2. Bos Yang Suka Memaksa

1052 Kata
Clara tercengang mendengar perkataan Darel, bagaimana bisa orang nomor satu di Kendrick Corp ini memintanya menjadi seorang istri. "Tidak! Ini sungguh tidak masuk akal, mungkinkah dia sedang mabuk?" batin Clara. Lalu mata Clara menjelajahi seluruh ruangan bosnya ini, tidak ada sama sekali minuman keras yang tersimpan di ruangan ini. "Kamu sedang mencari apa?!" tanya Darel sedang berteriak, dia merasa kesal karena Clara tidak menanggapi ucapannya yang mengajak Clara untuk menikah, bukan lebih tepatnya menjerat. "Maaf, saya hanya memastikan apakah di sini ada botol minuman keras," ujar Clara lirih. Mendengar jawaban polos Clara membuat Darel tersenyum sinis. "Kurang ajar sekali dirimu, berani-beraninya menganggapku mabuk! Bukannya menanggapi perkataanku, kau malah berpikir buruk tentangku! Punya nyawa berapa kamu, hingga seberani itu!" ujar Darel sinis. Clara tergagap menjawab ucapan Darel. "Maafkan atas kelancangan saya, tapi apakah tidak ada cara yang lain, sangat tidak lucu jika saya yang notabene nya hanya seorang office girl bisa menikah dengan Anda," sahut Clara berani, dia memang tidak ingin menjalani kehidupan rumah tangga bersama seorang lelaki yang tidak dicintainya. "Baiklah kalau begitu, Axel!!" Darel berteriak memanggil sekretarisnya yang berada di luar. "Iya, Tuan!" sahut Axel setelah mendekat. "Seret gadis ini ke kantor polisi sekarang juga! Dan pastikan dia tidak boleh keluar kecuali sudah tinggal nama!" perintah Darel yang tidak bisa dibantah. Clara yang mendengar perintah Darel, refleks langsung berlutut mencengkeram kaki Darel mengiba. "Ampun Tuan, ampuni saya, saya tidak mau masuk penjara, tapi saya juga tidak mungkin menjadi istri Tuan Darel, lagipula orang tua Anda juga tidak akan menyetujui ide Anda untuk menikah dengan saya." Clara mendongak dengan wajah yang sudah basah penuh dengan air mata. Clara memandang kedua orang tua Darel yang tampak duduk santai di tempatnya, berharap kedua orang tua itu juga tidak menyetujui ide Darel, namun kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan. "Siapa yang tidak setuju, iya 'kan Yah! Kami sudah lama ingin segera mempunyai menantu, jadi kami tidak masalah dengan siapa yang dijadikan istri oleh Darel, asalkan dia perempuan yang setia," sahut ibu Darel yang bernama Melly. "Iya, aku menyetujui pemikiran istriku, aku memang membebaskan Darel memilih pendampingnya sendiri," ujar William ikut menimpali. Clara terkejut mendengar kenyataan ini, lalu wajahnya kembali mendongak ke arah Darel yang hanya menyeringai, Clara merinding melihat senyuman aneh yang terbit di wajah Darel, hingga dirinya tidak sadar memegang kaki Darel lumayan lama, Clara benar-benar lupa dengan kejadian di lobby tadi. Sedangkan Darel tersenyum senang dalam hati, dia sama sekali tidak risih dengan tangan Clara yang memegang kakinya, bahkan dia berniat akan menyimpan celana ini tanpa mencucinya dahulu, akan dia jadikan celana bersejarah untuk mengabadikan pertemuannya dengan Clara. "Lalu apa pilihanmu?!" tanya Darel dingin. Clara menelan salivanya, "Masa bodoh dengan pernikahan tanpa cinta, daripada aku harus menderita seumur hidup di penjara," batin Clara sedih meratapi nasibnya. "Baiklah," sahut Clara lemah. "Apa?! Kalau bicara itu yang jelas!" bentak Darel tanpa perasaan. Membuat Clara hingga terperanjat mendengar teriakan Darel. Sedangkan orang tua Darel hanya menggelengkan kepala saja melihat kelakuan anaknya. "Baiklah, saya mau menikah dengan Anda," ulang Clara meski lirih namun terdengar sangat jelas. "Pilihan yang bagus, sekarang kembalilah bekerja!" Dengan sopan Clara pamit undur diri, saat sampai di luar ruangan Darel, tubuhnya merosot ke lantai. "Tuhan ... Cobaan apa lagi ini, ayah ... Ibu ... Clara rindu kalian, aku ingin ikut kalian saja," gumam Clara sambil meneteskan air mata. *** Jam kantor telah usai, kini waktunya semua pekerja kembali pulang, termasuk Clara yang sudah menyelesaikan pekerjaannya. Bus adalah alat transportasi yang digunakan Clara untuk berangkat dan pulang dari kantor, menuju ke sebuah apartemen biasa yang menjadi tempat tinggalnya. Hidupnya berbeda seratus delapan puluh derajat pada waktu ia kecil, setelah ibunya meninggal, ayahnya menikah lagi dengan janda yang mempunyai anak seumuran dengannya. Kedua wanita itu orang yang baik, namun musibah menimpa kehidupan mereka, hingga membuat Clara terpisah dengan ibu dan saudara tirinya tersebut. Sedangkan ayah Clara meninggal akibat musibah kerampokan yang membuat keluarga Clara akhirnya jatuh miskin. Di negara Singapura ini, adalah tempat Clara mengenyam pendidikan terakhirnya, ibu tirinya dulu memberi saran jika Clara harus bisa belajar hidup mandiri dengan cara bersekolah di luar negeri. Clara memilih Singapura karena ini adalah tempat tanah lahir ibunya, untuk itu dia sama sekali tidak keberatan meninggalkan California. Saat mendengar ayahnya meninggal, Clara ingin kembali ke California, namun sialnya dia kecopetan hingga tidak bisa kembali lagi ke negaranya, dan semenjak saat itu Clara terkurung di negara ini dengan hidup penuh kesusahan, beruntung nasibnya masih baik karena diterima bekerja di perusahaan terbesar di Asia yaitu Kendrick Corp. Clara memasuki apartemennya dengan gontai, kepalanya masih pusing memikirkan nasibnya ke depan. Kehidupan pernikahan masih sangat jauh di angan Clara, namun dia sadar sudah tidak bisa lagi menghindari takdir yang sudah berada di depan matanya saat ini. Beruntung tadi Clara bisa menghindari Darel dengan alasan sakit perut, dia masih benar-benar belum siap jika harus membahas pesta pernikahan yang harusnya sudah siap untuk direncanakan. Namun ketenangan sementaranya harus benar-benar hilang ketika seseorang memencet bel pintu apartemennya. "Ayo pergi ke dokter sekarang!" ujar Darel yang sudah siap menarik tangan Clara untuk pergi. Clara terkejut dengan kedatangan Darel ke apartemennya, bagaimana bisa Darel tahu dimana tempat tinggalnya. "Tu- Tuan tidak perlu, saya hanya sakit perut biasa, tidak perlu sampai pergi ke dokter," sahut Clara panik. "Baiklah, kalau begitu aku juga cukup menemanimu hingga sembuh," sahut Darel santai. Darel tanpa canggung memasuki apartemen Clara, bahkan dia juga masih menarik tangan Clara. Sedangkan Clara sudah jangan ditanya lagi sampai tingkat apa kebingungannya, Clara benar-benar bingung dengan kelakuan aneh bos-nya. Padahal mereka baru saja bertemu, tetapi bosnya ngotot untuk bisa menikah dengannya, bukannya merasa senang justru Clara malah takut, takut jika bosnya memiliki niatan tersembunyi di balik pernikahan konyol yang akan dijalankannya ini. Clara menyebut pernikahan konyol, karena dua orang yang tidak saling mengenal menggunakan ikatan suci pernikahan yang sudah jelas tidak ada perasaan cinta, namun hanya untuk membayar sebuah ganti rugi. "Tuan Darel, saya minta maaf, tapi tolong bisakah Anda keluar, karena saya sungguh tidak nyaman berduaan di dalam apartemen bersama lelaki asing," ujar Clara lirih. "Kalau begitu kita keluar saja, selesaikan urusan rencana pernikahan kita, baru kamu bisa berada di dalam apartemenmu dengan nyaman. Jika kamu tidak mau, maka aku akan berada di sini hingga esok," ujar Darel menyeringai. Sedangkan Clara menyugar rambutnya frustasi, "Ya Tuhan ... Kenapa aku bisa punya bos yang selain garang dan arogan, dia juga suka memaksa!" keluh hati Clara. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN