Flow of Life - 10

3131 Kata
Auranya yang dingin dan tegas mengindikasikan kalau dia tidak segan-segan menghabisi kami jika kami terlalu lemah untuk menjadi lawannya, sorotan matanya yang merah pekat, membuatku sedikit ketakutan, sangat menimbulkan rasa yang tidak nyaman. Aku sedikit beruntung karena yang Yazkiel incar sekarang adalah Galliard, bukan diriku. Tampaknya Yazkiel ingin melihat potensi Galliard dalam sebuah pertarungan antar penyihir, aku tidak tahu bagaimana pastinya, tapi bukankah itu berbahaya? Dilihat dari ekspresi Yazkiel yang tampak begitu serius, aku yakin sekali Galliard bakal dihabisi tanpa ampun oleh penyihir vampire itu. Beberapa menit kemudian, Tuan Jonas, Skrillex, dan Hanallela menyusul dan datang ke aula, untuk menyaksikan pertarungan yang entah sekedar latihan atau sungguhan, antara Yazkiel dan Galliard. Skrillex dan Hanallela berdiri di tepi aula dan tersenyum tipis melihat Yazkiel yang sudah bersiap di tengah-tengah aula, seolah-olah menantang Galliard untuk maju ke hadapannya. Mereka sepertinya sudah tahu persis siapa pemenang di dalam pertarungan ini, sebab dari ekspresinya saja, aku cukup yakin Yazkiel bisa dengan mudah mengalahkan Galliard dalam sekejap. Sementara Galliard yang kini berdiri di sampingku, sedang menguap lebar dan memasang muka khas seperti orang yang baru saja bangun dari tidurnya. “Hey, Galliard, kurasa sebaiknya kau batalkan saja pertarungan ini, kau tidak akan mampu mengalahkan Yazkiel dengan kekuatanmu. Aku tidak ingin kau dihabisi olehnya, aku juga tidak ingin kehilanganmu. Jadi minta maaflah pada mereka dan memohonlah pada Yazkiel agar pertarungannya dibatalkan. Itu demi kebaikanmu sendiri, Galliard. Dan juga,” Aku langsung memukul kepala Galliard yang menatapku dengan mata yang mengantuk. “Kenapa kau ini santai sekali, hah!?” “Ayolah, Osamu, jangan bersikap begitu sekarang. Kau bisa diremehkan oleh mereka loh,” kata Galliard dengan sedikit menggodaku. “Tenang saja, aku bisa mengalahkan orang itu, kok. Jangan khawatir, kau lihat saja baik-baik nanti, okey?” “Galliard! Jangan bodoh! Aku tahu kau tidak punya kekuatan sihir yang cukup untuk melawan penyihir kuat seperti Yazkiel! Jika kau dihabisi olehnya, aku bisa kehilanganmu! Dan aku tidak mau itu terjadi!” Saking emosinya, suaraku jadi begitu nyaring, bahkan sampai terdengar ke seluruh aula sehingga Yazkiel, Hanallela, Yazkiel dan Tuan Jonas memandangi kami, sementara Galliard hanya tertawa terbahak-bahak mendengarnya. “Hahahahaah! Sudah-sudah-sudah! Sekarang lihat aku, ya! Kau boleh kok semangati aku seperti seorang pemandu sorak! Ey! Ey! OOOOO! Hahahahah!” Galliard langsung menepuk punggungku dan melontarkan lawakan kepadaku dengan bertingkah seperti seorang pemandu sorak di depanku sebelum akhirnya berjalan santai ke hadapan Yazkiel. Terlepas dari sikap santainya itu, aku benar-benar mengkhawatirkan Galliard sekarang, aku merasa Yazkiel tidak kenal ampun dalam menghabisi orang lain, aku bisa merasakannya dari sorotan mata merahnya, dia bisa saja menyedot darah Galliard dengan kekuatan vampirenya yang mengerikan. Atau menggunakan teknik-teknik lain yang tidak kami ketahui untuk menghancurkan atau bahkan membunuh Galliard di pertarungan ini. Aku terus berharap semoga Galliard bisa kembali ke sisiku dengan kondisi badan yang baik-baik saja, aku tidak peduli pada hasil pertarungannya, jika dia kalahpun, itu sudah sangat wajar, karena mau bagaimanapun lawannya adalah penyihir kelas atas yang merupakan salah satu murid hebat dari Tuan Jonas. Aku tidak akan begitu kecewa jika Galliard kalah. Sesampainya di depan Yazkiel, Galliard melontarkan kata-kata yang cukup sombong dan menantang, semua orang yang hadir di aula bisa mendengarnya dengan sangat jelas. “Kau ingin melihat potensiku, ya? Tapi potensi yang mana, yang kau maksud? Begini-begini, aku punya banyak potensi, loh. Aku punya potensi dalam mengganggu orang lain, potensi dalam melakukan menertawakan orang lain, juga potensi dalam merendahkan orang lain, yang terakhir, sepertinya sama sifatmu, ya?” “Kau terlalu banyak bicara.” Kata Yazkiel dengan mendecih kesal. “Tutup mulutmu dan mulailah bertarung.” Pertarungan dimulai saat Yazkiel membiarkan kelelawar-kelelawar yang beterbangan di sekitar tubuhnya, untuk berhamburan melesat ke arah Galliard. Rasanya kelelawar-kelelawar itu punya gigi yang sangat tajam, dan mata mereka menyala merah, sepertinya mereka semua sedang sangat marah dan mengamuk, kemarahan Yazkiel terhubung ke setiap kelelawar sehingga amukan mereka adalah amukan dari Sang Pemiliknya. Aku tidak tahu persis bagaimana wajah Galliard sekarang saat dihadapi oleh hamburan kelelawar yang beterbangan ke arahnya, tapi aku cukup yakin kalau dia sama sekali tidak takut pada hal itu. “Yakin cuma ini saja, Tuan Yazkiel yang terhormat?” Setelah mengucapkan itu, Galliard langsung menangkap dan membantingkan setiap kelelawar yang mendekatinya ke lantai aula, dibanting satu persatu dengan hentakan yang sangat keras, sampai mati. Yang membuatku terkejut bukan itu, melainkan kecepatan tangan Galliard saat menangkap satu-persatu kelelawar yang melesat ke arahnya, gerakannya sangat cepat, bahkan aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, karena terlalu cepat. Aku tidak tahu Galliard punya kemampuan seperti itu, mengapa aku baru menyadarinya sekarang. Melihat semua kelelawarnya telah ditangkap, diremas, dan dibanting ke lantai sampai mati oleh Galliard, membuat Yazkiel bergeming di posisinya, gertakkan giginya yang terdengar cukup keras, juga dua tangannya yang mengepal kuat, sudah cukup untuk memperlihatkan betapa marahnya dia pada Galliard. Setelah berhasil melindungi dirinya sendiri dari sergapan kelelawar, Galliard hanya tersenyum. “Ugh, bau mereka busuk sekali, ya? Kau jarang memandikan kelelawar-kelelawarmu, ya? Kau ini jorok sekali, ya? Bukankah mereka itu peliharaanmu? Seharusnya kau rawat mereka dengan baik, Tuan Yazkiel.” “Tutup mulutmu, brengsek.” Yazkiel menggeram dengan dua matanya yang melotot tajam pada Galliard. “Mereka bukanlah kelelawar, mereka adalah bagian dari diriku.” “Bagian dari dirimu? Wah, kebetulan sekali, ya? Aku juga bukan makhluk hidup, aku adalah bagian dari Osamu. Hahahahaha! Aku senang ada orang yang mengalami hal yang sama denganku!” “Apa maksudnya itu?” Tampang marah Yazkiel seketika berubah menjadi keheranan. Dia terkejut dan bingung pada apa yang barusan yang dikatakan oleh Galliard, dan aku yang mendengarnya juga kesal orang itu, bisa-bisanya dia membongkar rahasia kami di depan semua orang yang hadir di sini, yang akhirnya membuat mereka jadi mengernyitkan alis secara bersamaan. “Fakta yang mengejutkan,” Skrillex bersuara dengan nyaring, lalu kepalanya dipalingkan ke arah Tuan Jonas yang sedang berdiri beberapa meter di dekatnya. “Aku tidak tahu kau punya murid baru yang menarik seperti mereka, Master.” Tuan Jonas hanya terdiam. “Kenapa kau tidak memberitahu soal itu pada kami, Master?” tanya Hanallela dengan berbisik pada Tuan Jonas. “Apakah Anda merahasiakan itu dari kami? Tapi mengapa? Apakah hal itu begitu penting sampai harus dirahasiakan? Aku jadi sangat penasaran sekarang.” Sesampainya aku dan Galliard di aula, kami dikejutkan dengan kehadiran Yazkiel yang sedang berdiri tegak di sana, sembari dikelilingi ratusan kelelawar hitam yang beterbangan di sekitar tubuhnya, entah kenapa, kesanku mengatakan dia seperti seorang Raja Vampire sungguhan. Auranya yang dingin dan tegas mengindikasikan kalau dia tidak segan-segan menghabisi kami jika kami terlalu lemah untuk menjadi lawannya, sorotan matanya yang merah pekat, membuatku sedikit ketakutan, sangat menimbulkan rasa yang tidak nyaman. Aku sedikit beruntung karena yang Yazkiel incar sekarang adalah Galliard, bukan diriku. Tampaknya Yazkiel ingin melihat potensi Galliard dalam sebuah pertarungan antar penyihir, aku tidak tahu bagaimana pastinya, tapi bukankah itu berbahaya? Dilihat dari ekspresi Yazkiel yang tampak begitu serius, aku yakin sekali Galliard bakal dihabisi tanpa ampun oleh penyihir vampire itu. Beberapa menit kemudian, Tuan Jonas, Skrillex, dan Hanallela menyusul dan datang ke aula, untuk menyaksikan pertarungan yang entah sekedar latihan atau sungguhan, antara Yazkiel dan Galliard. Skrillex dan Hanallela berdiri di tepi aula dan tersenyum tipis melihat Yazkiel yang sudah bersiap di tengah-tengah aula, seolah-olah menantang Galliard untuk maju ke hadapannya. Mereka sepertinya sudah tahu persis siapa pemenang di dalam pertarungan ini, sebab dari ekspresinya saja, aku cukup yakin Yazkiel bisa dengan mudah mengalahkan Galliard dalam sekejap. Sementara Galliard yang kini berdiri di sampingku, sedang menguap lebar dan memasang muka khas seperti orang yang baru saja bangun dari tidurnya. “Hey, Galliard, kurasa sebaiknya kau batalkan saja pertarungan ini, kau tidak akan mampu mengalahkan Yazkiel dengan kekuatanmu. Aku tidak ingin kau dihabisi olehnya, aku juga tidak ingin kehilanganmu. Jadi minta maaflah pada mereka dan memohonlah pada Yazkiel agar pertarungannya dibatalkan. Itu demi kebaikanmu sendiri, Galliard. Dan juga,” Aku langsung memukul kepala Galliard yang menatapku dengan mata yang mengantuk. “Kenapa kau ini santai sekali, hah!?” “Ayolah, Osamu, jangan bersikap begitu sekarang. Kau bisa diremehkan oleh mereka loh,” kata Galliard dengan sedikit menggodaku. “Tenang saja, aku bisa mengalahkan orang itu, kok. Jangan khawatir, kau lihat saja baik-baik nanti, okey?” “Galliard! Jangan bodoh! Aku tahu kau tidak punya kekuatan sihir yang cukup untuk melawan penyihir kuat seperti Yazkiel! Jika kau dihabisi olehnya, aku bisa kehilanganmu! Dan aku tidak mau itu terjadi!” Saking emosinya, suaraku jadi begitu nyaring, bahkan sampai terdengar ke seluruh aula sehingga Yazkiel, Hanallela, Yazkiel dan Tuan Jonas memandangi kami, sementara Galliard hanya tertawa terbahak-bahak mendengarnya. “Hahahahaah! Sudah-sudah-sudah! Sekarang lihat aku, ya! Kau boleh kok semangati aku seperti seorang pemandu sorak! Ey! Ey! OOOOO! Hahahahah!” Galliard langsung menepuk punggungku dan melontarkan lawakan kepadaku dengan bertingkah seperti seorang pemandu sorak di depanku sebelum akhirnya berjalan santai ke hadapan Yazkiel. Terlepas dari sikap santainya itu, aku benar-benar mengkhawatirkan Galliard sekarang, aku merasa Yazkiel tidak kenal ampun dalam menghabisi orang lain, aku bisa merasakannya dari sorotan mata merahnya, dia bisa saja menyedot darah Galliard dengan kekuatan vampirenya yang mengerikan. Atau menggunakan teknik-teknik lain yang tidak kami ketahui untuk menghancurkan atau bahkan membunuh Galliard di pertarungan ini. Aku terus berharap semoga Galliard bisa kembali ke sisiku dengan kondisi badan yang baik-baik saja, aku tidak peduli pada hasil pertarungannya, jika dia kalahpun, itu sudah sangat wajar, karena mau bagaimanapun lawannya adalah penyihir kelas atas yang merupakan salah satu murid hebat dari Tuan Jonas. Aku tidak akan begitu kecewa jika Galliard kalah. Sesampainya di depan Yazkiel, Galliard melontarkan kata-kata yang cukup sombong dan menantang, semua orang yang hadir di aula bisa mendengarnya dengan sangat jelas. “Kau ingin melihat potensiku, ya? Tapi potensi yang mana, yang kau maksud? Begini-begini, aku punya banyak potensi, loh. Aku punya potensi dalam mengganggu orang lain, potensi dalam melakukan menertawakan orang lain, juga potensi dalam merendahkan orang lain, yang terakhir, sepertinya sama sifatmu, ya?” “Kau terlalu banyak bicara.” Kata Yazkiel dengan mendecih kesal. “Tutup mulutmu dan mulailah bertarung.” Pertarungan dimulai saat Yazkiel membiarkan kelelawar-kelelawar yang beterbangan di sekitar tubuhnya, untuk berhamburan melesat ke arah Galliard. Rasanya kelelawar-kelelawar itu punya gigi yang sangat tajam, dan mata mereka menyala merah, sepertinya mereka semua sedang sangat marah dan mengamuk, kemarahan Yazkiel terhubung ke setiap kelelawar sehingga amukan mereka adalah amukan dari Sang Pemiliknya. Aku tidak tahu persis bagaimana wajah Galliard sekarang saat dihadapi oleh hamburan kelelawar yang beterbangan ke arahnya, tapi aku cukup yakin kalau dia sama sekali tidak takut pada hal itu. “Yakin cuma ini saja, Tuan Yazkiel yang terhormat?” Setelah mengucapkan itu, Galliard langsung menangkap dan membantingkan setiap kelelawar yang mendekatinya ke lantai aula, dibanting satu persatu dengan hentakan yang sangat keras, sampai mati. Yang membuatku terkejut bukan itu, melainkan kecepatan tangan Galliard saat menangkap satu-persatu kelelawar yang melesat ke arahnya, gerakannya sangat cepat, bahkan aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, karena terlalu cepat. Aku tidak tahu Galliard punya kemampuan seperti itu, mengapa aku baru menyadarinya sekarang. Melihat semua kelelawarnya telah ditangkap, diremas, dan dibanting ke lantai sampai mati oleh Galliard, membuat Yazkiel bergeming di posisinya, gertakkan giginya yang terdengar cukup keras, juga dua tangannya yang mengepal kuat, sudah cukup untuk memperlihatkan betapa marahnya dia pada Galliard. Setelah berhasil melindungi dirinya sendiri dari sergapan kelelawar, Galliard hanya tersenyum. “Ugh, bau mereka busuk sekali, ya? Kau jarang memandikan kelelawar-kelelawarmu, ya? Kau ini jorok sekali, ya? Bukankah mereka itu peliharaanmu? Seharusnya kau rawat mereka dengan baik, Tuan Yazkiel.” “Tutup mulutmu, brengsek.” Yazkiel menggeram dengan dua matanya yang melotot tajam pada Galliard. “Mereka bukanlah kelelawar, mereka adalah bagian dari diriku.” “Bagian dari dirimu? Wah, kebetulan sekali, ya? Aku juga bukan makhluk hidup, aku adalah bagian dari Osamu. Hahahahaha! Aku senang ada orang yang mengalami hal yang sama denganku!” “Apa maksudnya itu?” Tampang marah Yazkiel seketika berubah menjadi keheranan. Dia terkejut dan bingung pada apa yang barusan yang dikatakan oleh Galliard, dan aku yang mendengarnya juga kesal orang itu, bisa-bisanya dia membongkar rahasia kami di depan semua orang yang hadir di sini, yang akhirnya membuat mereka jadi mengernyitkan alis secara bersamaan. “Fakta yang mengejutkan,” Skrillex bersuara dengan nyaring, lalu kepalanya dipalingkan ke arah Tuan Jonas yang sedang berdiri beberapa meter di dekatnya. “Aku tidak tahu kau punya murid baru yang menarik seperti mereka, Master.” Tuan Jonas hanya terdiam. “Kenapa kau tidak memberitahu soal itu pada kami, Master?” tanya Hanallela dengan berbisik pada Tuan Jonas. “Apakah Anda merahasiakan itu dari kami? Tapi mengapa? Apakah hal itu begitu penting sampai harus dirahasiakan? Aku jadi sangat penasaran sekarang.” Sesampainya aku dan Galliard di aula, kami dikejutkan dengan kehadiran Yazkiel yang sedang berdiri tegak di sana, sembari dikelilingi ratusan kelelawar hitam yang beterbangan di sekitar tubuhnya, entah kenapa, kesanku mengatakan dia seperti seorang Raja Vampire sungguhan. Auranya yang dingin dan tegas mengindikasikan kalau dia tidak segan-segan menghabisi kami jika kami terlalu lemah untuk menjadi lawannya, sorotan matanya yang merah pekat, membuatku sedikit ketakutan, sangat menimbulkan rasa yang tidak nyaman. Aku sedikit beruntung karena yang Yazkiel incar sekarang adalah Galliard, bukan diriku. Tampaknya Yazkiel ingin melihat potensi Galliard dalam sebuah pertarungan antar penyihir, aku tidak tahu bagaimana pastinya, tapi bukankah itu berbahaya? Dilihat dari ekspresi Yazkiel yang tampak begitu serius, aku yakin sekali Galliard bakal dihabisi tanpa ampun oleh penyihir vampire itu. Beberapa menit kemudian, Tuan Jonas, Skrillex, dan Hanallela menyusul dan datang ke aula, untuk menyaksikan pertarungan yang entah sekedar latihan atau sungguhan, antara Yazkiel dan Galliard. Skrillex dan Hanallela berdiri di tepi aula dan tersenyum tipis melihat Yazkiel yang sudah bersiap di tengah-tengah aula, seolah-olah menantang Galliard untuk maju ke hadapannya. Mereka sepertinya sudah tahu persis siapa pemenang di dalam pertarungan ini, sebab dari ekspresinya saja, aku cukup yakin Yazkiel bisa dengan mudah mengalahkan Galliard dalam sekejap. Sementara Galliard yang kini berdiri di sampingku, sedang menguap lebar dan memasang muka khas seperti orang yang baru saja bangun dari tidurnya. “Hey, Galliard, kurasa sebaiknya kau batalkan saja pertarungan ini, kau tidak akan mampu mengalahkan Yazkiel dengan kekuatanmu. Aku tidak ingin kau dihabisi olehnya, aku juga tidak ingin kehilanganmu. Jadi minta maaflah pada mereka dan memohonlah pada Yazkiel agar pertarungannya dibatalkan. Itu demi kebaikanmu sendiri, Galliard. Dan juga,” Aku langsung memukul kepala Galliard yang menatapku dengan mata yang mengantuk. “Kenapa kau ini santai sekali, hah!?” “Ayolah, Osamu, jangan bersikap begitu sekarang. Kau bisa diremehkan oleh mereka loh,” kata Galliard dengan sedikit menggodaku. “Tenang saja, aku bisa mengalahkan orang itu, kok. Jangan khawatir, kau lihat saja baik-baik nanti, okey?” “Galliard! Jangan bodoh! Aku tahu kau tidak punya kekuatan sihir yang cukup untuk melawan penyihir kuat seperti Yazkiel! Jika kau dihabisi olehnya, aku bisa kehilanganmu! Dan aku tidak mau itu terjadi!” Saking emosinya, suaraku jadi begitu nyaring, bahkan sampai terdengar ke seluruh aula sehingga Yazkiel, Hanallela, Yazkiel dan Tuan Jonas memandangi kami, sementara Galliard hanya tertawa terbahak-bahak mendengarnya. “Hahahahaah! Sudah-sudah-sudah! Sekarang lihat aku, ya! Kau boleh kok semangati aku seperti seorang pemandu sorak! Ey! Ey! OOOOO! Hahahahah!” Galliard langsung menepuk punggungku dan melontarkan lawakan kepadaku dengan bertingkah seperti seorang pemandu sorak di depanku sebelum akhirnya berjalan santai ke hadapan Yazkiel. Terlepas dari sikap santainya itu, aku benar-benar mengkhawatirkan Galliard sekarang, aku merasa Yazkiel tidak kenal ampun dalam menghabisi orang lain, aku bisa merasakannya dari sorotan mata merahnya, dia bisa saja menyedot darah Galliard dengan kekuatan vampirenya yang mengerikan. Atau menggunakan teknik-teknik lain yang tidak kami ketahui untuk menghancurkan atau bahkan membunuh Galliard di pertarungan ini. Aku terus berharap semoga Galliard bisa kembali ke sisiku dengan kondisi badan yang baik-baik saja, aku tidak peduli pada hasil pertarungannya, jika dia kalahpun, itu sudah sangat wajar, karena mau bagaimanapun lawannya adalah penyihir kelas atas yang merupakan salah satu murid hebat dari Tuan Jonas. Aku tidak akan begitu kecewa jika Galliard kalah. Sesampainya di depan Yazkiel, Galliard melontarkan kata-kata yang cukup sombong dan menantang, semua orang yang hadir di aula bisa mendengarnya dengan sangat jelas. “Kau ingin melihat potensiku, ya? Tapi potensi yang mana, yang kau maksud? Begini-begini, aku punya banyak potensi, loh. Aku punya potensi dalam mengganggu orang lain, potensi dalam melakukan menertawakan orang lain, juga potensi dalam merendahkan orang lain, yang terakhir, sepertinya sama sifatmu, ya?” “Kau terlalu banyak bicara.” Kata Yazkiel dengan mendecih kesal. “Tutup mulutmu dan mulailah bertarung.” Pertarungan dimulai saat Yazkiel membiarkan kelelawar-kelelawar yang beterbangan di sekitar tubuhnya, untuk berhamburan melesat ke arah Galliard. Rasanya kelelawar-kelelawar itu punya gigi yang sangat tajam, dan mata mereka menyala merah, sepertinya mereka semua sedang sangat marah dan mengamuk, kemarahan Yazkiel terhubung ke setiap kelelawar sehingga amukan mereka adalah amukan dari Sang Pemiliknya. Aku tidak tahu persis bagaimana wajah Galliard sekarang saat dihadapi oleh hamburan kelelawar yang beterbangan ke arahnya, tapi aku cukup yakin kalau dia sama sekali tidak takut pada hal itu. “Yakin cuma ini saja, Tuan Yazkiel yang terhormat?” Setelah mengucapkan itu, Galliard langsung menangkap dan membantingkan setiap kelelawar yang mendekatinya ke lantai aula, dibanting satu persatu dengan hentakan yang sangat keras, sampai mati. Yang membuatku terkejut bukan itu, melainkan kecepatan tangan Galliard saat menangkap satu-persatu kelelawar yang melesat ke arahnya, gerakannya sangat cepat, bahkan aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, karena terlalu cepat. Aku tidak tahu Galliard punya kemampuan seperti itu, mengapa aku baru menyadarinya sekarang. Melihat semua kelelawarnya telah ditangkap, diremas, dan dibanting ke lantai sampai mati oleh Galliard, membuat Yazkiel bergeming di posisinya, gertakkan giginya yang terdengar cukup keras, juga dua tangannya yang mengepal kuat, sudah cukup untuk memperlihatkan betapa marahnya dia pada Galliard. Setelah berhasil melindungi dirinya sendiri dari sergapan kelelawar, Galliard hanya tersenyum. “Ugh, bau mereka busuk sekali, ya? Kau jarang memandikan kelelawar-kelelawarmu, ya? Kau ini jorok sekali, ya? Bukankah mereka itu peliharaanmu? Seharusnya kau rawat mereka dengan baik, Tuan Yazkiel.” “Tutup mulutmu, brengsek.” Yazkiel menggeram dengan dua matanya yang melotot tajam pada Galliard. “Mereka bukanlah kelelawar, mereka adalah bagian dari diriku.” “Bagian dari dirimu? Wah, kebetulan sekali, ya? Aku juga bukan makhluk hidup, aku adalah bagian dari Osamu. Hahahahaha! Aku senang ada orang yang mengalami hal yang sama denganku!” “Apa maksudnya itu?” Tampang marah Yazkiel seketika berubah menjadi keheranan. Dia terkejut dan bingung pada apa yang barusan yang dikatakan oleh Galliard, dan aku yang mendengarnya juga kesal orang itu, bisa-bisanya dia membongkar rahasia kami di depan semua orang yang hadir di sini, yang akhirnya membuat mereka jadi mengernyitkan alis secara bersamaan. “Fakta yang mengejutkan,” Skrillex bersuara dengan nyaring, lalu kepalanya dipalingkan ke arah Tuan Jonas yang sedang berdiri beberapa meter di dekatnya. “Aku tidak tahu kau punya murid baru yang menarik seperti mereka, Master.” Tuan Jonas hanya terdiam. “Kenapa kau tidak memberitahu soal itu pada kami, Master?” tanya Hanallela dengan berbisik pada Tuan Jonas. “Apakah Anda merahasiakan itu dari kami? Tapi mengapa? Apakah hal itu begitu penting sampai harus dirahasiakan? Aku jadi sangat penasaran sekarang.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN