Pukul 09.00 WIB di Kediaman Akhtar.
Sinar matahari menerangi seluruh ruangan yang ada di lantai dua. Seorang wanita dengan pakaian dan rambutnya yang acak-acakan mengerjapkan matanya saat sinar itu menyinari mata wanita itu. Dengan perlahan wanita itu membuka matanya dan mencoba mengumpul seluruh nyawanya. Setelah dirinya sadar, dia terbangun dari tidurnya. Ia melihat sekeliling tuangan itu. Ia bingung, ia ada dimana?
"Aku ada dimana? " gumam Afifa.
Wanita itu teringat kejadian semalam saat ia pergi ke club malam bersama David. Disana ia sedang mabuk-mabukan dengan David. Ia juga tetingat, tadi malam seperti ada orang yang menciumnya dan mengucapkan kata Sayang. Afifa hanya menghendikkan bahunya dan berusaha untuk melupakan itu.
Lalu mata Afifa menangkap sebuah nampan yang sudah ada sepiring nasi goreng yang diatasnya ada telur mata sapi dan air mineral yang berada di meja samping tempat tidurnya. Makanan ini adalah makanan kesukaannya.
Afifa juga melihat disana ada sebuah kertas. Afifa mengambil kertas itu lalu membukanya dan membacanya.
Untuk istriku tercinta...
Selamat pagi sayang...
Kamu sudah bangun?
Tadi Mas mau bangunin kamu tapi Mas kasihan lihat kamu tidurnya pules banget.
Oh ya, ini sarapan buat kamu.
Tadi Mas bikinin kamu nasi goreng kesukaan kamu.
Mas lagi nggak ada di rumah.
Kamu makan ya nasi gorengnya.
Selamat makan...
I Love You Humaira...
Seperti itulah isi surat yang di tulis oleh Akhtar. Afifa hanya menghela nafas panjang lalu meletakkan kertas itu kembali ke meja. Sebenarnya ia tidak ingin memakan masakan yang dibuatkan oleh Akhtar. Tapi perutnya sudah merasa lapar, akhirnya ia mengambil nasi goreng itu. Lagian nasi goreng ini terlihat sangat enak sekali.
Afifa mengambil sesuap nasi goreng lalu menyuapkannya kedalam mulut. Saat masuk didalam mulut, rasa nasi goreng ini sangatlah mirip dengan masakan mamanya-Layla saat ia belum menikah.
"Apa Mas Akhtar tahu makanan kesukaan ku dari mama? " tanya Afifa pada dirinya sendiri.
"Masakannya enak banget. Aku aja nggak bisa masak nasi goreng seenak ini" ujar Afifa. Lalu ia melanjutkan makannya dengan lahap hingga nasi goreng itu habis ludes di telan oleh tikus jumbo yang suka makan.
Afifa menaruh piring bekas makanan tadi ke meja kembali dan mengambil air di meja lalu meminumnya. Kemudian Afifa membereskan peralatan makannya ke nampan lagi dan berjalan ke kamar mandi untuk mandi.
Setelah shalat subuh, tiba-tiba pinggang Akhtar kembali terasa nyeri dan rasanya lebih parah dari sebelumnya. Akhirnya Akhtar menelfon Dani untuk mengantarnya ke dokter. Sambil menunggu Dani datang, Akhtar membuatkan nasi goreng kesukaan Afifa. Ia mengetahui makanan kesukaan Afifa dari mama mertuanya, Layla. Ia juga sekalian menanyakan resep nasi goreng tersebut.
Setelah selesai berkutat di dapur, Akhtar meletakkan makanan tersebut di atas nampan. Lalu membawa ke kamarnya dan Afifa. Afifa sedang tertidur pulas. Ia tidak tega membangunkannya. Akhirnya ia meninggalkan surat di nampan itu lalu turun ke lantai bawah untuk menunggu Dani.
Dan tak lama kemudian, Dani datang dengan membawa mobil. Ia kembali ke kamarnya untuk melihat apakah Afifa sudah bangun atau belum. Ternyata Afifa masih tetap bergelut dengan mimpinya. Akhtar mendekati Afifa yang masih tertidur. Menatapinya agak lama. Mengelus puncak kepalanya dan mencium keningnya dengan lembut. Lalu Akhtar turun kembali dan berangkat ke Rumah Sakit.
Sekarang Akhtar dan Dani sedang berada di mobil Dani. Mereka selesai dari Rumah Sakit. Dani akan mengantarkan Akhtar pulang ke rumah dia.
Tak lama kemudian mobil Dani sampaj di depan pintu gerbang rumah Akhtar. Akhtar melepas Seat Belt yang terpasang di tubuhnya.
"Makasih ya Dan, udah nganterin aku ke Rumah Sakit " ucap Akhtar sebelum turun dari mobil.
"Iya. Biasa aja. Kayak sama siapa aja kamu? " jawab Dani dengan setengah tertawa melihaf kelakuan sahabatnya ini.
"Kalau ada apa-apa ngomong aja, pasti aku bantu" ujar Dani kembali.
"Kalau gitu aku masuk rumah. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam"
Setelah itu Akhtar turun dari mobil Dani dan melambaikan tangan saat mobil itu berjalan di depannya. Ketika mobil itu sudah menghilang dari pandangannya, ia memasuki rumahnya.
"Assalamu'alaikum"
Akhtar membuka pintu rumahnya lalu menutupnya kembali. Ia betjalan menuju dapur untuk menyembunyikan obat-obatan yang tadi di berikan oleh dokter. Ia tidak ingin Afifa tahu jika ia sedang sakit. Ia juga meminta tolong kepada Bi Inem untuk menyembunyikan rahasianya dan menyembunyikan obat-obatannya. Ia menyembunyikannya di lemari dapur yang biasanya tidak di buka oleh siapapun, termasuk orang tuanya.
Kemudian ia menutup pintu lemari itu. Lalu ia mengedarkan pandangannya di rumah itu. Ia berjalan sambil merasakan keheningan. Kemana Afifa? Kemana Bibi?
Tiba-tiba Afifa turun dari lantai atas dengan memakai celana jeans yang ketat. Afifa seperti ingin pergi ke suatu tempat, tapi entah kemana. Lalu Akhtar menghampiri Afifa.
"Dek Fi!" panggil Akhtar.
Afifa menoleh ke arah Akhtar. Pasti dia akan mengomelinya.
"Mau kemana kamu? Mas anter ya? " tanya Akhtar.
"Nggak usah!! Aku nggak butuh perhatian dari bapak. Mending bapak bersih-bersih rumah aja!! Bikinin saya nasi goreng yang paling enak! Pokoknya saya sampai, di meja makan harus udah ada makanan itu. Dan yang masak harus bapak, nggak boleh Bi Inem atau siapapun! " suruh Afifa pada Akhtar. Ia mengatakan itu karena nasi goreng yang dibuat oleh Akhtar sangatlah enak. Namun ia gengsi untuk mengatakannya.
Akhtar berfikir sejenak. Mengapa Afifa menyuruhnya untuk memasak nasi goreng? Kenapa harus dia yang memasak? Apa jangan-jangan?
Akhtar tersenyum untuk menahan gejolak tawanya yang akan menggelegar. Namun tawa itu tidak bisa di tahan dan akhirnya tawa itu keluar dari mulut Akhtar.
"Hahahahahaha!!! " tawa Akhtar sambil memegangi perutnya.
Afifa mengernyitkan dahinya. "Kenapa bapak ketawa? Emang ada yang lucu?! "
"Dek... Dek... Kamu itu yang lucu bukan Mas" jawab Akhtar sambil tertawa.
Afifa tetap saja tidak paham. "Maksud bapak apa ya? "
"Kamu ngaku aja kalau nasi goreng buatan saya itu enak. Makanya kamu suruh Mas masakin kamu" kemudian Akhtar tertawa.
Mata Afifa melotot. Bagaimana dia tahu jika nasi gorengnya sangat enak? Dan kenapa dia tahu kalau aku gengsi?
"Bapak jangan sembarangan nuduh ya? Saya cuman pengen makan nasi goreng bapak aja. Nggak gara-gara nasi goreng bapak enak kok" Afifa berusaha untuk mengelak dari apa yang dituduhkan Akhtar kepadanya.
Akhtar berhenti tertawa. Lalu ia menatap mata Afifa hingga tatapan mereka terkunci.
"Mas tahu semuanya kalau kamu lagi bohong. Mas bisa lihat dari mata indah kamu ini" ucap Akhtar sambil memegangi mata Afifa dengan lembut.
Afifa mendorong d**a Akhtar dengan kasar. Lalu ia pergi dari situ. Tapi tiba-tiba ia terpeleset saat ia menginjak lantai yang masih basah karena baru di pel oleh Bibi.
Namun sebelum terjatuh ada tangan kokoh yang menangkap tubuh Afifa. Tatapan mereka terkunci. Jarak wajah mereka hanya beberapa centi saja. Akhtar menatap wajah Afifa. Sangat cantik.
Afifa menatap Akhtar. Deruan nafas yang menerpa wajahnya membuatnya merasa hangat dan nyaman. Sadar atas apa yang dilakukan, ia mendorong kembali d**a Akhtar hingga menjaub dari darinya.
"Udah saya mau pergi" setelah mengucapkan itu, Afifa pergi dengan membanting pintu.
Akhtar tersenyum melihat tingkah Afifa. Ia bersyukur bisa mendampingi Afifa. Ia berharap Afifa akan membalas cintanya.
Kemudian Akhtar mengikuti Afifa dari belakang tanpa di ketahui oleh Afifa. Karena ia takut Afifa akan melakukan hal-hal yang aneh.
Alhamdulillah part ini selesai juga.
Maaf kalau jelek.
Maklum, masih awal-awal.
Maaf kalau feel-nya nggak dapet.
See U