Rayuan pertama

1333 Kata

Hasil diskusi kami berujung bisu. Ucapanku yang menggebu, tidak ditanggapinya secara serius. Dirgantara hanya menatapku sebentar sebelum akhirnya pergi tanpa berpamitan. Ini sudah lewat dari jam berangkat biasa, wajar kalau ia segera bersiap dengan tergesa. Tapi kenapa hatiku justru tersakiti? Apa aku terlalu jual mahal? Tapi perempuan manapun pasti akan tersinggung jika harga dirinya dibuat runtuh. Walau aku yakin Dirgantara hanyalah tipe pria yang kaku dan tidak pandai berkata-kata. Tapi saking apa adanya, ia punya mulut yang cukup pahit dan tajam. Kutatap berkas pengunduran diri itu bimbang. Aku belum yakin dengan tawaran Dirgantara. Ucapannya serasa sebuah dongeng. Jika semua itu benar-benar terjadi, bukankah aku seperti Upik Abu yang menikahi tuannya? Buktinya, kartu debet yang bahka

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN