DUA

1284 Kata
Menggandeng tangan Elena layaknya suami istri yang sedang menggandeng anaknya. Mereka sudah biasa pergi seperti itu. Kinar juga sudah biasa jika mengajak Elena jalan-jalan seperti sekarang ini. Ia juga sudah terbiasa diteriaki jika telat bangun dan mengantar Elena ke sekolah. Atau sore hari mengantar Elena ke tempat les piano. Anak gadis itu memang pintar, sesuai dengan didikan papanya. Tapi, kadang menyebalkan adalah ketika Kinar ikut makan saat program diet yang dilakukan oleh Kinar menurunkan berat badan terganggu oleh Elena. Anak itu memang sangat manja kepada dirinya. Andai saja Elena manja kepada Argi. Mungkin itu adalah hal yang wajar, karena pria itu merupakan papa anak tersebut. Argi memang sengaja mengajak Elena jalan-jalan jika ada waktu senggang. Pria itu memang sangat luar biasa meluangkan waktu untuk sang anak. Pernah nyonya besar mengajak mereka tinggal bersama, tapi Argi menolak dengan alasan bahwa Elena harus hidup mandiri dan tidak bergantung kepada sang nenek. Tapi tidak berlaku untuk Kinar, perempuan yang harusnya menikmati masa-masa indah pacaran untuk menemukan pendamping sejati, justru harus merawat anak kecil itu hingga besar seperti sekarang ini. Dia memang berpengalaman dalam mengasuh anak. Dia kemudian mendaftarkan diri ke salah satu lembaga penyalur pengasuh anak. Bertemulah di sini dengan pria itu. Tangan Elena menunjuk ke arah tempat bermain. "Elena, makan dulu!" tawar Argi. Tapi jangan harap anak itu akan menurut kepada papanya. Karena beda cerita jika Elena menurut kepada sang papa. "Kak Kinar, boleh kan?" tanya Elena kepada Kinar yang sedang menggandeng anak itu. Kinar tersenyum, "Tapi janji setelah main, harus makan yang banyak! Kakak nggak mau temani main kalau Elena nggak mau makan," kata Kinar. Kemudian anak itu langsung tersenyum riang. Beda halnya dengan Argi yang justru tak berekspresi apa pun. Argi mengalah dan akhirnya mengisi voucher untuk bermain anaknya hingga puas. Karena ajakannya tadi benar-benar bagus untuk memancing Elena agar makan. tapi justru anak itu memilih bermain. Karena perbuatan Kinar yang memperbolehkan, maka dia harus menunggu anaknya untuk bermain di sana. Sudah sering mamanya membawakan calon istri untuk dirinya. Tapi satupun tidak ada yang lolos sebagai kandidat karena Elena tidak menyukai mereka semua. Lagipula Argi tidak ingin jika anaknya nanti diasingkan oleh para perempuan yang ingin mencalonkan diri sebagai mama tiri Elena. Mamanya sering memojokkan dirinya sebagai gay karena tidak ada yang diminatinya satupun dari beberapa perempuan cantik yang dipilihkan oleh mamanya. Bukan karena dia tidak mau, tapi karena dia lebih fokus merawat Elena semenjak istrinya meninggal pasca melahirkan Elena. Itu juga masih menjadi kekesalan tersendiri bagi Argi. Dia menikah juga karena paksaan mamanya dulu. Itu juga karena rumor tersebut, padahal kehadiran Elena sudah cukup membuktikan. Tapi, mamanya memang lebih banyak bicara dibandingkan dengan bungkam mengenai mengurus anak. Dia melihat anaknya naik di beberapa wahana dengan tetap diawasi oleh Kinar. Ya, dia akui jika gadis yang satu ini memang cekatan. Sekalipun belum menikah, tapi selalu ada cara untuk membuat Elena mengalah. Kadang dia khawatir jika Kinar berhenti nanti mengurus Elena, pasti anak itu akan sangat kesepian. Kinar pernah mengatakan bahwa dirinya akan berhenti ketika Elana TK nanti. "Papa!" teriak Elena memanggilnya dari atas sana. dia hanya melambaikan tangannya ketika anaknya sedang bersama dengan gadis itu. Argi sudah membelikan begitu banyak barang mahal, gaji yang tinggi untuk seorang pengasuh. Itu dilakukan agar Kinar jangan sampai berhenti. Dengan fasilitas yang baik pula. Agar gadis itu betah di rumahnya. Kembali lagi pada keputusan Kinar yang sudah dia sepakati dulu bahwa dia akan membiarkan Kinar pergi nanti. Mamanya juga pernah mengatakan untuk memperpanjang kontrak Kinar. Tapi, dia tidak ingin egois. Mungkin gadis itu akan menikah nanti ketika pulang kampung. Dia hanya bisa mengucapkan terima kasih, di kesibukannya yang padat. Ada gadis itu yang selalu membantunya mengasuh si kecil. Argi menunggu sampai bosan di sana. itu sudah menjadi kebiasaan jika dia mengajak anaknya untuk jalan-jalan. Pasti akan berakhir dengan permainan. Apa pun akan Argi lakukan demi membahagiakan si kecil. Ini adalah hadiah terindah dari Tuhan untuknya. "Pa, Elana nggak mau makan," Argi menoleh begitu melihat Elena yang merengek tidak mau makan. "Kenapa? Tadi udah janji setelah main mau makan," "Nggak lapar, Pa," "Gimana makannya tanding sama Kak Kinar? Nanti boleh makan es krim," Kinar! Benar-benar dia menguji kesabaran Argi. Pria itu sangat menjaga anaknya untuk tidak mengkonsumsi es krim. Takut jika anaknya nanti sakit gigi. "Oke, tapi kita beli ayam krispi ya!" pinta Elena. Kinar langsung mengangkat jempolnya. Argi menyeringai ingin mengerjai pengasuh anaknya ini. Dia akan memesan satu ember ayam krispi untuk perempuan yang sudah menguji kesabarannya sedari tadi. Begitu masuk, Argi sudah menyiapkan rencana untuk membuat gadis itu jera. Karena Kinar yang sibuk bercanda dengan Elena membuat gadis itu tidak mendengar pesanan Argi. Pesanan pun datang, "Makan yang banyak ya anak, Papa!" kata Argi. "Harus dihabisin sayang, biar nanti Papa belikan mainan baru untuk, Elena!" "Tuh kak Kinar. Kita harus habisin kata, Papa," ucap Elena. "Terus kak Kinar mau dibeliin apa?" lanjut Elena. "Apa aja nanti Papa belikan. Yang penting makannya yang harus habis. Nggak boleh disisain!" kata Argi ketika dia hendak menikmati spaghetti yang dia pesan tadi. Sedangkan di sana juga sudah tersedia es krim seperti yang di minta oleh Elena. Kinar sedang sibuk makan bersama dengan Elena. Dia melihat perempuan itu benar-benar bisa mengambil hati Elena. "Pak, tadi waktu Bapak tidur Nyonya telepon. Dia bilang besok ada perempuan yang mau datang ke rumah, katanya sih calon istri bapak," Argi sibuk dengan spaghetti tanpa mengangkat kepala memerhatikan Kinar yang berkata demikian. "Bantu saya! Bilang kalau kamu calon istri saya. Maka semuanya akan selesai," "Sama Nyonya yang jelas. Kalau saya ngaku, yang ada saya dibunuh sama Nyonya," Argi mengangkat sebelah alisnya kemudian minum dan memperhatikan gadis di depannya ini. Kinar yang tidak peduli saat Argi memperhatikannya. "Kamu bilang saya gay! Maka semua juga akan selesai, Kinar. Saya sudah bilang ke Mama kalau saya nggak suka perempuan yang datang ke rumah untuk cari muka di depan Elena. Lagipula saya nggak bakalan mau sama mereka," "Apa rumor itu benar?" "Rumor apa?" Kinar menelan makannya dengan susah lalu minum, "tentang Bapak yang gay. Begitukah, Pak?"  Sialan, padahal dia sengaja mengatakan hal itu agar Kinar bisa diajak kompromi menyelamatkan dirinya dari beberapa perempuan yang mengejarnya. Argi sendiri tahu bahwa sebagian besar perempuan itu akan mencari Argi hingga ke kantor. Sungguh, dia benci harus berhadapan dengan perempuan. Dia lebih memilih untuk merawat anaknya seperti sekarang ini tanpa ada gangguan dari siapa pun. Lagipula anaknya begitu bahagia dengan Kinar. Jadi, tidak suka jika mamanya terlalu ikut campur tentang kehidupannya. "Kamu mau bukti?" "Bukti apa?" "Kalau saya ini masih normal," "Caranya?" "Buat adik untuk Elena," goda Argi. Sesekali dia ingin melihat ekspresi kesal gadis ini. "Hueeek, saya masih perawan ya, Pak. Lagian nggak mau tuh sama Bapak," "Kamu pikir saya serius? Kamu dekil kayak gitu," katanya. "Mulutnya, Pak. Astaga," "Mulutmu juga dijaga yang bilang saya gay," "Bapak yang bilang gitu," "Itu berlaku untuk perempuan yang mau datang besok, Kinar. Kamu lama-lama kok tambah bego ya," "Efek capek jagain anak Bapak," "Tanggung jawab kamu," katanya. "Kamu nggak pulang kampung?" "Nggak boleh pulang kata nenek," "Kenapa? Jenguk nenek kamu sesekali, ajak Elana. Nanti saya yang jemput," "Nggak dibolehin, Pak. Katanya di suruh di sini aja," "Kamu durhaka banget jadi cucu. Neneknya dibiarin sendiri," "Nenek nggak bolehin, Pak," "Ya udah sih, terserah kamu aja. Saya cuman saranin kamu jenguk nenek kamu. Kasihan banget soalnya sama beliau, udah tua gitu," "Lagian saya bentar lagi kan mau pulang, Pak. Jadi nggak masalah dong kalau ninggalin dulu," Ucapan itu menjadi penutup perbincangan mereka. Kali ini mereka berada di dalam mobil. Argi memilih menyetir sendiri ketika sedang jalan-jalan bersama Kinar dan juga Elena. Melihat disebelah kirinya Kinar tertidur dan juga Elena yang begitu lelap dipelukan Kinar membuatnya kasihan kepada anaknya, bukan kepada Kinar. Jangan harap jika Argi menaruh sedikit saja rasa perhatian mengenai lelahnya Kinar menjaga Elena yang begitu aktif. Ketika makan tadi, Argi memaksa Kinar menghabiskan makanan. Perempuan itu menurut. Argi tahu Kinar sedang berusaha diet, bukan karena tidak ingin jika Kinar diet. Tapi takut diet ekstrim Kinar justru menjadi bahaya. Biarlah apa pun yang di makan oleh Kinar. Asalkan perempuan itu makan banyak. akan lebih repot jika Kinar sakit dan tidak bisa mengasuh Elena lagi nantinya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN