Bab 2 - Kenyataan Pahit

1700 Kata
"Sayang, jangan ngambek lagi, em? Aku kan sudah memberinya pelajaran kemarin ini. Ayolah!" bujuk Amar pada Christina. "Tidak mau!" tolak Christina tegas. Dia sengaja mempermainkan Amar. Agar pria itu berbuat sesuatu pada Rheiny. Christina sangat senang, jika sahabatnya-Rheiny menderita. Jika tidak seperti itu, mana mungkin Christina dengan sengaja menggoda suami sahabatnya. Sejak awal Christina tidak menyukai sahabatnya yang selalu saja dengan mudahnya mendapatkan apa pun tanpa berusaha keras. Berbeda dengannya, Christina harus selalu berusaha dengan keras lebih dulu, barulah dia mendapatkannya. Namun, apa yang dia dapatkan juga selalu saja berada di bawah Rheiny. Dia selalu merasa saja merasa kalah dari Rheiny. Padahal Rheiny tidak pernah sekalipun bersaing dengan Christina. Contohnya seperti saat ini, dia harus bersusah payah merayu dan menggoda Amar selama beberapa waktu, sampai akhirnya Amar jatuh ke dalam genggamannya. Dia sudah merencanakannya sejak awal pernikahan Rheiny dan Amar. Dia berusaha mati-matian menggoda Amar, untuk menghancurkan pernikahan sahabatnya-Rheiny. Dia sangat membenci melihat Rheiny bahagia. Christina ingin membuat Rheiny menderita dan jatuh hingga terpuruk. Oleh sebab itu, dia menggoda Amar. Lagipula Christine merasa Amar cukup tampan dan dia menyukainta. Amar pria yang gagah, cukup tampan, dan memiliki pekerjaan yang baik. Tidak ada ruginya bagi Christina merebut Amar dari Rheiny dan keluarga Amar juga sangat baik. Awalnya Amar dan keluarganya bersikap baik pada Rheiny. Namun, entah sejak kapan, keluarga Amar mulai berubah setelah beberapa bulan pernikahan Rheiny dan Amar. Mungkin saja memang itulah sifat asli dari keluarga Amar yang tidak diduga oleh Rheiny. Namun, wanita itu masih dapat menoleransinya. Meski dia disuruh berhenti bekerja dan sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga, walaupun mereka belum memiliki anak. Semakin lama, keluarga Amar semakin besar kepala dan melakukan hal yang lebih terhadap Rheiny. Memalukannya, menghinanya, dan menjadikannya seperti seorang b***k. Amar hanya diam saja. Awalnya dia membela Rheiny. Namun, saat dia sudah jatuh dalam genggaman Christina. Amar malah ikut-ikutan menyalahkan Rheiny dan memperlakukannya dengan buruk. Pria itu bahkan sampai main tangan terhadap Rheiny. Rheiny pernah mengalami keguguran akibat ulah Amar yang memukulinya. Namun, bukan Amar yang disalahkan, melainkan Rheiny yang dianggap tidak bisa menjaga diri saat sedang hamil. Mulai sejak itu, Amar semakin menjadi-jadi, karena merasa dibela oleh orang tuanya. Amar menjadi semakin ringan tangan pada Rheiny. Sedikit saja Rheiny bersuara, Amar yang tidak suka akan semakin memukulinya. Hal seperti itu terus terjadi saat kehamilan Rheiny untuk kedua kalinya. Amar bahkan tidak ada disaat Rheiny sedang melahirkan anak mereka, yang saat ini berusia lima tahun, yaitu Valden Channing. Rheiny bersusah payah pergi ke rumah sakit seorang diri dan kembali pulang ke rumah seorang diri tanpa ada satu pun yang membantunya. Jangankan membantu, menengok dirinya setelah melahirkan pun tidak. Mereka bahkan tetap menyuruh-nyuruh Rheiny membersihkan rumah dan melakukan semua yang biasa dia lakukan, meski mereka tahu, ahwa Rheiny baru saja pulang dari rumah sakit. Mereka tidak mempedulikan kondisi Rheiny yang harus beristirahat agar bisa cepat pulih. tujuh tahun pernikahan, selama tujuh tahun itu juga Rheiny merasakan berada dalam neraka. Bahkan yang tidak disangka oleh Rheiny adalah mereka juga menyiksa putra semata wayangnya. Rheiny berpikir jika mereka sangat menyanyangi Valden. Akan tetapi, setelah mengetahui fakta yang sebenarnya. Hal itu membuat Rheiny semakin terpukul. Dia tidak masalah jika harus diperlakukan dengan buruk. Namun, dia tidak akan pernah bisa menerima kalau putranya harus mengalami hal yang serupa. Betapa jahat dan kejamnya mereka pada seorang anak kecil. Mereka menanamkan sesuatu yang tidak seharusnya. Rheiny marah, dia murka. Dia berusaha bangkit dan mencoba untuk keluar dari keluarga terkutuk itu. Rumah yang mereka tempati adalah rumah miliknya, rumah yang ditinggalkan kedua orang tuanya dulu. Rheiny akan mengajukan gugatan cerai dan mengusir mereka dari rumahnya. Seperti itulah rencana yang disusun oleh Rheiny. Dia diam-diam mengumpulkan bukti dan mencoba bersabar. Sembari melakukan hal itu, dia tidak pernah lagi meninggalkan putranya seorang diri di dalam rumah. . . . "Vald, kamu bisakan tunggu di sini? Mama akan masuk sebentar," ucap Rheiny pada Valden dengan lembut. Rheiny sekilas melihat pantulan dirinya dicermin beberapa saat lalu. Dia melihat ada satu bagian diwajahnya yang menampilkan memar akibat pukulan Amar dua hari lalu. Rheiny ingin menutupi memar diwajahnya dengan bedak. "Hem, aku akan diam dan tidak kemana-mana," jawab Valden cepat. "Anak pintar! Teriak dan panggil Mama saat ada orang yang mendekatimu dan jangan pernah menerima apa pun dari orang asing," ucap Rheiny dan putranya pun mengangguk tanda paham. Rheiny sudah sering kali mengajari dan memberitahu putranya tentang hal ini. Jadi Valden sudah sangat paham betul apa yang harus dilakukannya. Valden anak yang cepat dewasa, bahkan mungkin terlalu dewasa untuk ukuran anak umur lima tahun. Dia melakukannya agar tidak membuat ibunya-Rheiny bersedih. Dia berusaha melakukan apa pun untuk membantu ibunya. "Hey, anak kecil!" tandas seseorang. "Minggir dan jangan menghalangi jalan!" perintah seorang pria dewasa dengan tegas dan menatap tajam Valden. "Kenapa aku halus minggil? Bukannya masih banyak jalan yang lain, yang bisa kalian lewati?!" sergah Valden tanpa merasa takut. Menurutnya, kehadiran para pria itu tidak lebih menakutkan daripada orang-orang yang ada di dalam rumahnya. "Kamu...!" Saat pria itu hendak maju, seorang pria lain yang berada di belakangnya menghentikannya, hanya dengan berdeham. Pria tersebut langsung menunduk pada pria di belakangnya dengan hormat. "Maaf ya Mama lama," ucap Rheiny begitu keluar tanpa melihat kesekelilingnya lagi. Mata Rheiny hanya tertuju pada putranya, sampai dia tidak tahu bahwa putranya sedang berhadapan dengan beberapa pria yang memiliki tubuh tinggi dan besar serta menyeramkan. "Sekarang ayo kita pergi!" seru Rheiny mengajak Valden sambil membetulkan jaket yang kenakan putranya dan setelahnya Rheiny pun bangkit berdiri. "Maaf, kami permisi untuk lewat," ucap Rheiny sopan dan suara lembutnya terdengar merdu ditelinga seseorang. "Mama tidak sudah belkata maaf. Kalena paman-paman itu yang menggangguku lebih dulu. Meleka mengancam dan menyulun aku minggil. Lalu dia...!" tunjuk Valden pada pria yang tadi mengomelinya. "Dia hendak memukulku tadi!" adunya lagi pada sang Ibu. Membuat tatapan Rheiny yang lembut dan sopan berubah menjadi tajam. Namun, Rheiny tidak serta merta mendengarkan perkataan putranya. Dia mencoba mencerna situasi dan baru bertindak. "Maaf, jika putra saya menghalangi jalan Anda semuanya. Tapi, bukankah kita sebagai orang dewasa bisa melakukan atau meminta dengan baik tanpa mengintimidasi? Toh yang ada di hadapan kalian tadi hanya seorang anak kecil berumur lima tahun, yang tidak bisa berbuat hal jahat pada kalian yang seperti ini," ucap Rheiny masih dengan nada yang sopan. Walau tidak dipungkiri, ingin sekali Rheiny memaki mereka. Namun, dia mengurungkan niatnya tersebut. Dia mengakui kalau dia kalah dari segi kekuatan dan jumlah. Meski berhadapan satu banding satu pun dia tetap akan kalah. Oleh karena itu, yang dapat dilakukannya saat ini hanyalah memprotes tindakan mereka dengan perkataan. Membuat pria-pria itu malu karena sampai harus bertindak berlebihan hanya untuk menghadapi seorang anak kecil. "Ja ...!" ucapan seseorang terpotong karena kemunculan Amar ditengah-tengah mereka. "Rheiny!" teriak Amar dan membuat kaget Rheiny beserta putranya. "A-amar?!" Rheiny dengan wajah tegang memanggil nama suaminya terbata-bata. Dia langsung memposisikan dirinya berada di depan putranya dan menyembunyikan Valden. Instingnya melakukan hal itu, setelah mengetahui fakta bahwa putranya mengalami siksaan dari ayah kandungnya sendiri. "Ngapain kamu di sini, hah?!" bentak Amar dengan berbisik. Wajahnya pun terlihat marah dan murka. Dia menatap Rheiny dengan tatapan tajam dan sini, seakan-akan hendak melahap Rheiny. "M‐maaf, tadi aku tidak sengaja lewat. Aku bukan ingin mendatangimu, aku hanya tidak sengaja lewat depan kantormu saat hendak pergi berbelanja bulanan," jelas Rheiny dengan mengernyitkan dahinya. Dia takut jika Amar akan memukulnya di tempat umum ini. Bukan sakit yang akan dia rasakan, melainkan malu karena diperhatikan oleh semua orang di tempat ini. "Kamu!" saat tangan Amar setengah terangkat. Sebuah suara bariton rendah menghentikannya. "Amar!" panggil seorang pria yang memiliki suara bariton rendah, yang terdengar datar dan dingin. Pria itu juga menatap Amar tajam, saat dia hendak memukul Rheiny ditempat umum. "Siapa kamu beraninya memanggilku dengan tidak sopan?!" bentak Amar tak peduli. Dia berada seolah di atas awan karena memiliki posisi yang bagus di Perusahaan tempat dia bekerja saat ini. "Jangan kurang ajar!" bentak pria yang ada di samping pria yang memanggil Amar. Lalu, pria itu menyuruh anak buahnya mengurus Amar. Mereka memaksa Amar menjauh dari Rheiny, membuat Amar semakin murka. Amar menganggap, jika istrinya-Rheiny berselingkuh di belakangnya. Menemui pria lain secara diam-diam tanpa sepengetahuannya. "Terima kasih!" ucap Rheiny pada pria yang sudah membantunya itu. Setelah mengucapkan rasa syukur, Rheiny tergesa-gesa membawa putranya pergi dari sana. Pria itu menatap Rheiny lekat, sampai akhirnya Rheiny tak terlihat lagi oleh pandangan matanya. . . . "Tuan Aland?!" panggil Tanu bingung. Karena tidak seperti biasa, majikannya yang selalu fokus dan tak pernah mengalihkan pikirannya sedetik pun dari pekerjaan. Sekarang malah melamun dan memikirkan hal lain. "Ya?! Lakukanlah seperti itu, tapi sebelumnya minta mereka ubah bagian akhirnya!" perintah pria yang dipanggil Aland tersebut. "Baik, Tuan!" "Tanu, cari tahu secara menyeluruh tentang wanita tadi!" perintah Aland yang begitu dadakan, membuat Tanu kebingungan. Masalahnya, majikan yang bernama Aland Wycliff ini. Tidak pernah satu kali pun merasa begitu penasaran atau ingin dekat dengan seorang wanita. Sampai dia sendiri pun meragukan kenormalan majikannya. Aland Wycliff, seorang pengusaha sukses diusianya yang masih terbilang muda, yaitu tiga puluh tahun. Dia berada dari kalangan atas yang tidak tersentuh oleh orang lainnya. Berasal dari keluarga kolongmerat, menjadikan Aland Wycliff pria yang sangat diminati oleh wanita di luar sana. Pasalnya, meski Aland adalah pria yang dingin dan arogan. Hal itu tidak membuat nilainya jatuh dimata para wanita. Dia merupakan calon suami nomor satu yang diidamkan oleh semua wanita itu. Namun, tidak pernah ada satu wanita manapun yang berhasil menaklukan hati Aland. Sebab pria itu akan langsung menatap dingin wanita yang berani mendekatinya, sehingga mereka akan kabur dengan sendirinya. Dia bukan pria yang dengan mudah jatuh dalam bujuk rayu wanita, berbanding terbalik dengan suami Rheiny yang suka berselingkuh dan bermain api. Aland, pria itu sepertinya tertarik pada Rheiny. Oleh sebab itu, dia meminta orang kepercayaannya untuk mencari tahu semua hal tentang Rheiny. Entah mengapa, ada sesuatu dihatinya yang merasakan getaran saat bertemu dengan Rheiny. Padahal Aland bukan tipe pria yang percaya akan jatuh cinta pada pandangan pertama. Aland juga sempat merasa kasihan pada Rheiny. Meski dia berusaha menutupi lebam diwajahnya, hal itu tetap terlihat dimatanya. Lebam sebanyak dan separah itu, tidak akan mungkin dapat ditutupi oleh make up. Meski sesempurna dan seahli apa pun seseorang dalam berdandan. Mengingat hal itu, membuat hati Aland merasa kesal dan mengepalkan tangannya. Dia sendiri juga merasa bingung dan aneh. Mengapa dirinya bisa menjadi seperti ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN