yang langsung dihapusnya sendirii dengan gerakan kasar. “Aku akui, aku memang ingin menikah denganmu, Sya, tapi aku juga sadar kalau kamu belum siap, dan aku gak ingin memaksamu yang membuatmu malah bosan samaku. Tapi lihat sekarang, salah satu orang yang kita takutkan kembali. Dan kapan saja dia bisa ngerusak hubungan kita dengan mudahnya, Sya. Ini yang kamu inginkan, iya?” tanya Audy lagi yang langsung dijawab Rasya dengan gelengan kepala sembari menundukkan kepala. Audy emnarik napas panjang dan mengembuskannya kasar.
“Udah cukup tiga tahun kita menjalani hubungan ini, Sya, sudah cukup!” lanjut Audy. “lusa adalah ulang tahunku, dan aku mau ngedengar keputusan darimu, apa kita bakalan lanjut, atau berhenti di sini.”
“Kamu mau kita putus?” tanya Rasya kaget.
Audy menggeleng pelan, “Aku hanya terpaksa melakukannya.”
Rasya terdiam sesaat, menatap Audy yang masih belum mau melihatnya, “Baiklah, beri aku dua hari untuk memikirkannya. Aku akan jemput kamu lusa di rumah untuk ngasih kamu jawaban.”
Audy mengangguk tanda setuju, lantas kembali menjalankan mobilnya membelah jalan raya yang tidak terlalu ramai kendaraan. Keduanya saling diam, tak ada pembahasan sama sekali. Audy hanya focus pada jalanan di depannya, sedangkan Rasya, menatap jalanan di luar jendelanya sembari memikirkan sesuatu yang akan dia lakukan, dua hari kemudian.