Letty Terpuruk

1231 Kata
Letty duduk di sudut apartemen sederhana miliknya. Bersandar pada dinding yang dingin beralaskan lantai yang tidak hangat. Dia kembali bersedih padahal beberapa waktu yang lalu dia bisa tertawa di hadapan Dyenn. Ya, lelaki berwajah tampan dengan kehangatan yang selalu di sekitarnya membuat Letty melupakan sejenak apa yang terjadi tadi malam menimpa kehidupannya. Beberapa kali dia merasa menyesal telah pergi begitu saja tanpa memberi pelajaran kepada lelaki yang sudah menghancurkan masa depannya. Namun apa daya pagi tadi semua terjadi begitu saja dan tanpa Letty pikir panjang untuk meninggalkan lelaki itu. Kini, penyesalan tak bertepi sedang menghujam jantungnya dan menusuk-nusuk hatinya hingga terasa sangat amat sakit. “Mengapa aku begitu bodoh? Mengapa aku tidak bisa melindungi harta satu-satunya yang berharga dalam kehidupanku? Ya Tuhan ... kenapa tidak ambil sekalian nyawaku? Daripada aku harus menjalani sisa hidup seperti sampah. Tidak bisa mempertahankan kehormatan. Orang-orang pasti akan mengira kalau aku menjual diri! Arrrgh! Dasar lelaki itu! Aku bersumpah seumur hidupnya tidak akan tenang sebelum meminta maaf padaku!” Letty terus saja menyalahkan diri sendiri dan merasa kesal dengan lelaki yang sudah membuatnya seperti ini. Entah sebenarnya apa yang terjadi semalam hingga dia bisa bertemu dan bersama dengan lelaki itu. Setiap kali Letty mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam, kepalanya selalu pening dan tidak mengingat apapun. “Kadang aku merasa hidupku sudah sangat menyedihkan. Orang tua kandungku di mana dan siapa pun aku tak tahu. Sejak kecil hidup di panti. Bekerja dengan keras, tetapi tidak cukup hasil untuk hidup layak. Sekarang begitu sudah dewasa, kejadian ini sungguh menghancurkan segalanya. Satu-satunya yang kumiliki ....” Letty pun meneteskan air mata, menangis tersedu-sedu. Bulir-bulir bening itu mengucur deras tak terbendung karena kesedihannya. Andai bunuh diri itu bukan suatu dosa, pasti sudah sejak tadi dilakukan olehnya. Bahkan untuk menceritakan hal ini kepada sahabatnya-Dyenn pun dia tak sanggup. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu dan mengapa saat ini di pertemukan dalam kondisi yang sulit. Di kantor Perusahaan MixStars, Dyenn tidak fokus dalam bekerja. Selalu saja bayang-bayang wajah Letty hinggap di pelupuk matanya. Mengapa dia begitu memikirkan gadis itu? Apakah ini yang dinamakan rindu? Atau justru firasat akan terjadinya sesuatu? Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Semua laporan kerja hari ini sudah usai dia kerjakan. Rencananya Dyenn akan mengajak untuk makan malam bersama. Lelaki itu sangat khawatir dengan kondisi Letty saat ini yang terlihat menyembunyikan sesuatu hal yang membuat sedih. “Apa mungkin karena kondisi ekonominya? Apa dia ada hutang atau hal yang dipikirkan? Andai aku tahu semuanya, pasti aku akan membantu dengan senang hati,” batin Dyenn sambil membolak-balik halaman buku di atas meja tempat dia bekerja. “Dyenn, aku akan pulang terlebih dahulu. Jangan lupa soal bodyguard dan nomor event organizer bagian food and beverage,” kata Mr. Kim membuat Dyenn terkejut. “Soal bodyguard sudah beres, Tuan. Mereka sudah dalam perjalanan ke sini dan akan ikut Tuan mulai hari ini. Soal nomor event organizer ini, Tuan. Namun bagian khusus food and beverage tidak ada.” Dyenn bergegas memberikan kertas bertuliskan nomor yang bisa Mr. Kim hubungi soal event organizer acara pesta kemarin. “Oke. Kerja yang bagus. Kalau begitu segera selesaikan laporan dan kau boleh pulang. Hari ini cukup melelehkan,” ujar Mr. Kim yang kembali masuk ke ruangannya dan sudah menggenggam kertas yang berisikan nomor telepon tersebut. “Baik, Tuan. Terima kasih.” Tepat sekali kalau Mr. Kim memperbolehkan Dyenn pulang terlebih dahulu karena saat ini dia ingin ke apartemen tempat tinggal Letty. Suatu hal yang tepat atau alam sudah memberikan isyarat akan sesuatu yang hendak terjadi. Dyenn bersiap-siap untuk pulang. Dia merapikan atas meja kerjanya dan kemudian berjalan menuju lift untuk ke basemen tempat mobilnya diparkir. Setelah sampai di tempat parkir, lelaki tampan dan baik hati itu bergegas masuk dan mengendarai mobilnya. Perjalanan menuju ke apartemen Letty tidak begitu jauh. Waktu hampir menunjukkan pukul enam petang saat Dyenn sampai di tempat parkir apartemen Letty. Lelaki itu sudah tahu nomor kamar apartemen Letty dan berjalan ke sana untuk memberikan surprise. Saat perjalanan tadi, dia membelikan seikat bunga tulip berwarna merah untuk Letty yang memang menyukai aneka macam bunga. “Bunga tulip warna merah melambangkan pernyataan cinta yang tersirat. Pasti kau tahu itu,” gumam Dyenn sambil tersenyum sendiri membayangkan Letty saat menerima seikat bunga tersebut. Saat sampai di depan pintu apartemen, Dyenn berkali-kali memeriksa pakaiannya, menata kembali rambutnya yang tidak berantakan, dan memasang senyum paling menawan. Lelaki itu memberanikan diri mengetuk pintu. Beberapa kali ketukan pintu, tetapi tidak ada balasan. Saat Dyenn mencoba membuka pintu itu, ternyata tidak dikunci yang berarti Letty ada di dalam apartemen. “Letty? Apakah kamu sedang tidur? Kenapa gelap dan belum menyalakan lampu sama sekali?” tanya Dyenn yang takut melangkah masuk. Namun tak ada jawaban dari kawan masa kecilnya itu membuat jiwa penasaran Dyenn meronta-ronta. Dia pun nekat untuk masuk ke dalam apartemen. “Letty? Kau di sini?” kata Dyenn yang belum ada jawaban. Lelaki itu meraba dinding dan menekan sakelar ke arah on agar lampu ruangan itu menyala. Saat cahaya menerangi ruangan apartemen itu, betapa terkejutnya Dyenn melihat gadis yang dia cintai bersender di dinding ujung apartemen itu dengan kondisi tangannya penuh dengan darah. Dyenn langsung berlari ke arah Letty dan berteriak histeris. “Letty! Kau kenapa? Siapa yang melakukan ini?! Letty!” Letty tidak sanggup menjalani keadaan yang memalukan bagi hidupnya. Dia memilih jalan pintas untuk menyayat pergelangan tangannya hingga cairan merah segar mengucur. Baru beberapa menit, tubuhnya langsung lemas dan dia tak sadarkan diri. Dyenn segera mengangkat tubuh Letty dan lari tergesa-gesa untuk membawa ke rumah sakit terdekat. “Letty ... sadar! Ayo bangun! Kumohon jangan pergi dulu! Kumohon sadar! Aku akan segera membawa kamu ke rumah sakit!” Dyenn seperti orang gila berbicara sendiri sambil menggendong Letty yang tangan kirinya sudah bersimbah darah. Untung saja Dyenn datang tidak terlambat. Skenario dari Pemegang Kehidupan memang tak bisa ditebak, tetapi sungguh terjadi tepat pada waktunya. Telat satu jam saja bisa-bisa nyawa Letty melayang. Dyenn segera membaringkan tubuh Letty di kursi belakang mobilnya, sedangkan dia menyetir mobil secepat mungkin untuk sampai ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Dyenn meminta bantuan para medis untuk mengobati Letty yang dalam kondisi gawat darurat. Dyenn tidak boleh masuk ke ruangan Unit Gawat Darurat saat itu. Dia hanya bisa berdoa agar Letty bisa selamat dan apa pun yang terjadi pada Letty, dia akan mencari tahu sampai tuntas. Lelaki itu panik dan ketakutan kalau perempuan yang dia cintai sejak kecil terancam nyawanya. Pasti ada hal buruk yang Letty alami dan tidak bisa menghadapi hal itu sendirian hingga nekat mengambil jalan pintas. Dyenn berjalan mondar-mandir di depan pintu Unit Gawat Darurat sambil meremas tangannya dengan gelisah. Pikirannya berkecamuk dan pening mengingat bekas luka dan darah yang mengalir dari pergelangan tangan Letty. “Kenapa kamu senekat ini? Mengapa tidak cerita padaku? Aku ada di sini. Aku akan menjagamu dan ada untukmu selalu ... seperti saat di panti asuhan dulu,” gumam Dyenn yang makin kalut menunggu pihak medis keluar dari penanganan darurat tersebut. Tentu saja kejadian ini tidak disangka bisa terjadi. Letty bukan tipe perempuan yang mudah putus asa. Dahulu Dyenn justru yang hampir menyerah saat di panti asuhan dan Letty selalu menyemangati hari-harinya yang tidak mudah. Letty selalu menemani Dyenn dan membasuh lelah dan segala kekhawatiran di hati lelaki itu. Hingga sebuah janji Dyenn ucapkan dalam hati untuk mencintai dan menjaga Letty. Meski terpisah jauh dan cukup lama, janji itu tetap hidup di benak Dyenn yang tak menyerah untuk menemukan Letty kembali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN