BAB 2

1132 Kata
Ternyata Raven bukan orang sembarangan. Haryo cukup terkejut ketika orang tua Raven datang dengan kecemasan yang terlihat di wajah mereka. Ibu Raven adalah seorang dokter ternama yang sering muncul di televisi bernama Anggia, atau sering di panggil dengan sebutan Dokter Anggi, sementara ayah Raven adalah Raka Dirgantara, seorang pengusaha sukses yang namanya sudah tidak asing lagi di dunia bisnis. Haryo adalah seorang Dosen Ekonomi di sebuah Universitas ternama sehingga dia hapal nama-nama pengusaha sukses dan kaya raya termasuk wajah mereka. Karena Haryo gemar membaca majalah bisnis juga. Jika Raven merupakan putra dari Raka dan Aggi maka dia adalah Raven Alvero Dirgantara, CEO muda yang banyak dibicarakan di dunia bisnis karena kelihaiannya dalam memimpin perusahaan. Seorang pembisnis muda yang cukup misterius karena selalu menolak tampil di hadapan publik dan menutupi jati dirinya rapat-rapat. Dulu Haryo pikir mungkin saja Raven memiliki wajah yang buruk atau semacamnya sehingga menutup diri dari publik, rupanya Haryo salah karena wujud Raven ternyata sangat tampan. "Maafkan putra kami karena sudah membuat keributan." Ucap Raka Dirgantara pada Haryo dan Yuli, orang tua Nana. "Dia berada di atas tubuh putri saya tanpa pakaian di dalam kamar ketika saya masuk ke dalam kamar putri saya. Saya tidak tahu apa yang terjadi tapi saya menuntut pertanggungjawabannya." Ucap Haryo menjelaskan. Raka dan Anggi terlihat kaget dan langsung menoleh ke arah Raven yang saat ini terlihat menunduk. "Benar seperti itu Raven?" Tanya Anggi tegas. "Iya mah." Jawab Raven jujur yang membuat wanita itu mendesah, tapi kemudian menatap tertarik pada wanita di samping Raven yang juga sedang menunduk. Matanya bengkak sepertinya habis menangis. "Apakah gadis ini putri yang anda maksud?" Tanya Anggi sambil menunjuk Nana sopan. Haryo mengangguk. "Benar sekali, dia baru lulus SMA dan kejadian ini terus terang membuat kami sekeluarga terkejut." Ucap Haryo lagi. "Kalau begitu kita nikahkan saja mereka." Ucap Raka tanpa ragu. Raven langsung mengangkat wajahnya, cukup kaget karena ayahnya memutuskan hal itu secepat itu. Bukan karena Raven tidak mau tanggungjawan tapi lebih karena heran sebab biasanya ayahnya akan sangat pemilih terhadap sesuatu apalagi gadis yang dekat dengan Raven. "Saya juga ingin menuntut hal tersebut, jika anda mengusulkan hal itu berarti kita sepakat." Ucap Haryo cukup lega. Miko yang sudah duduk lumayan jauh dari adiknya sedikit tidak terima. Baginya Nana masih terlalu kecil, tapi mana berani dia membantah ayahnya. "Baiklah setuju." Ujar Anggi sambil tersenyum pada Yuli yang juga di balas senyuman. "Bagaimana kalau sebulan lagi? Raven ada pekerjaan di luar kota bulan depannya lagi sehingga putri bapak bisa dibawa olehnya. Maaf namanya siapa?" Ucap Anggi lagi antusias. "Namanya Kirana Anjani Sudibyo, biasa dipanggil Nana." Jawab Yuli memperkenalkan putrinya. Baik Raven maupun Nana masih diam saja sambil menunduk. "Kamu dengar kan Raven? jangan diam saja! sebagai laki-laki kamu harus bertanggungjawan." Ucap Raka pada putranya. Raven menoleh. "Iya pah Raven dengar dan Raven bersedia menikahi Nana." Ucap laki-laki itu membuat Raka dan Anggi lega. Kemudian Raka meneoleh ke arah Miko dan mengenalnya. Dia baru menyadari bahwa laki-laki itu berada di sana. "Miko, jadi Nana ini adik kamu?" Tanyanya yang diangguki Miko. Haryo lumayan kaget melihat putranya mengenal pembisnis ternama sekelas Raka ini. "Anda mengenal putra saya?" Tanya Haryo yang dibalas senyuman oleh Raka. "Kebetulan perusahaan kami menggunakan jasa milik Miko untuk urusan IT." Jawab Raka membuat Haryo sedikit bangga dalam hati. Putranya memang cenderung tidak banyak bicara tapi sangat bertanggungjawan hingga mampu mendirikan perusahaan jasa sendiri. Belum besar tapi berjalan dengan lancar. Dan tentu saja sebuah kemajuan besar karena bisa di pakai oleh perusahaan besar sekelas milik Dirgantara. "Nana, ayo beri salam pada ayah dan ibu Raven! jangan diam saja." Perintah Yuli lembut. Untuk pertama kalinya Nana mengangkat kepalanya dan tersenyum canggung pada calon mertuanya. Kemudian bangkit dan menyalami mereka. Anggi senang sekali melihat Nana ternyata begitu manis dan sopan begitupula dengan Raka yang langsung tersenyum ke arah gadis itu membuat Raven heran. Ayahnya bukan tipe orang yang mudah menerima orang lain tapi kenapa dia mudah sekali menerima Nana? *** Sudah seminggu sejak kejadian memalukan itu. Miko sudah mendebat ayahnya untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka tapi tentu saja berakhir dengan gagal total. Nana sendiri sudah pasrah, dan hari ini dia diajak ke rumah Raven untuk pertama kali. Dia berdandan seadanya, hanya mengenakan dress sederhana dan sepatu cat kesayangannya. Serta polesan liptint sederhana. Nana sudah di beri wejangan panjang oleh ayah dan ibunya mengenai banyak hal dan dia akan berusaha menerima segalanya. Menerima bahwa hidup memang tidak selalu berjalan sesuai keingingannya. Lima menit kemudian Raven datang menjemput, masuk ke rumah dengan sopan dan menyalami Haryo serta Yuli. Nana pikir Raven anak berandalan tapi sepertinya dia baik sehingga Nana memutuskan untuk menerima semua ini. Mungkin memang ini jalan hidupnya. "Ayo Na kita berangkat." Ucapnya lembut setelah berpamitan pada Haryo dan Yuli. "Jam lima sore sudah di rumah ya Raven!" Ujar Haryo tegas yang diangguki Raven dengan sopan. Kemudian melajukan mobilnya ketika Nana sudah duduk dengan nayaman di kursi penumpang. "Kamu udah makan?" Tanya Raven basa-basi. Sesungguhnya mereka diliputi kecanggungan yang berat. Raven sendiri sebenarnya adalah tipe cowok yang jarang dekat dengan wanita lebih sering di dekati sehingga dia tidak tahu cara mendekati Nana yang terlihat pendiam. Dia malah menanyakan makan padahal sekarang belum jamnya makan siang. Kemudian dia menyesal menanyakan itu karena merasa bodoh. "Belum, kan ini masih pagi. Kalau sarapan udah." Jawab Nana polos yang membuat  Raven mengulum senyum geli. Rupanya Nana sangat polos sehingga tidak menyadari kebodohannya. Hal itu malah membuatnya gemas. "Iya maksud aku sarapan." Ucap Raven menanggapi. "Udah tadi dimasakin nasi goreng sama bunda." Jawab gadis itu polos. Raven terkekeh dalam hati. Nada bicara Nana sedikit lucu dan suaranya menggemaskan. Mungkin tidak akan sulit menerima gadis itu menjadi istrinya nanti. "Tapi mas, malam itu kamu terluka apa tidak papa?" Tanya Nana malu-malu. Dia penasaran hingga akhirnya memberanikan diri. "Nggak papa, kamu mau liat lukanya? nanti sampai rumah aku kasih lihat." Ujar Raven menggoda. Wajah Nana langsung merah padam dan itu menggemaskan sekali. "Mas Raven gak boleh begitu, mana boleh buka-buka baju begitu. Kita kan belum menikah." Jawab gadis itu lirih sekali dengan malu-malu Raven benar-benar gemas sekali. "Kan sebentar lagi kita Nikah, jadi gak papa. Kan cuma buka baju buat liatin luka doang, gak papa kan?" Raven belum ingin berhenti menggoda padahal wajah Nana sudah merah padam. "Tapi aku gak mau lihat ah mas, kalau udah sembuh ya sudah." Ujar Nana sambil menunduk. Raven ingin tertawa tapi tidak tega. "Aku suka dipanggil mas sama kamu. Siapa yang ajarin?" "Disuruh bunda sama ayah. Katanya mas lebih dewasa dari Nana jadi harus sopan. Apalagi mas kan sebentar lagi jadi suami Nana." Jawab gadis itu masih tidak berani menatap wajah Raven. Wajahnya masih merah akibat godaan Raven soal buka baju tadi dan itu menggemaskan. Raven baru sadar setelah bertemu kembali dengan Nana sekarang, bahwa gadis itu rupanya manis dan cantik. Selain itu dia juga polos dan sederhana. Jenis gadis yang seolah-olah minta dilindungi. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN