DP || PROLOG 2

565 Kata
Pertemuan tak disengaja di sebuah bar membuat sang playboy mendekati insafnya. Dia tak pernah heran jika banyak wanita mendekatinya dengan ketertarikan akan dirinya yang sulit ditolak oleh wanita mana pun. Akan tetapi, seorang wanita yang hanya menggunakannya sebagai pelarian semata? Baru kali ini dia menemukannya. Awalnya dia hanya tertarik untuk iseng-iseng karena dia tak pernah melihat wanita tersebut berada di bar yang sudah menjadi langganannya. Namun, hal itu malah membuatnya terjebak dalam cinta yang datang dengan pelan lantas menelusup merasuki pikiran dan hatinya. Dia pun terjebak karena kejadian one night stand. Thanks telah menjadikanku seorang wanita yang sebenarnya dan selamat karena kau mendapatkan mahkotaku! Jangan merasa bersalah karena aku memang menginginkannya! Good bye .... Liora Hayward Begitulah isi pesan singkat yang ditinggalkan oleh Liora, wanita yang membuat seorang Reymond tertawa seperti orang gila saat mendapati apartemennya sudah kosong di pagi hari dan hanya ditinggalkan secarik kertas. Biasanya dia yang akan meninggalkan wanita one night stand-nya dengan beberapa lembar dollar atau mungkin selembar cek. “Very interesting. I’ll find you and make you not want to leave me again, Miss Hayward,” ujar Rey. Dia beranjak dari ranjang besarnya, mengambil ponsel dan berjalan ke jendela lalu melakukan panggilan kepada orang kepercayaannya dari Aussie. “Halo,” jawab seseorang di ujung telepon. “Cari tahu siapa Liora Hayward! Laporkan segera semuanya!” “Oke,” jawab orang itu. Rey menutup teleponnya dan hendak berjalan ke kamar mandi, tapi ada yang mengganggu penglihatannya. Sebuah noda bercak merah mengotori ranjangnya yang sudah berantakan. “Oh, s**t!” Dia berjalan menuju intercom yang ada di apartemennya. “Halo, please cleaning service untuk kamar 2016,” pinta Rey lalu langsung menutup intercom dan masuk ke kamar mandi. * Pandangannya tak bisa teralihkan dari seorang gadis, anak dari pengusaha majalah fashion terbesar di Asia. Setelah mendapat beberapa informasi dari seseorang yang dapat dipercaya, akhirnya dia memutuskan untuk pindah tempat tinggal yang berdekatan dengan gadis tersebut. Setiap hari dia memperhatikan gadis itu sampai dia hafal kapan gadis tersebut akan keluar dari rumah untuk lari pagi dan pergi ke kantor atau pergi makan malam dengan kedua orang tuanya. Sampai pada suatu hari, dia sudah tak tahan untuk menyapanya. Pagi ini dia sudah siap dengan pakaian untuk lari pagi dan menyapa si gadis dengan gentle. Tepat pukul 06.00 gadis seberang rumahnya keluar, begitu juga dengan Xander dengan pelantang jemala yang menggantung di lehernya. “Hai,” sapa Xander mendekati gadis tersebut. “Hai, tetangga baru,” jawab si gadis. “Ben Alexander Tandy, panggil saja Xander. Jangan tetangga baru,” ujar Xander memperkenalkan diri, mereka berlari pelan. “Laura.” “Just Laura?” tanya Xander. “Ya,” jawab Laura dingin dan berlari lebih dulu untuk menjauhi Xander. “Oh, harusnya namamu Elsa,” ucap Xander sedikit teriak. Gadis itu berhenti dan berbalik dengan alis terangkat. “Karena kau sedingin es, seperti Elsa di film Disney Frozen,” imbuh Xander lalu melewati Laura, sambil memakai headset. “Kalau begitu, kau itu Jack Frost di film Rise of Guardian,” ujar Laura menurunkan headset yang ada di telinga Xander walau tak ada lagu yang didengarnya. Xander berhenti berlari dan menatap punggung gadis sedingin es itu dan dia tersenyum. Baru kali ini dia berkenalan dengan seorang gadis dan parahnya, gadis tersebut sangat minim bicara, sama sepertinya yang bicara hanya seperlunya. “Key, kurasa aku menemukannya.” Xander tersenyum. Senyum yang dulunya sempat hilang. *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN