Dua

1281 Kata
Sampe rumah gue disambut sama suara ribut-ribut."Onii-can!" Si Salsa manggil gue dengan tampang melas banget. Ada dua temennya, eh, bukan ding. Mereka anak tetangga, kayaknya sekelas sama si Adit. Tumben-tumbenan ada di sini. Si Aditnya ke mana ini? Diapelin dua cewek malah enggak disamperin. Gue ngasih chargeran dulu ke emak, setelah itu keluar lagi. Si Salsa dari tadi melas ke gue minta dibantuan. "Nani?" Nah gue ketularan kan. "Watashi wa karera no chatto o rikai shite imasen," keluh dia. Jirrr, kenapa gue bisa ngerti ya. Intinya si Salsa enggak paham sama obrolan dua orang tamu di depan. Otomatis gue sebagai abang yang baik dan bijak turun tangan membantunya. "Jadi kenapa ini?" tanya gue di tengah-tengah keributan mereka. "Kono kyōdai no namae wa Miyu-desu, koreha Ica-desu." Si Salsa malah ngasih tahu gue nama mereka. "Jadi gini om." Gue dipanggil om dong! "Kami ikut grup kepenulisan, terus founder grup kepenulisanku, Kak Mawar, dituduh plagiat sama seorang penulis baru," kata Ica, cewek yang rambutnya sebahu. Kalau dilihat-lihat, do'i mirip Marion Jola. "Eh tapi, dari postingan efbi Bang Doni, di grup Pecinta Cerita. Semua bukti yang ada, sangat memberatkan Kak Mawar. Gue juga awalnya enggak percaya kalau Kak Mawar plagiat, tapi setelah baca beberapa postingan, gue jadi yakin Kak Mawar yang copas," timpal si Miya, eh, Miyu. Tapi emang mirip sih sama Miya di game. Mirip skin yang Suzuhime. Rambutnya pendek juga. Kenapa cewek jaman sekarang rambutnya pendek-pendek? Padahal cantikan panjang, terus diiket gitu. Errrr. "Jangan sembarangan nuduh kamu. Ngapain coba Kak Mawar plagiat cuma 1 bab?! Dari platform yang sama lagi?" Obrolannya makin memanas. "Karya dia udah banyak, dia nulis udah lama. Kak Mawar juga enggak b**o-b**o amat. Enggak mungkin dia copas 1 bab cerita orang dari platform yang sama. Kecuali dia bercita-cita menghancurkan karirnya sendiri. Ini tuh enggak masuk akal banget." Hmmm ... benar juga analisa Ica. Kalau Mawar memang penulis lama, tidak mungkin dia plagiat cerita dari sesama platform. Banyak cerita di blog, f*******:, kaskus, dan platform gratis lain yang bisa dicomot. Lebih aneh lagi karena cuma satu bab? Kalau plagiat keseluruhan cerita atau di atas 80% isi cerita, bisa jadi karena Mawar lagi buntu nulis. Nah, kalau plagiat cuma satu bab? Tanda tanya besar. "Sekarang enggak usah banyak bacot lo, Ca. Buktinya Kak Mawar revisi babnya yang sama, itu bukti kalau dia plagiat!" Oke, gue nyimak aja deh. "Sembarangan! Kamu tau enggak, pas Miss Jenong nuduh Kak Mawar plagiat, Kak Mawar ninggalin nomer wa dia, minta si Jenong kirim bukti kalo emang dia plagiat. Tapi mana? Enggak ada tuh si Jenong hubungi Kak Mawar. Malah dia pansos sana-sini. Balesin semua komentar di cerita Kak Mawar dengan tuduhan plagiat. Belum lagi drama-dramanya di efbih, dih. Gaje, tauk! The real korban pasti DM atau hubungin penulis terlebih dahulu, untuk memperingati secara langsung. Mengajak bertabayun, enggak di ruang publik. Dasar artis opera sabun." Oke, jadi yang nuduh plagiat si Jenong? Lalu pansos di sosmed. Hmm ... terjawab sudah kenapa yang diplagiat cuma satu bab. Kayaknya ini konspirasi, Mawar dijebak menjadi plagiat dengan dituduh copas satu bab Jenong. Kenapa namanya Mawar coba? Miyu mengangkat dagu." Yeee, gue juga kalau jadi Miss Jenong pasti ogah kirim wa ke Kak Mawar. Lo lihat enggak, gimana reaksi pengikutnya Kak Mawar yang marah-marah pakai bahasa kebun binatang ke di kolom komentar Miss Jenong? Kasian tahu dia dibully, korban psikis." Setuju sih, kasihan. Bisa terguncang mentalnya. "Ih, itu mah bukan salah Kak Mawar. Lagian wajar pembaca reaktif sampai bully Miss Jenong, secara para pembaca yang mengikuti cerita itu dari awal tidak akan terima, Miss Jenong yang plagiat teriak plagiat." Bener, coba Jenong menegur melalui privat chat, pasti pembaca cerita Mawar tidak akan marah ke dia. "Ya tapi ngancemnya mereka terlalu banget." Ya elahh, deterjen, eh netizen kan emang gitu adatnya. Kagak ahlak. "Jangan cuma bisa nyalahin, kalau dari awal Miss Jenong pilih menegur jalan japri, pembaca pasti tidak akan tahu, tidak akan bully dia." Gue dan Salsa cuma bisa mendengarkan tanpa diberi kesempatan buka suara. "Miss Jenong tuh udah laporin Kak Mawar ke editornya soal kasus ini." Miyu rada ciut sekarang, kena sekak dia. "Logikanya aja, deh. Tulisan Kak Mawar 47 bab, yang dituduh plagiat cuma 1 bab, berarti enggak ada 10% dari keseluruhan cerita. Tapi dramanya Miss Jenong wadidaw sekali. Sundul langit banget mulutnya koar-koar." Iya, terlalu dilebih-lebihkan kasusnya. "Plagiat emang harus diganjar, biar jera!" "Kamu tau penulis Rayyandira? Bukunya udah banyak, terbitan mayor pula, saat dia diplagiat hampir 70% isi ceritanya, dia langsung DM si plagiator buat memperingati. Setelah si plagiat take down, Kak Ray maafin, kasus kelar. Itu baru the real korban. Berani menegur langsung. Beda sama Miss Jenong, kalau emang korban, kenapa takut konfrontasi sama Kak Mawar. Kenapa takut menegur langsung ke Kak Mawar? Bilang aja enggak punya bukti, bisanya cuma pansos, drama, nyari simpatisan." Opini si Ica kuat banget, sih. "Mau minum?" Kayaknya capek banget ngomong panjang kali lebar begitu. "Boleh!" jawab mereka barengan. Nah, itu bisa kompak! Si Salsa ngambil air ke dapur. Obrolan masih terus berlanjut. "Terus sekarang kalau memang Kak Mawar enggak salah, kenapa harus revisi babnya? Kalau gue jadi dia, gue akan nulis banding dan nunjukin semua bukti. Gue pasti nolak revisi bab kalau gue bener." Enggak mau kalah, si Miyu juga punya opini yang kuat. "Emang kamu tahu seberapa besar usaha Kak Mawar membuktikan? Dia punya kondisi yg membuatnya sulit membuktikan kebenaran. Akhirnya demi menyelamatkan akun, dia ikuti perintah platform untuk revisi bab. Kamu enggak baca klarifikasi Kak Mawar?" "Baca. Malah Bang Doni bikin analisis dari bukti yang ada di klarifikasi Kak Mawar. Katanya Kak Mawar ambil jalur hukum. Mana? Sampai sekarang Miss Jenong enggak ada terima surat panggilan." Eh, ini bang Doni siapa, dah? "Emang kamu pikir ini sinetron, polisi tiba-tiba muncul! Proses hukum itu emang panjang alurnya." Nah iya, semuanya butuh proses. Kayak yang ngambilin air. Dari tadi belum dateng-dateng. "Halah, bilang aja laporannya di dunia lain." Mana ada. Dunia lain juga punya masalahnya sendiri kali, Zheyenk. "Jadi orang jangan gampang banget terhasut drama ampas gitu. Penulis yang sesungguhnya itu kerjaannya nulis, enggak main drama sana-sini. Plagiat satu bab aja bikin bumi gonjang-ganjing, inget Kak Corly? Lima naskah dia diplagiat, dia japri penulisnya, setelah tulisannya di take down masalah beres. Tanpa drama. Attitude penulis tuh gitu. Enggak kayak Miss Jenong, diajak japri takut. Kak Mawar dah baek, dah diem, dibilang ngancam bar-bar." Air pun datang, mereka berdua langsung minum, Melepas dahaga. Ternyata ngobrol bisa nguras tenaga juga, ya. "Jadi, sekarang mau kalian apa?" tanya gue mengisi kekosongan. "Menurut, Om. Yang plagiat siapa?" tanya Ica. "Pasti Kak Mawar!" cerocos si Miyu. "Miss Jenonglah!" timpal Ica. "Dek! Jawaban gue penting banget ya buat kalian?" "Penting!" Mereka menjawab bersamaan. Meskipun belum tahu kejelasan duduk perkara, nalar gue lebih yakin Mawar tidak plagiat. Tapi gue harus netral di depan bocah-bocah ini. "Menurut gue, kalian bebas mau percaya Mawar atau jengkol, eh Jenong. Bebas. Serah aja, deh. Yang tidak boleh itu memaksa orang lain percaya dengan apa yang kita percayai. Kepercayaan itu hak segala bangsa. Kalau Ica percaya Kak Mawar, sok percaya. Kalau Miyu percaya Miss Jenong, sok percaya." "Omoshiro!" sahut Salsa sambil manggut-manggut. "Jangan asal komentar juga di sosmed, apalagi yang isinya ujaran kebencian. Ada UU ITE, lho. Soalnya belum tentu yang kalian bela mati-matian itu benar. Dan belum tentu yang kalian salahkan setengah mati itu salah." Bocah-bocah zaman now pada manggut-manggut. Kayaknya perseteruan telah bertemu perdamaian. "Kita tidak bisa melihat hitam di dalam hitam," imbuh gue dengan quote of the day. "Jadi menurut keyakinan Om, yang plagiat siapa?" Miyu kembali mengangkat topik yang tadi sudah ditutup. "Pasti Kak Mawar!" "Pasti Miss Jenong!" Lha, masih aja berantem .... *** Bersambung .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN