2. Cari Aku!

1503 Kata
Dua puluh delapan tahun sebelumnya : * Seorang wanita tengah merasakan perutnya mulas dan terasa sangat panas. Sakit yang ia rasakan dari depan perut, menjalar ke bagian pinggang. Sudah lima jam dia merasakan hal ini. Dokter sudah memeriksa pembukaan dua kali saat ini pembukaan ke enam. Butuh empat senti lagi untuk bayi lahir. Selang beberapa jam, rasa mulas semakin menjadi, seperti ingin buang air besar. "Nyonya Chyntia, pembukaan anda sudah lengkap. Anda sudah siap?" tanya sang dokter setelah melakukan pemeriksaan dalam. Chyntia mengangguk. Ini adalah persalinan yang kedua, bukan yang pertama kali, jadi dia harus melewatinya dengan mudah. Jarak kehamilan yang kedua dari yang pertama lumayan jauh. Suaminya Joehan tidak tahan untuk tidak memiliki anak lagi. Peluh membasahi kening hingga bagian wajah. Kulit yang semula putih kini memerah. "Ayo mengejan!" Dokter memimpin persalinan. Chyntia menghirup udara dalam-dalam, mengumpulkannya di perut lalu mulai mengejan. Matanya mengkerut dan wajahnya pun sangat merah. Beberapa kali dia mengejan akhirnya suara tangisan bayi pun terdengar begitu kencang. "Selamat, anak kedua anda sehat dan anggota tubuhnya lengkap!" ujar sang dokter. Bayi yang tali pusatnya sudah di potong sekarang di simpan di depan d**a Chyntia. Joehan mencium kening sang istri dan mencium pipi bakpao bayi yang baru lahir beberapa menit ke dunia ini. Anak kedua mereka adalah seorang perempuan. "Terima kasih, Sayang!" bisiknya sambil menghapus keringat di kening Chyntia. "Ini ulahmu, tadinya aku ingin jaraknya lebih jauh, kasihan Caesar!" Chyntia kasihan pada Caesar Moeres, anak pertamanya yang masih kecil sudah memiliki adik. "Ups … maaf, siapa yang tidak tahan melihat istrinya se-sexy ini!" Tubuh Chyntia yang semula sangat langsing, setelah melahirkan menjadi lebih berisi, tidak hanya bagian pinggul dan pantatnya saja, bagian kedua buah da-danya juga ikut membesar, bak gitar spanyol. Model ini biarpun sudah memiliki anak dan suami, masih kebanjiran job, tapi dia menerimanya hanya sedikit, ada suami dan anak yang harus ia urus. Beragam iklan s**u ibu hamil, popok, dan produk-produk unggulan untuk ibu hamil dan bayi semuanya ingin Chyntia dan Caesar yang menjadi modelnya. "Ish … dasar!" Chyntia mencubit gemas pinggang Joehan. "Welcome to the world Rimelda Moeres. Call me Papa, ya!" Joehan mengusap halus pipi bayi perempuan yang ia berikan nama Rimelda Moeres. "Call me Mama, Nak!" Chyntia mencium puncak kepala anaknya. Dua puluh delapan tahun, usia Rimelda saat ini. Dia si gadis manja yang hidup bergelimang harta. Mamanya seorang model terkenal meskipun sudah tidak lagi muda, ayahnya CEO terkenal yang tampan dan sangat berwibawa. Kedua orang tuanya sangat memanjakan Rimelda. Rimelda anak kedua, sedangkan anak pertama adalah Caesar Moeres. Kakaknya ini sangat jahil dan suka sekali membuat Rimelda kesal. Menjadi orang kaya dan seorang model terkenal tidak menjamin kebahagiaan. Rimelda selalu di ikuti oleh penguntit, dia juga memiliki haters. Dia memulai karir sebagai model dari umur lima tahun. Ternyata dunia masa kecil yang begitu indah pun terenggut. Dia tidak tahu rasanya seperti anak-anak lain. Hingga saat ini, efeknya Rimelda manja dan melakukan segala sesuatu dengan bantuan asisten. Dia terbiasa hidup dengan pengawasan dan pelayanan, bahkan untuk memotong kuku sendiri saja tidak bisa. Memiliki hubungan tali kasih selama tujuh tahun ternyata tidak membuat Rimelda bahagia. Saat dia mulai belajar mencintai. Saat itu pula Sean meninggalkannya untuk menikah bersama wanita lain, model terkenal juga, saingan Rimelda. Kaca berbentuk persegi empat dan berukuran besar di hiasi banyak lampu. Di meja sudah berjejer beragam warna lipstik, blush on, eye shadow, brush dan alat make-up lain, sangat lengkap agar gadis cantik yang terlihat murung ini semakin menawan. "Masih bersedih karena kekasihmu menikahi gadis lain?" tanya Dora. Mungkin saja Rimelda bersedih karena di tinggal menikah. "Apakah dari raut wajahku saja tidak terlihat, Dora?" Rimelda melempar tatapan tajam. Dia tidak suka Dora yang bertanya padahal sudah tahu jawabannya. "Ups … maaf Rimelda. Wajahmu seperti mayat hidup jika tidak aku poles makeup. Sehancur itukah?" Dora sibuk memoles wajah Rimelda bagaikan kanvas, dia melukis agar Rimelda tidak terlihat pucat. Kali ini ada pemotretan produk parfum. "Aku tidak tahu apa ini rasanya, Dora. Mungkin lebih baik seperti ini daripada aku terus menyakitinya." Rimelda menghembuskan nafas kasar. Dia bingung dengan perasaannya saat ini. "Kau masih mencintai pria di masa kecilmu?" tanya Dora. Sudah sangat terlihat tapi Rimelda terus saja bingung. "Aku sama sekali tidak bisa melupakannya." Rimelda menggelengkan kepalanya. Pria di masa lalu begitu menarik hatinya. "Kamu berpacaran dengan pria tampan bertahun-tahun. Tapi perasaanmu mencintai pria lain yang tidak jelas keberadaannya." Dora tidak habis pikir. Memangnya cari orang itu mudah. Terlebih lagi, mungkin sekarang wajahnya banyak berubah. "Dia penyelamatku, Dora!" ujar Rimelda dengan nada tinggi. "Terserah …." Dora tidak mau ambil pusing urusan Rimelda, urusi urusan hidupnya saja sudah membuat sakit kepala. Seorang gadis yang merupakan asisten Rimelda datang membawa sebuah kontrak kerja. "Rimelda! Ada job yang pasti akan membuatmu gembira." Tawaran kerja ini siap ditandatangani Rimelda jika dia mau melakukannya. "Apa itu Gisel?" tanya Rimelda. Dia sibuk bekerja, jadwalnya sengaja di padatkan agar melupakan kesedihan di hatinya. Berita buruk di media sosial malah memberitakan bahwa Rimelda sengaja menyibukkan diri demi melupakan sakit hati di tinggal kekasih menikah lebih dulu. "Tawaran model untuk busana designer asal Indonesia. Kamu mau terima?" Designer Indonesia tertarik untuk menjadikan Rimelda sebagai model busananya di acara fashion show. "Mau …." jawab Rimelda antusias. Dia bisa mencari seseorang di negara Indonesia yang begitu luas. Alasan Rimelda mempelajari bahasa Indonesia adalah agar bisa mencari pria di masa kecilnya.  "Ya jelas mau, lah, Gi. Orang dia ingin mencari pria misterius yang tidak bisa membuatnya move on." Dora ikut menjawab pertanyaan Gisel. "Jangan berisik, Dora!" Rimelda membekap mulut Dora rapat-rapat. Bahaya jika ada wartawan yang mendengarnya. "Kapan kita berangkat, Gi?" tanya Rimelda antusias. "Minggu depan!" jawab Gisel sambil menyodorkan kontrak agar Rimelda baca dan segera di tandatangani. "Atur jadwalku, ya!" ***LianaAdrawi*** Seminggu kemudian, sesuai jadwal. Kini Rimelda menapakkan kaki di Indonesia. Negara yang sangat ingin ia kunjungi. Bukan hanya karena pesona alamnya saja yang mengagumkan, tapi karena ia ingin mencari seseorang. Rimelda sudah berpakaian cantik dan sexy malam ini. Esok dia baru bertemu dengan designer.  "Mau kemana?" tanya Gise saat melihat penampilan Rimelda yang menawan. Malam-malam seperti ini di negara orang berpakaian sexy pasti berbahaya. "Ke klub!" jawab Rimelda sambil tersenyum memperlihatkan giginya yang rapih. "Jangan. Apalagi kamu mau pergi sendiri. Kamu belum tahu, ini negara orang. Nanti kalau kamu di culik atau hilang bagaimana?" Gisel mengomel. Kalau Rimelda kenapa-napa, bisa habis di marahi Mama Chyntia nanti. "Tidak apa-apa. Aku ingin bersenang-senang." Rimelda langsung mengenakan high heels dan berlari menutup pintu hotel. Meninggalkan Gisel sendirian. "Dadah … wle!" Rimelda ingin bersenang-senang sendiri sambil mencari orang yang ia cari dan tunggu selama ini. Klub di Indonesia tentu sangat berbeda dengan klub di Paris. Disini lebih kecil dan penjaganya tidak terlalu banyak. Belum lagi pria-pria yang ada di klub, penampilannya terlihat tidak se-sangar di Paris, badannya juga tidak tinggi besar berotot seperti disana. Gadis ini tertarik untuk mencoba meminum racikan bartender disini. Ada satu orang pria yang menarik perhatiannya. Pria yang duduk sambil meminum minuman dalam satu kali teguk. Di depannya sudah banyak gelas-gelas kaca. Dia belum pernah meminum jenis ini. Maka dari itu, dia meraih satu gelas milik pria ini dan akan menggantinya m Rimelda tidak mau menunggu untuk mencoba minuman yang sepertinya enak ini. Pria di sebelahnya malah sedikit marah dan wajahnya yang mabuk terlihat lucu. 'Apa, apa minum beberapa gelas saja sudah mabuk? Lalu untuk apa banyak gelas isi minuman keras. Minta satu saja tidak boleh!' gumam Rimelda dalam hati. Pria ini malah mengusirnya dan bilang dia tidak cantik. "OMG … dari tadi aku lewat, semua pria memujaku!" Pria di sebelahnya ini benar-benar terlihat hancur. Semakin mabuk dan tidak waras. Rimelda memilih membawanya ke hotel terdekat. "Beuh …. Lumayan juga sejauh ini!" keluhnya sambil menurunkan tubuh Reginald ke kasur yang empuk. "Bajunya sedikit basah." Dia meraba-raba baju Reginald yang basah karena terkena hujan tadi. Jemari lentik Rimelda membuka jas yang Reginald kenakan. Tiba-tiba Reginald membuka kedua matanya. "Sini, Jes!" Reginald menarik sang gadis lalu terjatuh tepat di da-danya. Kedua mata mereka saling bertemu.  Pluk …. Dompet Reginald terjatuh. Rimelda meraih dan membacanya. "Hah … masih anak kecil!" Tiba-tiba Reginald meraih tangan Rimelda lagi dan memeluknya. Mungkin yang Reginald lihat adalah wajah Jesica. Tanpa sadar kedua bibir mereka saling bersentuhan lagi. Jemari Reginald bergerak nakal mengusap pa-ha Rimelda yang terekspos karena gaun yang ia kenakan begitu pendek. Reginald menaikkan sedikit demi sedikit tanpa melepaskan pagutan bibir mereka. 'Nakal!' gumam Rimelda dalam hati. Urat syaraf Rimelda sampai terasa menggelitik karena sentuhan tangan Reginald di kedua gunung kembar bagian bawah tubuhnya. "Tidur. Kamu mabuk. Aku tidak mau bermain dengan orang yang tengah mabuk!" Rimelda menyandarkan kepalanya di da-da bidang Reginald. Sebelah tangannya menutup kedua mata Reginald, sedangkan sebelah tangannya lagi menyingkirkan tangan Reginald agar tidak bergerak nakal. Sepanjang malam Rimelda tidak bisa tidur. Dia menjaga Reginald agar tidur nyenyak. Saat sudah dini hari. Rimelda melepaskan semua pakaian Reginald. Mencium kemeja pria ini lalu meninggalkan sebelah anting lucu yang berbentuk setengah kupu-kupu. Jika di satukan kanan dan kini, anting ini akan berbentuk kupu-kupu yang utuh. Anting eksklusif yang limited edition. Bahkan dia mengukir huruf R di baliknya. "Good bye anak kecil! Cari kakak ya!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN