Berkelahi karena botol s**u

910 Kata
"Kamu memang pangeran berdot bayiku. Hajar terus, Sayang. Nanti kalau menang gue belikan botol s**u yang imut-imut." PERKELAHIAN di depan ruang komputer itu sangat tidak imbang. Ayap menggagahi lawannya dengan pukulan beruntun. Dia menduduki cowok yang dianggapnya b******k itu, memuntir kerah bajunya, mengangkat-angkatnya hingga kepala rivalnya terbentur berulang kali ke lantai. Penampilan Ayap sendiri sangar, kerah bajunya tak dilipat, lengan bajunya digulung hampir mendekati bahu, ujung seragamnya tak dimasukkan, dan tatanan rambutnya berantakan. Dia kelihatan marah sekali kepada lawan berkelahinya ini entah karena apa, karena celana dalamnya dicuri waktu dijemur atau malah jangan-jangan karena botol s**u barangkali. Perkelahian itu membuat mereka tak sadar bahwa daerah sekitar sudah sangat ramai. Para penonton membludak, terutama kaum hawa. Mereka memberikan dukungan sepenuhnya kepada Ayap agar bisa memenangkan pertarungan. Mungkin dari situlah semangat si pangeran botol s**u mencuat. Sri dan Yuli menarik Ondeng. Mereka merangsek di antara kerumunan hingga sampai di deretan terdepan. Sampai di situ, Sri teriak-teriak mendapati Ayap yang dengan gagah menunggangi musuhnya hingga tepar. "Ayap, Ayap!!!" Teriak Sri. "Ayap suami gue! Kamu memang keren, Sayang. Ayo hajar terus, pukul terus!" Yuli tak mau kalah. "Ayap, suami minyak kemiri gue! Gue tahu, lo berantem karena ngerebutin gue, kan. Oh Ayap, sosokmu sungguh luar biasa. Kamu memang pangeran berdot bayiku. Hajar terus, Sayang. Nanti kalau menang gue belikan botol s**u yang imut-imut." Sri tak terima. "Enak aja lo. Ayap itu kelahi karena ngerebutin cinta gue. Bukan cinta lo. Cuma Ayap itu nggak mau ngomong aja." Yuli merasa terhina. "k*****t lo. Mana mau Ayap sama lo. Ayap itu nggak senang makan bubur micin, g****k. Ayap itu senangnya sama botol s**u dan gue bakal beliin dia botol s**u yang paling keren nanti. Lo nggak punya kaca, ya, di rumah?" Mereka tak sadar kalau perkelahian Ayap dan lawannya itu kini telah reda dan justru semua tatapan tertuju pada kicauan mereka yang serupa ibu-ibu belum kena arisan. Sri berkobar-kobar. "Eh emangnya Ayap mau punya anak dari cewek yang nggak bisa ngurus bayi kayak lo? Gue emang nggak punya kaca di rumah. Itu masih lebih mending daripada lo yang punya banyak kaca, tapi nggak digunain, buat apa! Lihat diri lo! Ngurus poni aja nggak bisa, berantakan sana-sini. Ngurus baju aja nggak becus, kusut sana-kusut sini. Begitu mau jadi istrinya Ayap. Nggak tahu malu lo." Yuli meradang. "Makin lama, lo makin ngelunjak, ya, Sri. Gue sengaja giniin poni gue karena ada panu di baliknya. Lo lupa, ya, punya penyakit kurapan yang bisa menular kalo nggak diolesin obat sehari aja! Mana mau Ayap sama cewek kayak lo." Seluruh mata tertuju pada pertengkaran Sri dan Yuli, bukan pada Ayap lagi. Bahkan Ayap sendiri melongo memandangi mereka. Dia memang sudah biasa menjadi bahan rebutan di sekolah, tapi cara mereka memerebutkannya kali ini sungguh berbeda dari yang lain. Ondeng berusaha menengahi. "Sri, Yul, udah! Kalian dilihatin, tuh, sama-" Serentak Sri dan Yuli berteriak. "Diam lo!" Terpaksa Ondeng terdiam karena jari-jari mereka menutupi bibirnya sesaat. Dia kemudian salah tingkah waktu melihat kerumunan yang justru menatap aneh ke arah mereka. Ondeng tersenyum kecut. Dia merasa malu sekali dengan tingkah laku sahabat-sahabatnya ini. Bahkan, cowok yang menjadi lawannya Ayap yang sudah bonyok itu, ikut memandangi Sri dan Yuli sambil menlongo. Dia sempat menggawil lengan Ayap dan seolah bertanya padanya dengan isyarat alis mata yang dinaik-naikkan. Sungguh ironis, sebuah perkelahian yang justru menjadi pusat perhatian, justru penontonnyalah yang lebih heboh. Saat Sri dan Yuli hendak berkelahi lagi, Ayap berteriak dari tempatnya. "Hey, kalian! Hentikan itu!" Sri dan Yuli tahu itu suara siapa, sehingga mereka langsung menoleh dan menatap kagum ke arah Ayap. Mereka tertegun waktu mendapati Ayap berjalan mendekat. Sri berpikir, pasti sebentar lagi Ayap bakal megang tangan gue dan bawa gue pergi ke taman buat romantis-romantisan. Oh Ayapku, pangeran botol susuku. Yuli pun membatin, pasti sebentar lagi Ayap bakal gandeng tangan gue dan meluk gue di depan khalayak. Gue, kan, udah mati-matian belain dia demi cinta. Oh, Ayapku, pangeran minyak kemiriku. Mereka tak sabar menunggu Ayap tiba di hadapan masing-masing. Saat sudah tiba, bukan tangan-tangan mereka yang diraih oleh Ayap, tapi malah tangannya Ondeng. Dia menarik Ondeng keluar dari kerumunan, membawanya sedikit menjauh dari mereka. Dan semua tatapan kaum hawa mendadak penuh dengan kedengkian. "Loh, Yap, kok, malah Ondeng, sih, yang di-" Sri dan Yuli mengucapkan itu bersamaan sambil menjulurkan tangan ke arah mereka yang kini menjauh. "Lo cewek yang tadi pagi marah-marah ke gue, kan!" Pekik Ayap kepada Ondeng. "Iya. Ngapain, sih, lo bawa-bawa gue ke sini? Gue nggak ada urusan, ya, sama lo." Sahut Ondeng ketus. "Nggak ada urusan kata lo? Mereka itu teman lo, kan!" Ondeng mengangguk ragu. Ayap melanjutkan. "Ngapain lo bawa mereka kemari? Kalian sudah ngerusak aksi fenomenal gue." "Eh, justru mereka yang maksa gue ke sini." Ayap mengibaskan tangan dan memasang tampang cool. "Halah, bilang aja kalau lo juga suka sama gue. Gitu aja nggak mau ngaku. Kalau lo suka ngomong aja sekarang. Biar cepat juga gue nolaknya." Ondeng kesal bukan kepalang. Namun senyuman licik tiba-tiba tergambar di wajahnya. "Oh iya, betul banget. Ini kesempatan yang bagus buat gue ngungkapin perasaan gue ke elo." Kemudian Ondeng meninggikan suaranya. "Dengar, ya, Ayap, si pangeran botol s**u basi, dengan ini gue menyatakan kalau gue sama sekali nggak suka sama lo. Lo udah dengar itu! Hah, belum? Oke, gue ulangin kalo begitu. GUE NGGAK SUKA SAMA LO, WAHAI PANGERAN MINYAK KAYU PUTIH KADALUARSA! PUAS LO!!!" Ondeng langsung pergi menerabas kerumunan. Dia tak peduli apa pun lagi, termasuk Sri dan Yuli yang melongo, termasuk wajah kesal Ayap dan tatapan heran dari seluruh kaum hawa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN