Hari yang Kacau

1268 Kata
Letty merasa kesal dan jijik pada dirinya sendiri. Ingin rasanya dia menangis atau justru ingin membunuh lelaki tadi? Entahlah. Perasaannya saat ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Setelah keluar dari apartemen itu, tak henti-hentinya dia mengutuk lelaki yang sudah menyentuhnya semalam. Entah apa yang terjadi, Letty tidak ingat sama sekali dan tidak rela akan kejadian yang menimpanya tadi malam. “Bagaimana bisa hal ini terjadi? Kenal pun tidak! Dasar lelaki kejam!” umpat Letty sepanjang jalan dia menuju tempat tinggalnya dengan jalan kaki. Cukup jauh jalan yang ditempuh, tetapi apa boleh buat karena Letty tidak membawa sepeser uang pun. Bahkan dress yang melekat di tubuhnya adalah pemberian lelaki itu. Letty sangat marah pada dirinya sendiri mengapa bisa terjadi hal buruk semalam dan dia tidak bisa mengingat hal itu. Sesampainya di apartemen kecil milik pemerintah, tempat Letty menyewa dan tinggal di sana, perempuan itu segera masuk ke dalam. Dia kesal dan segera melepaskan dress itu untuk mandi kembali. Di dalam kamar mandi, dia menangis tersedu-sedu. Menangisi kebodohannya yang bisa disentuh lelaki tak dikenal yang kejam itu. Dia merasa kotor dan merasa dijebak. Setelah hatinya cukup lega, dia menyelesaikan mandi dan berganti pakaian. Letty pun tak segan-segan membakar dress pemberian lelaki aneh tadi. Dia berjalan ke arah belakang apartemen dan menuju ke tempat pembuangan sampah. “Siapa pun kamu … apakah kamu pengusaha atau pejabat sekali pun, aku tidak akan mengikhlaskan hal ini! Semoga hidupmu tidak tenang! Dasar lelaki sampah!” umpat Letty sambil membakar dress itu di tempat pembuangan sampah belakang apartemennya. Letty sejak kecil hidup di panti asuhan. Dia berteman dengan Dyenn karena bernasib sama. Dibuang oleh orang tua atau keluarga dan ditemukan oleh kepala panti asuhan. Maka dari itu, Letty mengabdikan diri untuk bekerja dan membantu perekonomian panti asuhan agar banyak anak bisa tertolong di sana. Letty seorang perempuan yang tegar, tangguh, mandiri, dan semangat. Meski dia sering terlibat perkelahian dengan lelaki, Letty tumbuh menjadi perempuan yang percaya diri. Dia tidak terlalu tomboy, tetapi cara bicaranya yang tegas membuat kesan percaya diri yang tinggi. Dyenn menyukai Letty sejak di panti asuhan. Namun tidak berani mengungkapkan. Pertemuan semalam membuat Dyenn senang karena bisa memiliki nomor ponsel Letty. Di tempat lain, Suho kesal karena rencananya gagal. Dia memaki orang suruhannya, bahkan menampar orang itu karena tidak berhasil membuat Hana terlelap. “Dasar tak berguna! Sudah membayar mahal tetapi rencanaku tidak berhasil!” Suho memaki dan emosi. Dia gagal untuk menjatuhkan nama baik Mr. Kim malam itu. “Ma-Maaf Tuan Suho … tapi sungguh saya sudah menuangkan obat tidur dalam wine yang dibawa Nona Hana. Namun entah kenapa dia tidak pingsan atau tertidur. Saya mengikuti Nona Hana ke taman. Ternyata dia menemui asisten Tuan Kim. Apakah tidak mencurigakan?” Pesuruh Tuan Suho itu memberi informasi agar tidak kena marah lagi. Tuan Suho bukan orang yang ramah. Ketika marah, lelaki itu tidak segan-segan memukul orang lain. Kekayaan yang dia punya dipakai untuk seenak dirinya. Sebenarnya Tuan Suho memiliki seorang adik perempuan, tetapi menghilang saat usia dua tahun diculik penjahat dan belum ditemukan hingga saat ini. Tuan Suho dan kedua orang tuanya hingga menyerah dan menganggap anak perempuannya itu sudah meninggal. Sejak itu, orang tua Suho menjadi pemurung dan pendiam. Merasa tertekan dan gagal melindungi anaknya. Bahkan sampai orang-orang di Korea Selatan mengetahui sayembara bagi siapa yang menemukan putri dari keluarga Huong akan mendapatkan sejumlah uang, tetap saja tidak ketemu. “Oh, benarkah? Menarik. Mungkin ada skandal antara Nona Hana dengan asisten Mr. Kim. Informasi yang bagus, aku akan mengamati mereka. Sekarang tugasmu adalah mencari tahu ke mana Mr. Kim tadi malam dan bersama siapa dia!” Perintah dari Tuan Suho tidak bisa ditolak. Pesuruhnya hanya bisa mengangguk tanda mengerti dan segera melaksanakan. Sementara itu, Letty mendapatkan makian dari bosnya karena kejadian tadi malam. “Letty kemana kamu tadi malam? Kerjamu sangat buruk! Gajimu pesta kemarin akan aku potong!” “Ma-maaf, Bos. Kemarin aku tidak enak badan dan pulang untuk berobat ke klinik. Tidak izin karena takut mengganggu pesta. Maaf, Bos. Tidak apa gaji dipotong, asal jangan pecat, Bos.” “Oke baiklah. Kali ini aku masih memikirkan kinerjamu sebelumnya. Ambil saja gajimu pesta kemarin di kantor. Beri contoh yang baik pada para junior, jangan seperti ini lagi!” “Baik, Bos. Terima kasih banyak.” Telepon dari bos pun berakhir. Letty menatap nanar ponselnya, lalu meletakkan di meja. Semua karena kejadian semalam. Kalau gaji Letty dipotong, bagaimana bisa dia membayar uang sewa tempat tinggal? “Arrrghh! Semua gara-gara lelaki b******k itu! Sial! Harusnya aku tidak terjebak dalam masalah seperti ini!” Letty marah dan kesal sampai menendang kursi. “Aw! Sakit!” Kaki Letty sakit ketika menendang kursi, tiba-tiba ponselnya berdering lagi. Letty langsung mengambil ponsel itu dan mengusap layar untuk menerima panggilan dari nomor tak dikenal. “Hallo, siapa ini?!” “Selamat pagi, Letty. Ini Dyenn!” “Dyenn? Wah, senang kamu menelepon. Ada apa Dyenn?” “Hanya memastikan nomor yang kamu beri adalah memilikmu. Ha ha ha … sudah sarapan?” “Tidak mungkin aku berbohong, bukan? Belum, sedang tidak nafsu makan.” “Kamu tinggal di mana? Aku ke sana, ya? Ayo sarapan bersama!” Letty merasa senang bertemu teman masa lalu seperjuangan sewaktu di panti asuhan. Dyenn pun senang bertemu lagi dengan Letty yang selama ini mencuri hatinya. Semenjak berpisah dari panti asuhan, baru sekarang mereka berjumpa lagi. Dyenn segera melajukan mobil sedan miliknya menuju ke alamat rumah yang Letty berikan. Tempat apartemen pemerintah yang padat penduduk, Letty tinggal menyewa di sana. Lelaki itu tiada henti bernyanyi karena bahagia bisa bertemu Letty kembali. Meski semalam Nona Hana bersama dirinya di pesta, dia tetap saja memikirkan Letty. Letty pun berganti pakaian dan membawa tas berisi ponsel dan dompetnya untuk pergi sarapan dengan Dyenn. Dia berjalan ke depan apartemen. Saat melihat sebuah sedan berwarna hitam berhenti dan membuka kaca, Letty takjub karena kawannya sudah memiliki kehidupan jauh lebih baik. Letty sebenarnya malu karena usia dua puluh lima tahun, tetapi hidupnya masih seperti itu. “Hei, Letty!” seru Dyenn memanggil kawannya. “Iya!” Letty segera berlari kecil menghampiri Dyenn. “Ayo masuk! Kamu mau sarapan apa?” tanya Dyenn dengan senyum ceria. Letty duduk di samping Dyenn. Merasa bangga kawannya yang sesama anak panti bisa sukses seperti itu. Sepanjang perjalanan mereka pun mengobrol banyak hal. “Wah, Dyenn sudah sukses ya sekarang. Ini mobilmu?” tanya Letty merasa takjub. “Iya, ini aku beli setelah dipromosikan menjadi asisten pribadi CEO perusahaan tempatku bekerja,” jawab Dyenn sambil menyetir mobil dengan semangat. “Keren! Apakah CEO di sana perempuan? Pasti senang memiliki asisten tampan sepertimu!” celetuk Letty sambil tertawa. “Oh, tidak. CEO di perusahaan MixStars adalah lelaki. Keluarganya suka dengan kinerjaku hingga mengangkat menjadi asisten pribadi,” jelas Dyenn agar Letty tidak salah paham. “Berarti bagus, dong! Kamu memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan pegawai lainnya. Aku senang mendengar Dyenn sudah sukses.” Letty pun terdiam sejenak saat mobil yang Dyenn kemudi berhenti di sebuah restoran. “Masih ingat? Ini salah satu restoran cabang, persis dengan restoran yang dulu ada di dekat panti. Dahulu kita tidak mampu membeli makanan di sana, kan? Ayo sekarang kita makan sepuasnya!” ajak Dyenn pada Letty setelah memarkirkan mobilnya. Letty terharu dengan hal itu. Dia teringat semasa sekolah dahulu saat lewat di restoran dekat panti selalu saja lapar dan ingin mencicipi makan di sana, tetapi apa daya anak-anak panti tidak memiliki uang pribadi. Dyenn berjanji akan bekerja giat jika sudah lulus nanti untuk mentraktir Letty sepuasnya di sana. Ternyata Dyenn masih ingat janji yang dahulu diucapkan. Meski di restoran yang berbeda karena letak panti terlalu jauh, tetapi ini restoran cabang yang memiliki menu sama dengan restoran dekat panti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN