Rahasia Dirgantara

1299 Kata

Dirgantara tidur setelah aku selesai menyanyikan lagu yang ketiga. Matanya terpejam begitu rapat hingga bibirnya sedikit membuka. Kadang aku bingung, sebenarnya yang aku lakukan itu semacam terapi atau hiburan belaka? Aku bukan sedang menina bobokan bayi, tapi kok rasanya repot sekali? Setelah lama menatapnya, aku memutuskan untuk keluar. Sebelum tidur, aku harus membersihkan kamar dan meja makan. Besok tidak boleh terlambat barang semenit. Skuter payahku tidak bisa diajak ngebut terlalu lama, maklum kendaraan tua dan merupakan satu-satunya warisan Ayah. Menjelang tengah malam, aku akhirnya bisa naik ke atas tempat tidur. Ruangan itu jauh lebih besar dari kosku. Bahkan terlalu bagus untuk kamar pembantu. Teryata, meski perilakunya menyebalkan, Dirgantara cukup menghargai orang yang beker

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN