Episode 1 : Prolog

371 Kata
“Dari mantan, menjadi mempelai.” Windy Prissila Munaf, ditinggalkan oleh Kevin calon suaminya dengan alasan yang tidak jelas, tepat ketika pernikahan mereka tinggal 25 hari lagi. Windy sampai mencoba bunuh diri dan nyaris meregang nyawa lantaran tak sanggup menghadapi kenyataan, sebab Kevin tetap memilih perpisahan. Sandy Agusta Rahman, seorang pewaris tunggal sekaligus CEO dari perusahaan Suverior Tekstil selaku salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia dan sudah mencakup pasar Internasional. Sandy merupakan sahabat di masa lalu Windy yang langsung melamar Windy, tepat ketika Windy baru siuman. Sandy yang dulunya playboy tapi dikenal sebagai pribadi yang baik oleh orang tua Windy, berhasil meyakinkan Ardan papah Windy. Namun, Windy tetap tidak yakin kepada Sandy, apalagi Sandy merupakan alasan Windy menutup hati sebelum akhirnya Windy melabuhkan hatinya pada Kevin. Kevin Argo Purba merupakan pemilik sekaligus pemimpin dari Start Gold Vision, selaku PH tempat Windy bernaung. Di masa lalu, Kevin memiliki percintaan yang buruk, dan membuatnya sulit berkomitmen, ditambah hasutan jahat Nana kemenakan Windy, mengenai Windy yang membuatnya semakin sulit berkomitmen. Akan tetapi, ketika Kevin mengetahui kebenaran Kevin tidak bersalah, semuanya sungguh sudah terlambat. Semuanya tidak bisa Kevin ubah. Di mana yang ada, takdir justru mempertemukannya dengan Yasmine—mantan sekaligus cinta pertama yang membuat Kevin sulit berkomitmen, tepat di resepsi pernikahan Windy.  Yasmine merupakan cinta pertama Kevin. Namun, karena latar belakang Yasmine dari keluarga miskin, Syilla mama Kevin yang tidak menyukai hubungan keduanya, diam-diam menjual Yasmine dan membuat Yasmine hancur sehancur-hancurnya termasuk di mata Kevin. Namun, apa jadinya jika Kevin yang masih menyikapinya dengan sangat dingin, justru menyeretnya ke dalam pernikahan, setelah Kevin menariknya dari pernikahan paksa yang nyaris menjerat Yasmine, karena Yasmine menjadi pembayar hutang sang kakak tiri? *** Kepada : Kevin [Aku ingin bertemu. Secepatnya. Di taman biasa, dekat rumahku. Ini tentang pernikahan kita.] Windy mengusap kedua lengannya silih berganti. Tatapannya menyisir suasana taman yang masih saja sepi. Laki-laki itu belum datang—tunangannya yang sudah ia kirimi pesan berulang kali.  Harap-harap cemas, itulah yang kini terjadi di hati Windy. Terlebih, semenjak mengatakan tidak bisa melanjutkan semua persiapan pernikahan yang sudah hampir rampung, tunangannya memang sulit dihubungi.  Hubungan mereka semakin tidak jelas, mengambang tanpa kepastian. Padahal, hari pernikahan sudah tinggal dua puluh lima hari lagi.   Apa jadinya, bila tunangannya tetap tidak datang bahkan serius untuk mengakhiri hubungan mereka?  Windy harap, apa yang terjadi sekarang hanya bagian dari kekeliruan.  **** 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN